"Apa kamu sudah mengerti? Rasanya beda karena kita bisa melihat dari jarak jauh tapi terlihat jelas. Aku selalu melakukan ini jika sedang ingin melihat bintang." Kata Tamara.
"Benar, beda." kata Andre sambil tersenyum. Saat Tamara berbicara, Andre malah tertidur. "Bagaimana dengan perasaan kamu sekarang terhadap ibu Alea? Apa masih sama?" tanya Tamara sambil merasa bingung. Tamara melihat ke arah Andre. "Ternyata dia tidur, itu berarti tadi aku bicara sendiri. Menyebalkan sekali memiliki bos seperti dia." kata Tamara sambil merasa kesal. Andre tidur sambil duduk. Kepala Andre hampir jatuh ke bawah tapi Tamara langsung memegang kepalanya. Andre langsung tidur di paha Tamara. "Bagaimana ini? Dia malah tertidur di paha aku. Aku harus membawa dia masuk ke dalam rumah." kata Tamara sambil merasa kesal. Tamara membawa Andre masuk ke dalam rumahnya. "Berat sekali, kamu pasti memiliki banyak mDita masuk ke dalam kantor dan Fauzi pergi ke tempat persembunyian untuk menemui Roni. Aku sampai di restoran dan menemui pak Beni. Alif langsung pergi dari restoran itu. Andre mengantar Tamara pergi ke kantor. Dalam perjalanan, Andre berbicara saat kejadian malam hari."Aku tertidur karena melihat bintang bersama kamu, Tamara." kata Andre sambil tersenyum."Benar, aku harus membawa seseorang masuk ke dalam rumahnya. Itu membuat aku sakit badan. Kamu memang saat berat." kata Tamara sambil merasa kesal."Benarkah? Apa aku sangat berat?" tanya Andre sambil merasa bingung."Tentu saja, aku tidak ingin kamu tidur di dekat aku lagi. Sebaiknya kamu jangan tidur saat bersama aku." kata Tamara sambil tersenyum."Baik, ibu Tamara." kata Andre sambil tersenyum.Tamara langsung keluar dari mobil Andre dan masuk ke dalam kantor. Andre hanya tersenyum saat melihat tingkah laku Tamara. Saat sedang duduk, pegawai membicarakan tentan
Aku mengambil dokumen itu dan pak Haris pergi dari kantorku."Akhirnya aku mendapat bisnis baru lagi. Ini akan sangat membantu aku untuk mengumpulkan uang. Aku berharap bisa mengeluarkan Alif dari pekerjaan itu. Aku selalu khawatir dengan semua yang dia lakukan. Dia mungkin akan marah dan tidak terima. Tapi aku lebih tidak bisa jika hanya melihat dan menunggu dia dalam keadaan bahaya. Dia selalu melakukan banyak hal kepada semua orang." kataku sambil merasa khawatir.Saat makan siang, aku mengajak Dita makan bersama."Apa kamu membawa bekal?" tanyaku sambil merasa penasaran."Tidak, ibu Alea. Saya tidak memasak hari ini." Jawab Dita."Saya juga tidak membawa bekal makanan. Sebaiknya kita memesan makanan saja." kataku sambil tersenyum."Benar, saya akan memesan untuk anda." Kata Dita.Dita langsung memesan banyak makanan untuk kami berdua."Banyak sekali makanan ini. Apa kamu ingin memakan banyak?
"Ada apa dengan aku? Kenapa sekarang aku selalu memikirkan Tamara?" tanya Andre sambil merasa bingung.Tamara langsung pergi tidur dan dia memimpikan tentang Andre. Tamara langsung terbangun dari tidurnya."Ada apa dengan aku ini? Kenapa aku memimpikan dia? Aku pasti sudah merasa sangat lelah dan bosan. Aku harus keluar dan menenangkan pikiran." kata Tamara sambil merasa bingung.Tamara langsung berjalan keluar rumah. Tamara melihat ke arah jendela kamar tidur Andre."Kenapa aku bermimpi tentang dia? Ini pasti hanya sebuah kesalahan saja. Aku sudah aneh dan harus berpikir jernih." kata Tamara sambil merasa kesal.Andre merasa tidak bisa tidur dan langsung keluar dari rumah. Andre melihat ada Tamara di luar rumahnya."Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Andre!" kata Tamara sambil merasa gugup."Kenapa kamu masih belum tidur?" tanya Andre sambil merasa heran."Aku belum mengantuk. Mun
"Kenapa dia harus seperti itu? Apa salah jika aku melakukan itu? Apa salah jika aku ingin membantu dia?" tanyaku sambil merasa kesal.Andre langsung kembali ke ruangan kerjanya. Tamara melihat sikap Andre yang sangat aneh."Kenapa dengan Andre? Apa dia memiliki masalah yang baru? Aku harus bicara dengan dia nanti." kata Tamara sambil merasa bingung.Andre langsung mengerjakan pekerjaannya."Kenapa harus Alea? Kenapa dia membantu aku? Aku sangat ingin dia menjauh supaya aku bisa lebih cepat untuk melupakan perasaan ini. Tidak mudah bagi aku melupakan dia. Mencintai dia selama ini dan sekarang aku mencoba bersikap biasa kepada dia. Tapi dia malah membantu aku." kata Andre sambil merasa kesal.Saat pulang kerja, aku merasa kesal dan langsung masuk ke dalam mobil. Dita langsung bertanya kepada aku."Apa saya boleh ikut pulang bersama ibu Alea?" tanya Dita sambil tersenyum."Boleh, masuk saja." kataku sambil tersenyum
"Bagaimana aku bisa tenang? Apa kamu tidak bisa melihat berapa banyak mobil mereka semua?" tanya Roni sambil merasa takut."Aku tahu itu, kita memang harus waspada dan teliti." jawab Alif sambil merasa resah."Sebaiknya kita putar arah saja supaya mereka tidak mengejar kita." kata Fauzi sambil merasa resah."Tidak, itu akan membuat mereka semakin curiga." kata Alif sambil merasa khawatir."Lalu, bagaimana pendapat kamu? Apa kita harus tetap melanjutkan perjalanan?" tanya Roni sambil merasa kesal."Tidak." Jawab Alif."Kamu hanya menjawab tidak saja dari tadi. Itu semakin membuat aku merasa bingung saja." kata Roni sambil merasa kesal."Kita akan mengikuti mereka saja." kata Alif sambil merasa takut."Apa? Kamu gila, Alif. Itu sama saja menyerahkan nyawa kita sendiri kepada mereka semua. Tidak, aku tidak ingin mati konyol dengan cara yang sangat bodoh itu. Aku tidak ingin ditangkap oleh mereka. Me
"Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Tidak, aku hanya mencari tempat seperti milik mafia tadi. Aku berpikir bahwa mungkin ayah membawa ibuku ke tempat seperti itu. Tempat yang tidak diketahui oleh banyak orang." jawab Alif sambil merasa bingung."Mungkin itu benar, kita harus menyelidiki semua itu. Tapi kamu harus sabar, Alif. Kita akan mencari secara perlahan. Aku dan Roni akan berusaha terus untuk mencari keberadaan ibu kamu." kata Fauzi sambil tersenyum."Benar, kita akan menemukan dia apapun yang akan terjadi." kata Roni sambil tersenyum."Terima kasih." kata Alif sambil tersenyum."Tidak perlu, kita teman." kata Roni sambil tersenyum."Benar, teman harus saling membantu satu sama lain." kata Fauzi sambil tersenyum.Saat dalam perjalanan, mereka sampai di sebuah tempat yang sangat gelap dan sepi."Kenapa tempat ini sangat sepi? Apa tidak ada orang di sekitar sini?" tanya Roni sambil merasa bingung.&
"Sebenarnya Roni ingin pergi ke tempat apa? Kenapa dia terlihat begitu mencurigakan?" tanya Fauzi sambil merasa penasaran."Aku tidak tahu. Mungkin dia memiliki urusan yang sangat pribadi." jawab Alif sambil merasa bingung."Mungkin saja itu benar." kata Fauzi sambil merasa heran.Roni langsung pergi ke tempat milik mafia itu."Besar sekali tempat ini. Bagaimana bisa mereka mendapatkan tempat seperti ini? Pasti tempat ini berisi segala yang mereka inginkan. Aku yakin ada tempat judi dan semua hal yang menyenangkan." kata Roni sambil merasa bingung.Roni melihat tempat itu dan seseorang berjalan keluar dari tempat itu. Roni menyadari dan langsung bersembunyi."Tempat mereka memang paling aman dan tidak akan bisa diketahui oleh dia." kata pria itu.Roni merasa bingung dengan pria itu karena dia bukan mafia yang selalu mengejar mereka bertiga."Sebenarnya siapa dia? Apa dia memimpin para mafia itu?
"Ini surat tanda terima." kata Roni sambil tersenyum."Terima kasih, pak. Apa anda merasa sangat takut?" tanya pengantar makanan itu."Lumayan, mereka bertubuh besar dan memiliki wajah seram. Seperti penjahat tapi kamu tenang saja, mereka tidak akan menyakiti kalian. Saya hanya merasa gugup saja. Karena tempat ini sangat besar dan juga banyak sekali barang di tempat ini." kata Roni sambil menarik napas.Roni langsung pergi dari tempat itu. Saat makan siang, aku dan Dita makan bersama. Andre mengajak Tamara untuk makan siang bersama di kantin."Apa yang ingin pak Andre makan?" tanya Tamara."Pak? Kenapa kamu memanggil aku bapak?" tanya Andre sambil merasa bingung."Sekarang kita berada di kantor dan aku ini bawahan kamu. Tidak mungkin aku hanya memanggil nama kamu saja. Aku tidak ingin membuat pegawai berpikir sesuatu yang aneh terhadap kita berdua." jawab Tamara sambil tersenyum."Baik, aku mengerti. Saya ingin m
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal