Tamara mengantar Andre masuk ke dalam rumah. Tamara langsung pergi saat sudah mengantar Andre ke dalam kamar tidurnya. Tapi Andre menarik tangan Tamara dan membuat Tamara tertidur di kasur dia. Andre langsung mencium bibir Tamara. Tamara merasa sangat terkejut dan langsung mendorong Andre untuk menjauh darinya. Tamara langsung berdiri dan pergi dari rumah Andre.
"Apa maksud dari kejadian tadi? Kenapa Andre mencium aku? Itu pasti hanya sebuah kesalahan saja. Tamara, dia sangat terpengaruh oleh alkohol dan tidak sengaja melakukan itu. Kamu harus berpikir jernih dan tidak boleh terlalu dekat dengan dia." kata Tamara sambil merasa gelisah. Tamara langsung masuk ke dalam rumahnya. Andre merasa senang saat mencium bibir Tamara."Bibir dia terasa lembut dan sedikit manis. Kenapa aku menyukai ini? Tamara memang cukup lucu." kata Andre sambil tersenyum.
Andre langsung pergi ke kamar mandi karena ingin muntah.
"Sepertinya aku terlalu banyak minum alkohol."
Mereka masuk ke dalam mobil dan mereka hanya diam saja selama berada di dalam mobil. Tamara melihat ke arah jendela samping. Andre fokus mengendarai mobilnya. Saat dalam perjalanan, mereka terkena macet dan menunggu di dalam mobil."Maaf, macet. Kita tidak bisa sampai ke kantor dengan cepat." kata Andre sambil tersenyum.Tamara semakin merasa bingung karena Andre akan terus mengajak dia bicara."Tidak masalah." kata Tamara sambil tersenyum dengan sangat terpaksa.Mereka pergi ke kantor dan Tamara langsung pergi ke menjadi kerjanya. Andre hanya diam dan melihat sikap Tamara. Andre langsung masuk ke dalam ruangan kerjanya. Fauzi langsung menemui Roni di tempat persembunyian mereka."Roni!" kata Fauzi."Fauzi, apa kamu sudah menemukan data yang diminta oleh Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Sudah tapi data itu tidak terlalu lengkap. Kita tidak bisa memastikan tentang lokasi ibunya sekarang. Ayahnya sel
Aku merasa sangat bersalah kepada Andre. Hati dia sudah hancur karena tindakan aku. Sekarang perusahaan dia terancam bangkrut karena seseorang yang aku cintai."Maafkan aku, aku memang sudah salah terhadap kamu. Aku tahu bahwa kamu sangat membenci dan tidak ingin melihat aku sama sekali. Tapi biarkan aku membantu kamu untuk sekali ini saja. Aku tidak akan pernah mengganggu kamu lagi. Aku hanya tidak ingin kamu kehilangan sesuatu yang paling berharga di hidup kamu." kataku sambil merasa bersalah.Andre mendekat dan memegang tanganku. Tamara ingin memberikan dokumen dan dia membuka pintu ruangan Andre. Tamara melihat kami sedang berpegangan tangan. Tamara langsung pergi ke meja kerjanya."Apa yang aku pikirkan? Mereka sedang bertemu dan berencana untuk kembali. Kenapa aku harus memberikan dokumen sekarang? Aku harus menunggu mereka berdua selesai." kata Tamara sambil merasa gelisah.Andre langsung berbicara sambil melihat mata aku.
"Aku sungguh tidak ingin berbuat ini kepada perusahaan dia. Aku tahu dia bersikap baik terhadap kamu, Dita. Aku merasa menyesal dan bingung saat itu. Keadaan memaksa aku untuk melakukan itu kepada dia. Maafkan aku, Dita." kata Fauzi sambil merasa bersalah.Dita semakin marah terhadap Fauzi."Jika kamu masih tidak bisa menjelaskan alasan kamu untuk melakukan itu. Silakan pergi dari rumah aku!" kata Dita dengan sangat marah.Fauzi merasa bingung karena dia tidak ingin menceritakan lebih banyak tentang Alif dan mereka semua kepada Dita. Fauzi langsung pergi dari rumah Dita. Andre mengajak Tamara pulang bersama."Tamara, kita pulang sekarang." kata Andre sambil tersenyum."Maaf, pak. Saya ingin pulang sendiri saja." kata Tamara sambil merasa kesal.Tamara pergi dan Andre menahan tangannya."Kenapa? Apa kamu marah terhadap aku?" tanya Andre sambil merasa bingung."Tidak, saya bersikap biasa saja." Jaw
"Kenapa semua orang tidak bisa bekerja sama dengan Andre? Menyebalkan sekali. Bagaimana cara aku membantu Andre?" tanyaku sambil merasa bingung.Saat malam hari, aku langsung pergi tidur. Saat Dita ingin tidur, lampu di rumah dia mendadak mati. Dita langsung keluar dan membeli lilin. Seorang pria mengikuti dia dari belakang. Dita merasa takut dan mengirimkan pesan kepada Fauzi. Fauzi dengan sangat cepat langsung keluar dari kamar tidurnya. Alif dan Roni merasa bingung dengan tingkah laku Fauzi."Ke mana kamu akan pergi?" tanya Roni sambil merasa penasaran."Ada apa, Fauzi?" tanya Alif sambil merasa bingung."Aku harus menemui Dita. Seseorang sedang mengikuti dia. Aku tidak ingin dia dalam bahaya." jawab Fauzi sambil merasa khawatir.Fauzi langsung lari dari rumah. Alif dan Roni langsung mengikuti Fauzi."Ayo ikut dia!" kata Alif sambil bersiap."Ayo!" kata Roni sambil tersenyum.Fauzi berlari den
"Apa kamu sudah mengerti? Rasanya beda karena kita bisa melihat dari jarak jauh tapi terlihat jelas. Aku selalu melakukan ini jika sedang ingin melihat bintang." Kata Tamara."Benar, beda." kata Andre sambil tersenyum.Saat Tamara berbicara, Andre malah tertidur."Bagaimana dengan perasaan kamu sekarang terhadap ibu Alea? Apa masih sama?" tanya Tamara sambil merasa bingung.Tamara melihat ke arah Andre."Ternyata dia tidur, itu berarti tadi aku bicara sendiri. Menyebalkan sekali memiliki bos seperti dia." kata Tamara sambil merasa kesal.Andre tidur sambil duduk. Kepala Andre hampir jatuh ke bawah tapi Tamara langsung memegang kepalanya. Andre langsung tidur di paha Tamara."Bagaimana ini? Dia malah tertidur di paha aku. Aku harus membawa dia masuk ke dalam rumah." kata Tamara sambil merasa kesal.Tamara membawa Andre masuk ke dalam rumahnya."Berat sekali, kamu pasti memiliki banyak m
Dita masuk ke dalam kantor dan Fauzi pergi ke tempat persembunyian untuk menemui Roni. Aku sampai di restoran dan menemui pak Beni. Alif langsung pergi dari restoran itu. Andre mengantar Tamara pergi ke kantor. Dalam perjalanan, Andre berbicara saat kejadian malam hari."Aku tertidur karena melihat bintang bersama kamu, Tamara." kata Andre sambil tersenyum."Benar, aku harus membawa seseorang masuk ke dalam rumahnya. Itu membuat aku sakit badan. Kamu memang saat berat." kata Tamara sambil merasa kesal."Benarkah? Apa aku sangat berat?" tanya Andre sambil merasa bingung."Tentu saja, aku tidak ingin kamu tidur di dekat aku lagi. Sebaiknya kamu jangan tidur saat bersama aku." kata Tamara sambil tersenyum."Baik, ibu Tamara." kata Andre sambil tersenyum.Tamara langsung keluar dari mobil Andre dan masuk ke dalam kantor. Andre hanya tersenyum saat melihat tingkah laku Tamara. Saat sedang duduk, pegawai membicarakan tentan
Aku mengambil dokumen itu dan pak Haris pergi dari kantorku."Akhirnya aku mendapat bisnis baru lagi. Ini akan sangat membantu aku untuk mengumpulkan uang. Aku berharap bisa mengeluarkan Alif dari pekerjaan itu. Aku selalu khawatir dengan semua yang dia lakukan. Dia mungkin akan marah dan tidak terima. Tapi aku lebih tidak bisa jika hanya melihat dan menunggu dia dalam keadaan bahaya. Dia selalu melakukan banyak hal kepada semua orang." kataku sambil merasa khawatir.Saat makan siang, aku mengajak Dita makan bersama."Apa kamu membawa bekal?" tanyaku sambil merasa penasaran."Tidak, ibu Alea. Saya tidak memasak hari ini." Jawab Dita."Saya juga tidak membawa bekal makanan. Sebaiknya kita memesan makanan saja." kataku sambil tersenyum."Benar, saya akan memesan untuk anda." Kata Dita.Dita langsung memesan banyak makanan untuk kami berdua."Banyak sekali makanan ini. Apa kamu ingin memakan banyak?
"Ada apa dengan aku? Kenapa sekarang aku selalu memikirkan Tamara?" tanya Andre sambil merasa bingung.Tamara langsung pergi tidur dan dia memimpikan tentang Andre. Tamara langsung terbangun dari tidurnya."Ada apa dengan aku ini? Kenapa aku memimpikan dia? Aku pasti sudah merasa sangat lelah dan bosan. Aku harus keluar dan menenangkan pikiran." kata Tamara sambil merasa bingung.Tamara langsung berjalan keluar rumah. Tamara melihat ke arah jendela kamar tidur Andre."Kenapa aku bermimpi tentang dia? Ini pasti hanya sebuah kesalahan saja. Aku sudah aneh dan harus berpikir jernih." kata Tamara sambil merasa kesal.Andre merasa tidak bisa tidur dan langsung keluar dari rumah. Andre melihat ada Tamara di luar rumahnya."Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Andre!" kata Tamara sambil merasa gugup."Kenapa kamu masih belum tidur?" tanya Andre sambil merasa heran."Aku belum mengantuk. Mun
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal