"Baik, ibu Alea." kata Dita sambil tersenyum.
Kami duduk di ruangan kerjaku. Dita melihat kotak makan siang milik aku. Saat aku membuka kotak makan siang, Dita mencium bau makanan yang aku buka. Dia merasa mual dan ingin muntah. "Ada apa, Dita?" tanyaku sambil merasa khawatir. "Tidak, saya hanya mual saja." Jawab Dita. "Apa karena makanan milik saya? Apa kamu tidak bisa mencium aroma makanan laut?" tanyaku sambil merasa bingung. "Sebenarnya sekarang saya merasa sedikit tidak nyaman saja. Tapi saya tidak memiliki alergi atau gejala." Jawab Dita. "Begitu, saya akan cepat makan supaya kamu tidak merasa terganggu." kataku sambil memakan makanan itu. Setelah selesai makan, kami bicara berdua. "Apa kamu yakin sudah sembuh?" tanyaku sambil merasa bingung. "Sudah, ibu Alea." Jawab Dita. "Tapi kenapa kamu mudah lelah dan selalu merasa mual sampai ingin muntah? Apa kamu sungguh tidakPelukan Alif memang terasa hangat tapi aku lelah mencintai tanpa dicintai. Aku memutuskan untuk melepaskan Alif dan mempertahankan Andre. Aku langsung melepaskan pelukan Alif."Pergi kamu dari rumah aku! Menjauh dari aku!" teriak aku dengan sangat marah."Apa kamu yakin jika aku harus pergi?" tanya Alif sambil tersenyum."Benar, aku tidak ingin melihat wajah kamu lagi. Aku ingin mempertahankan Andre bukan kamu. Mencintai kamu itu membuat aku merasa sakit." jawabku sambil meneteskan air mata.Alif pergi dan aku langsung mencoba menghubungi Andre tapi tetap tidak diangkat."Andre, maafkan aku. Aku memang jahat." kataku sambil menangis.Alif pergi dan menuju rumahnya. Roni melihat Alif sangat kesal."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Alif dengan sangat marah.Alif langsung masuk dan mengunci pintu kamar tidurnya."Kenapa aku menjadi seperti ini? Kenapa ak
Aku pergi ke kantor dan semua pegawai sudah berdiri untuk menyambut aku. Aku melihat Dita tidak berada di kantor."Di mana Dita?" tanyaku sambil merasa penasaran."Maaf, ibu Alea. Saya tidak tahu keberadaan Dita." jawab pegawai itu sambil merasa bingung."Baik, saya akan pergi ke ruangan." kataku sambil tersenyum.Saat masuk ke dalam ruangan, aku mendapatkan kabar dari Dita. Dita tidak masuk karena ibu dari Zidan sedang sakit."Apa? Dita pergi bersama Zidan? Kenapa bisa itu terjadi?" tanyaku sambil merasa bingung.Klien penting datang menemui aku ke ruangan kerja."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Boni."Selamat pagi, pak Boni!" kataku sambil tersenyum."Saya ingin membicarakan mengenai bisnis baru kita." kata pak Boni sambil tersenyum."Tentu saja, silakan duduk!" kataku sambil tersenyum.Pak Boni duduk dan memberikan kontrak kerja sama. Aku membaca dan menyetujui isi
Dita merasa tidak tega saat melihat ibunya Zidan. Tapi Dita tetap menolak pernikahan itu dan mengatakan bahwa dia sudah memiliki calon suami."Maaf, ibu. Aku tidak bisa, aku sudah memiliki calon suami. Dia akan menikah dengan aku. Tapi aku tidak akan melarang Zidan dan ibu untuk bertemu dengan anak ini. Hanya saja aku tidak bisa menerima Zidan kembali. Aku harap ibu bisa mengerti keputusan aku ini." kata Dita sambil merasa sedih.Ibunya Zidan merasa kecewa saat mendengar perkataan Dita."Kenapa? Kenapa kamu begitu egois dan tidak memberikan kesempatan kepada Zidan? Zidan sangat mencintai kamu." kata ibunya Zidan dengan sangat marah.Dita hanya diam dan merasa kesal terhadap Zidan. Dita mencoba menahan amarah."Ibu tetap ingin kalian berdua menikah. Ibu tidak akan membiarkan anak itu memiliki ayah lain selain Zidan." kata ibunya Zidan dengan sangat kesal.Zidan hanya tersenyum saat mendengar perkataan ibunya. Dita sema
"Apa kamu sudah merasa sangat nyaman saat bersama aku? Jangan sampai kamu terlalu nyaman, aku tidak akan bisa melepaskan kamu." kata pria itu sambil tersenyum."Kamu memang menyebalkan." kata wanita itu sambil tersenyum.Mereka seakan mengingatkan kebersamaan aku dengan Alif. Aku langsung pergi ke kamar mandi."Maaf, saya harus ke kamar mandi sebentar." kataku sambil tersenyum."Silakan, ibu Alea." kata pak Joko sambil tersenyum."Jangan lama." kata Andre sambil memegang tanganku."Baik." kataku sambil melepaskan tangan Andre.Aku pergi ke kamar mandi. Saat ingin keluar dari kamar mandi, seorang pria masuk ke dalam kamar mandi. Ternyata dia adalah Alif."Alif!" kataku sambil merasa terkejut."Alea!" kata Alif sambil tersenyum.Alif mengunci pintu dan mendekati aku. Alif menatap mata dan menarik wajahku ke depan wajahnya. Aku merasa terkejut dan berpikir bahwa dia akan mencium bibir aku. Aku m
"Bukan begitu." kata Fauzi sambil merasa bingung."Sudah, kamu masih saja berani berbohong. Tadi kamu sendiri yang mengatakan bahwa wanita itu hamil." kata Roni sambil merasa kesal.Mereka semua masuk ke dalam rumah. Fauzi langsung mencoba menjelaskan semuanya."Dengarkan aku! Semua ini tidak seperti yang kamu pikirkan, Roni. Aku tidak pernah melakukan itu terhadap wanita. Aku hanya berusaha untuk membantu dia." kata Fauzi sambil merasa gelisah."Sudah, jujur saja!" kata Roni sambil tersenyum."Sungguh, aku tidak membuat dia hamil. Pria brengsek itu yang membuatnya hamil." kata Fauzi sambil merasa kesal.Roni merasa terkejut saat mendengar perkataan Fauzi."Apa? Seorang Fauzi? Penipu yang paling lembut dan baik. Dia mengatakan brengsek. Kamu sudah membuat aku merasa terkejut. Ada apa ini?" tanya Roni sambil merasa terkejut."Sepertinya teman kita ini sedang jatuh cinta terhadap wanita itu." jawab
Salah satu mafia berbisik dan menyuruh mafia yang lain untuk pergi karena tidak ingin terlibat dengan masyarakat."Baik, pak. Maafkan kami." kata mafia itu sambil merasa kesal.Mafia itu langsung pergi dari sekolah itu. Roni dan Fauzi merasa lega dan menarik napas. Alif hanya tersenyum saat melihat itu. Satpam kembali dan menemui Alif."Ternyata kamu benar. Mereka bukan orang baik. Mereka mengatakan bahwa kamu adalah penipu dan bertiga. Padahal kamu sedang sendiri dengan saya." kata satpam sambil tersenyum.Alif hanya diam karena dia memang penipu. Alif tidak bisa merasa benar dan tidak bersalah. Dia langsung pamit dari hadapan satpam itu."Maaf, saya harus pergi. Saya memiliki urusan penting." kata Alif sambil tersenyum."Sebaiknya kamu memang harus pergi. Tidak baik jika lama berada di sekolah. Guru akan merasa curiga dengan kamu." kata satpam sambil tersenyum."Terima kasih, pak." kata Alif sambil tersenyum.&n
"Itu berarti istri anda sangat mencintai anda. Anda harus menjaga perasaan dia dengan baik." kataku sambil tersenyum."Benar, pasti itu. Saya senang sekali bisa berbicara banyak dengan anda. Selamat tinggal, ibu Alea." Kata klien itu.Klien itu pergi dan aku langsung masuk ke dalam mobil. Saat dalam perjalanan, aku merasa seperti orang bodoh saat mengingat pembicaraan tadi dengan klien itu."Aku menyuruh dia untuk menjaga perasaan istrinya. Tapi aku sendiri, aku tidak bisa menjaga perasaan ini kepada Andre. Aku masih mencintai Alif. Semua ini terasa seperti memukul diri sendiri. Aku berbicara dengan omong kosong. Semua itu tidak bisa aku lakukan di dalam kehidupan percintaan ini. Menyebalkan." kataku sambil merasa kesal.Saat sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam rumah. Alif sudah berada di rumahku."Selamat datang, Alea!" kata Alif sambil tersenyum."Untuk apa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa kesal.&
Andre hanya tersenyum dan melihat wajah Tamara."Kamu masih belum berubah, Tamara. Kamu wanita paling bijak selama aku mengenal seseorang." kata Andre sambil tersenyum."Benarkah? Aku tidak begitu bijak. Kamu terlalu berlebihan." kata Tamara sambil merasa malu.Saat malam hari, aku mencoba menghubungi Andre. Tapi telepon Andre tidak bisa aku hubungi."Kenapa ini? Apa ada sesuatu dengan Andre?" tanyaku sambil merasa bingung.Saat pagi hari, aku bersiap dan langsung keluar dari kamar tidur. Alif datang ke rumahku. Dia membawa masakan untuk aku. Aku sangat terkejut saat melihat dia ada di depan rumah."Alif!" kataku sambil merasa terkejut."Alea, aku membawakan makanan untuk kamu." kata Alif sambil tersenyum."Kenapa kamu berada di sini? Apa kamu masih akan memaksa aku?" tanyaku sambil merasa kesal.Alif mendekat dan mencium bibir aku dengan sangat lama. Aku merasa terkejut dan mencoba me
Para mafia itu tertawa dengan sangat bahagia. Mereka bertiga sudah mulai merasa khawatir dan gelisah. Aku merasa tidak tenang dan ingin pergi ke tempat Besar milik mafia itu. Zidan langsung melarang aku untuk pergi."Jangan! Itu terlalu berbahaya." kata Zidan sambil memegang tanganku."Tidak, aku harus pergi. Aku khawatir dengan keadaan mereka. Alif tidak memberikan kabar kepadaku." kataku sambil merasa resah."Bagaimana jika kita menghubungi polisi saja? Saya khawatir jika mafia itu tidak hanya sedikit. Saya khawatir jika mafia itu banyak dan kita akan dalam bahaya jika tanpa pengawasan dari polisi." kata Zidan sambil merasa khawatir.Aku memikirkan perkataan Zidan. Dia memang benar tapi itu artinya mereka juga akan tertangkap oleh polisi. Aku tidak siap jika harus melihat Alif masuk ke dalam penjara."Ibu Alea, kenapa anda diam saja? Apa anda setuju dengan pendapat saya?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Saya tid
Rara pergi ke toilet dan Zidan mengikuti dia dari belakang. Zidan mengetahui maksud dari pertanyaan aku tadi. Zidan langsung pergi menemui Dita."Aku harus pergi sebentar saja. Kamu harus mengunci pintu. Apa kamu mengerti?" tanya Zidan sambil merasa khawatir."Baik, aku mengerti." jawab Dita sambil tersenyum.Zidan langsung pergi ke rumahku. Aku terkejut saat melihat Zidan."Kenapa kamu datang kemari?" tanyaku sambil merasa bingung."Aku baru menyadari siapa Rara sebenarnya." jawab Zidan sambil merasa terkejut.Rara langsung pergi menghampiri kami berdua."Ternyata kalian sudah mengetahui tentang aku. Di mana mereka bertiga?" tanya Rara sambil merasa kesal."Diam kamu anak kecil. Pergi sana!" kata Zidan sambil merasa kesal.Rara langsung menghubungi seseorang dan seseorang membawa mobil untuk menjemput dia. Aku merasa terkejut bahwa anak kecil yang sudah aku tolong adalah seorang pengintai y
Mereka bertiga langsung mencari informasi lebih banyak mengenai Rara. Aku kedatangan pak Haris ke dalam ruangan kerjaku."Selamat pagi, ibu Alea!" kata pak Haris sambil tersenyum."Selamat pagi, pak Haris!" kataku sambil tersenyum.Rara langsung mendekat dan mengatakan kepada aku bahwa dia ingin pergi ke toilet."Kakak, aku ingin pergi ke toilet sebentar saja." kata Rara sambil tersenyum."Apa kamu ingin aku temani?" tanyaku sambil tersenyum."Tidak, jangan. Aku bisa pergi sendiri. Aku bisa bertanya kepada pegawai kakak tentang toilet." jawab Rara sambil tersenyum."Baik, aku akan menunggu kamu di sini." kataku sambil tersenyum.Rara keluar dari ruangan kerjaku. Aku ingin memastikan bahwa Rara sampai di toilet. Rara bertanya kepada Zidan."Di mana arah toilet?" tanya Rara sambil merasa bingung."Di sebelah kanan, aku bisa mengantarkan kamu ke sana." jawab Zidan sambil tersen
"Tidak masalah." kata Andre sambil tersenyum.Dita langsung mencari keberadaan Fauzi."Di mana Fauzi berada?" tanya Dita sambil merasa bingung."Fauzi pasti berada di luar. Apa kamu ingin bicara dengannya?" tanyaku sambil tersenyum."Benar." Jawab Dita.Fauzi masuk dan kami semua keluar dari ruangan Dita."Ada apa, Dita?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Kenapa kamu tidak berada di samping aku? Kenapa kamu tidak menunggu aku?" tanya Dita sambil merasa kesal."Aku menunggu kamu di luar. Aku tahu kamu sedang ingin bicara dengan Zidan. Aku memberikan kalian berdua waktu untuk bicara. Kalian adalah orang tua dari anak itu." jawab Fauzi sambil tersenyum."Apa kamu tidak ingin mengatakan sesuatu yang lain? Kenapa hanya membicarakan mengenai Zidan saja?" tanya Dita sambil merasa bingung."Sesuatu? Seperti apa?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Tidak ada." jawab Dita sambil mer
Fauzi kembali dan membawa es krim untuk Dita."Ini untuk kamu." kata Fauzi sambil memberikan es krim itu."Terima kasih." kata Dita sambil tersenyum.Saat Fauzi ingin memakan es krim, Dita langsung mengambil es krim milik Fauzi."Kenapa kamu mengambil es krim aku?" tanya Fauzi sambil merasa bingung."Aku ingin mencoba milik kamu. Apa tidak boleh?" tanya Dita sambil tersenyum."Baik, coba saja." jawab Fauzi sambil tersenyum.Dita langsung mencoba es krim Fauzi."Enak, ini es krim kamu." kata Dita sambil memberikan es krim milik Fauzi."Benarkah?" tanya Fauzi sambil tersenyum.Dita menghabiskan es krim dia. Mulut Dita dipenuhi dengan es krim. Fauzi melihat itu dan tersenyum. Fauzi langsung mencium bibir Dita dan menjilat es krim di atas bibirnya."Manis." kata Fauzi sambil tersenyum.Dita merasa gugup dan hanya diam saja."Kenapa kamu diam saja? Apa
"Kenapa wajar?" tanya Alif sambil merasa kesal."Wajar karena kita berhenti di tempat yang tidak seharusnya." Jawabku.Kami sampai di rumahku. Dita langsung diperiksa oleh dokter kandungan. Zidan menunggu Dita. Dokter langsung berbicara kepada Zidan."Kesehatan ibu dan bayi sangat baik. Tapi saya sarankan untuk jangan terlalu lelah." Kata dokter."Syukurlah." kata Zidan sambil menarik napas."Apa kalian ingin mengetahui jenis kelamin anak kalian?" tanya dokter itu sambil tersenyum."Apa kita sudah bisa mengetahui jenis kelamin bayi?" tanya Zidan sambil merasa bingung."Tentu saja, kehamilan ibu Dita sudah 8 bulan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Dokter memeriksa jenis kelamin dari bayi yang ada dalam kandungan Dita."Bagaimana dokter?" tanya Zidan sambil merasa penasaran."Bayi anda perempuan." jawab dokter itu sambil tersenyum.Zidan merasa senang dan langsung meme
"Andre sudah menerima tawaran kerja sama dari aku. Aku senang sekali dan tidak merasa bimbang saat menerima tawaran dari pak Beni." jawabku sambil tersenyum."Benarkah? Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah dia sangat menolak tawaran dari kamu itu?" tanya Alif sambil merasa terkejut."Memang benar tapi dia sudah menerima tawaran dari aku." jawabku sambil tersenyum."Bagaimana bisa dia berubah dengan sangat cepat?" tanya Alif sambil merasa penasaran."Aku meminta bantuan dari Tamara untuk membujuk Andre supaya menerima tawaran dariku. Ternyata Tamara berhasil mengubah pemikiran Andre. Aku senang sekali saat mendengar kabar dari Andre tadi." jawabku sambil tersenyum."Ternyata begitu, aku tidak menyangka dia akan menerima tawaran dari kamu. Aku pikir dia itu orang yang kerasa kepala." kata Alif sambil tersenyum."Aku juga, Tamara memang hebat. Mereka memang saling mencintai satu sama lain. Sekarang mereka sudah menjalin hubungan. Ak
Mereka bertugas bermain dan Alif mencari informasi mengenai ibunya. Tapi Alif tetap tidak berhasil."Sebenarnya dia membawa ibu ke tempat apa. Kenapa sangat sulit untuk aku temukan?" tanya Alif sambil merasa kesal.Roni melihat Alif sedih. Roni langsung berhenti bermain."Sebentar, kakak harus berhenti dahulu." kata Roni sambil melihat Alif."Biarkan saja, kamu bermain dengan kakak saja. Kak Roni itu sudah tua, dia pasti mudah lelah." kata Fauzi sambil tersenyum."Baik, kakak. Kak Roni istirahat saja." kata Rara sambil tersenyum."Kurang ajar, Fauzi. Kakak akan kembali nanti." kata Roni sambil merasa kesal.Roni langsung menghampiri Alif."Ada apa, Alif?" tanya Roni sambil merasa bingung."Aku masih belum bisa menemukan keberadaan ibuku." Jawab Alif."Ternyata begitu, sabar saja. Aku yakin sebentar lagi kita akan menemukan ibu kamu. Kita sudah mendapatkan kotak musik dan kita hany
Andre merasa tidak percaya bahwa Tamara langsung menerima dia."Kamu serius? Aku senang sekali." kata Andre sambil mencium tangan Tamara.Andre langsung menarik wajah dan mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah."Terima kasih, Tamara!" kata Andre sambil tersenyum."Aku akan memberikan cinta terbaik untuk kamu. Supaya kamu tidak terluka lagi." kata Tamara sambil tersenyum."Aku akan memberikan seluruh cinta dan hati aku untuk kamu. Kamu selalu ada untuk aku." kata Andre sambil tersenyum."Kamu memang pandai dalam merayu aku." kata Tamara sambil tersenyum.Andre langsung mencium bibir Tamara dengan sangat bergairah. Mereka menikmati itu. Mereka berdua pulang ke rumah. Andre mengantar Tamara sampai masuk ke dalam rumahnya."Sampai jumpa di kantor, wanitaku." kata Andre sambil tersenyum."Sampai jumpa, Andre!" kata Tamara sambil tersenyum."Andre?" tanya Andre sambil merasa kesal