Semalaman Alvaro tidak bisa tidur, selain menjaga istrinya yang sakit, dia juga masih teringat oleh ucapan Ratri yang tengah merayunya.Benar-benar gila itu perempuan berani merayunya."Varo! Gimana kondisi Calista? Apa dia sudah membaik?" tanya Riana datang ke kamar Alvaro.Riana tidak tahu kalau menantunya semalaman tengah sakit, bahkan Alvaro sendiri tidak memberitahunya, pembantu rumah tangganya pagi-pagi sekali pas dia bangun langsung memberitahunya."Belum ma, tapi dia sekarang bisa tidur. Rencananya aku bawa ke rumah sakit, tapi dianya nggak mau. Pusing juga aku kalau dia yang sakit. Kurasa dia masuk angin, kecapean. Aku udah peringati nggak usah kerja, aku kan usah tambahin pegawai di tokonya, tapi tetep aja dia nggak mau dengerin, kalau sakit gini kan ngerepotin.""Hus! Omonganmu itu nggak baik. Jangan gitu. Kamu Menikahinya hanya untuk kau ambil enaknya doang? Enak saja. Jangan ngomong kek gitu, suami yang baik itu setia buat jagain, bukan malah ngeluh gitu."Raina mengayunk
"Bagaimana dengan kondisi istri saya Dok? Apakah dia perlu dirawat di rumah sakit, atau bisa rawat jalan?"Alvaro mengikuti dokter Dita yang menaruh tas dinas berisi peralatan medis di atas meja."Apakah ada penyakit yang membahayakannya?" tanya Alvaro begitu khawatir. Dia ingin segera mengetahui secara detail dari hasil pemeriksaan dokter.Dokter Dita mengulas senyumnya, terlalu perhatian Alvaro pada istrinya, dan itu membuatnya salut. Tidak semua laki-laki selalu berpikir sama, bahkan kebanyakan dari mereka mengabaikan kesehatan pasangannya."Tunggulah sebentar Mas Varo. Kan sekarang masih di tes urine, bersabarlah sebentar lagi akan diketahui hasilnya. Nanti kalau memang harus dirawat di rumah sakit, yang nggak papa, lebih enak mendapatkan infus dan juga mendapatkan penanganan yang tepat dari dokter , tapi kalau nggak terlalu serius, cukup obat jalan saja, tapi perlu diingat, pola makannya harus teratur dan juga bergizi, ditambah lagi dengan istirahat yang cukup biar lekas membaik.
"Apa?! Jadi istriku sudah hamil dua bulan dok? Dokter serius dengan ucapan dokter. Dokter tidak lagi berbohong kan?"Alvaro dibuat terkejut setelah mendapatkan penjelasan dari dokter Dita. Dia bahkan tidak menyadari kalau istrinya tenang hamil muda."Tentu saja benar apa yang saya katakan mas Varo. Kalau mas Varo masih tidak percaya, Mas Varo bisa tes ke laboratorium, di rumah sakit."Alvaro menoleh pada Calista yang masih terbangun juga di atas ranjang."Yang! Jelaskan padaku. Siapa yang sudah menghamilimu? Kenapa kehamilan kamu sudah berumur dua bulan. Padahal pernikahan kita masih berumur satu bulan."Refleks Calista mendelik dan melemparkan bantal ke muka suaminya."Kurang ajar sekali kamu, ya! Bisa-bisanya kau menuduhku telah berselingkuh dengan orang lain. Sekarang aku tanya sama kamu. Waktu kamu menikmati tubuhku, apakah aku sudah tidak perawan lagi?"Alvaro melepas tawanya dan menghambur memeluk istrinya. Dikecupnya berkali-kali tanpa malu dilihat oleh dokter Dita."Sorry yang
Malam itu semua keluarga berkumpul di ruang makan termasuk Ratri juga ikut bersama dengan mereka.Calista seharian itu sudah mulai membaik dia diberikan makanan yang bergizi dan juga buah-buahan banyak. Alvaro menunjukkan perhatiannya sampai tidak mengizinkan istrinya untuk melakukan apapun."Papa, Mama akan memberitahu sesuatu sama Papa," ucap Riana melirik ke arah suaminya yang duduk di sebelahnya sembari membuka piring yang tertutup.Riana tidak sabaran untuk bercerita pada suaminya jika di keluarganya tengah dikaruniai kebahagiaan yang berlimpah, walaupun ada masalah yang cukup memberatkan mereka dengan masalah yang ditanggung oleh Alka."Mama mau cerita apa sama Papa? Apakah tidak sebaiknya kalau kita makan dulu sebelum bercerita. Ini di ruang makan, waktunya kita makan dulu sebelum menceritakan sesuatu yang bikin horor. Papa nggak mau mendengar lagi cerita-cerita yang bikin mood tapi hilang seperti saat itu."Bayu menegaskan pada istri dan juga anak-anaknya agar tidak bicara di
EkhemDeheman keras membuat Calista yang tengah duduk di pinggiran kolam renang refleks terkejut. Dia menoleh ke belakang dan mendapati Ratri yang tengah membawakannya secangkir jus dan juga buah-buahan segar.Entah apa yang membuat Ratri begitu perhatian padanya, setelah mengetahui dirinya tengah hamil. Calista selalu menaruh kecurigaan padanya, meskipun begitu, dia cuma diam dan tidak mau menuduhnya secara langsung, atas kecurigaannya."Halo Calista. Bagaimana kondisimu? Apakah sekarang sudah lebih baik?" tanya Ratri dengan meletakkan nampan di meja kecil yang ada di sebelah Calista.Calista mengangguk dengan menatap ke arah nampan berisi jus dan buah-buahan segar yang diletakkan di atas meja."Iya, aku baik-baik saja," jawab Calista dengan mengulas senyumnya tipis.Walaupun ia tidak menyukai Ratri, tapi ia tidak mau menunjukkan kebenciannya itu. Sesama wanita, pasti akan merasakan sakit hati jika diperlakukan tidak baik oleh semua orang."Ini aku buatkan jus untukmu. Aku juga sudah
Hari itu Calista sangat senang karena orang tuanya dan juga sepupunya datang untuk menjenguknya. Setelah dikabarkan dia tengah sakit waktu itu, membuat orang tuanya khawatir. Mereka ingin menjenguk anaknya, apalagi Alvaro juga mengabarkan bahwa istri tengah hamil muda, membuat Kamila dan Geraldi tidak sabaran untuk segera datang menjenguknya."Wah, Mama sama Papa datang untuk menjengukku? Kakak juga menepati janjinya buat datang ke sini?"Calista dan juga Riana menyambut kedatangan keluarga Calista dengan sangat baik. Riana langsung mengajak mereka masuk ke dalam rumahnya."Mari silakan masuk. Jeng Kamila dan Mas Geraldi tadi apa nggak buka tokonya? Kok pagi-pagi udah tiba di sini. Mana ke sini nggak bilang dulu, kami nggak nyiapin apapun kalau gini."Riana merasa canggung karena saat besannya datang ke rumah, dia tidak menyiapkan makanan apapun, bahkan keluarganya saja hanya sarapan seadanya dengan nasi goreng."Tidak perlu repot-repot Jeng. Memang kami sengaja datang ke sini yang
Semakin mesra saja hubungan Calista dengan Alvaro. Alvaro memperlakukannya seperti seorang putri kerajaan, dilarang melakukan apapun termasuk mandi saja harus menunggu dia pulang dari kantor."Sayang? Anak kita nanti cewek apa cowok, ya? Kalau cewek pasti cantik seperti kamu, kalau cowok pasti ganteng seperti aku," ujarnya dengan menyabun perut rata Calista.Calista melempar pandangnya gemas dengan ucapan suaminya. Dari jaman purba sampai jaman orde baru, sifat anak pasti akan menurun dari orang tuanya sendiri, tidak mungkin mencontoh orang lain."Dari dulu, sebelum nenek moyang kita lahir, kalau anak cewek pasti akan seperti Mamanya, dan kalau cowok pasti akan seperti Papanya. Itu dari jenisnya, tapi kalau untuk wajah ataupun watak, udah beda lagi. Tiap bayi yang lahir itu sudah dibekali oleh sifatnya masing-masing, dan kebanyakan, kalau cowok itu banyak yang menurun sifat Mamanya, dan cewek sebaliknya, kebanyakan dari anak cewek selalu menurun sifat Papanya. Keturunan cewek ataupun
"Calista kamu ngapain? Kalau nggak lagi sibuk, kamu bisa temani Mama nggak?" tanya Riana.Hari itu di kediaman Bayu tengah ada acara sosialita teman-teman arisan Riana. Riana sangat sibuk untuk menyiapkan banyak makanan buat tamu-tamunya, dan pagi itu dia sengaja ingin mengajak Calista berbelanja. Calista yang tidak memiliki kesibukan bahkan memang dilarang suaminya untuk melakukan aktivitas yang berlebihan, dia setuju dengan ajakan mertuanya usia kandungannya juga sudah mulai menginjak empat bulan, dirasa cukup kuat saat dia beraktivitas sedikit di luar."Mau lah ma. Memangnya kita mau ke mana?" tanya Calista keluar dari dalam kamarnya saat itu weekend Alvaro sendiri masih tidur, karena semalaman dia begadang menonton bola.Setibanya di luar pintu dia mendapati keberadaan mertuanya yang sudah berdandan rapi."Mama mau mengajakmu ke pasar buat beli keperluan bikin makanan. Bibi di rumah sangat sibuk menyiapkan banyak makanan. Kasihan juga kalau beliau diminta untuk pergi ke pasar juga
Acara makan malam bersama keluarga besar membuat keluarga Bayu sangat bahagia. Kedua besannya diundang datang ke rumah untuk menikmati hidangan yang sudah mereka sajikan dalam acara ulang tahun kedua bocah kembar anak dari Calista dan juga Alvaro beserta anak dari Alka dan juga Natasha yang memiliki tanggal kelahiran sama Namun beda bulan. Mereka sengaja ingin merayakan ulang tahun anak-anaknya di hari yang sama."Wah, meriah sekali ya malam ini. Baru kali ini kita bisa merayakan ulang tahun anak-anak bersama seperti ini. Biasanya kita nggak ada waktu luang untuk berkumpul bersama seperti ini."Malam itu Riana begitu bersemangat karena tidak lagi sendiri tapi ditemani oleh kedua besannya yang masih keterkaitan keluarga."Iya dong, Ma, kapan lagi kita bisa berkumpul bersama seperti ini. Aku sangat bersyukur sekali karena pada hari ini kita bisa berkumpul dalam keadaan sehat walafiat dan bisa menemani bocil yang sedang berulang tahun. Nggak nyangka, anakku kini sudah tumbuh besar."Tak
"Kalian ini dari mana saja? Kalian lagi jalan-jalan di luar ya?" tanya Calista saat suami dan anak-anaknya datang ke toko tempatnya bekerja.Di saat weekend, Calista diminta untuk membantu orang tuanya di toko, karena ada banyak barang yang harus dikirim ke luar kota. Dia meminta sang suami untuk menemani anak-anaknya."Enggak kok, kita dari toko terus beliin makanan buat kalian di sini," jawab Alvaro dengan menurunkan Ivy dari gendongannya."Aku tadi niatnya mau istirahat, tiduran sama mereka, nggak tahunya mereka malah bangun minta jajan. Sebenarnya di rumah juga masih banyak jajan, tapi mereka nggak mau, maunya beli di luar, terus mau beli makanan juga buat kamu. Ya udah, kita lanjut beli makanan dan mampir ke sini. Jujur aku sebenarnya capek banget pengen tidur sama mereka."Alvaro merenggangkan otot-otot pinggangnya yang berasa kaku."Ternyata masih enakan kerja daripada momong bocah. Kalau anaknya nggak terlalu aktif mungkin masih bisa dikendalikan, kalau anaknya macam mereka, di
"Dad! Uang!"Dua bocah kembar terbangun dari tidurnya langsung memeluk daddy-nya dan meminta uang. Padahal matanya saja masih belum terbuka dengan sempurna."Kalian ini. Baru bangun tidur langsung minta uang. Buat apaan minta uang? Daddy masih belum punya uang, masih belum waktunya gajian," jawab Alvaro.Seketika bola mata Ivy membola. "Loh katanya Daddy itu bos. Kenapa Bos nggak punya uang? Bukannya Bos itu gudangnya uang?" Dengan selorohnya, gadis kecil itu tidak mempercayai, Ayahnya tidak memiliki uang."Siapa bilang Daddy itu Bos? Daddy tuh cuman karyawan biasa. Kalau belum waktunya gajian, ya nggak dapat uang. Itu artinya, kalian gak boleh jajan banyak-banyak."Dengan cepat Kenzo membalasnya. "Bohong! Daddy itu bohong dek. Daddy itu uangnya banyak. Kemarin aku tahu kok, Daddy taruh uang di dompet. Buruan dikasih dad, memangnya kalau nggak dikasih anaknya mau dikasih siapa? Mau dikasih cewek yang waktu itu?"Kenzo masih kesal mendapati keberadaan ayahnya bersama wanita lain, tanpa
"Ngapain kamu pulang pakai manyun gitu? Kalau marah nggak usah dibawa pulang, emangnya orang rumah jadi bahan pelampiasan orang marahan? Di rumah ada anak-anak, jangan lampiaskan kemarahanmu sama mereka. Mereka nggak tau permasalahanmu."Mendapati suaminya yang baru pulang kerja dengan muka tertekuk, Calista langsung mengomelinya. Dia sangat malas dijadikan pelampiasan kemarahan suaminya terus, padahal kemarahannya dia bawa dari kantor, dan pulang-pulang dilampiaskan pada setiap orang yang ditemuinya di rumah, sungguh menjengkelkan bukan?"Aku tuh capek, di kantor banyak masalah, ditambah lagi dibodohi sama orang," bantah Alvaro. Dia frustasi, hampir setiap hari dia mendapatkan masalah dari orang-orang yang berniat untuk mengajak kerjasama, tapi nyatanya dia hanya diberikan harapan palsu. Mereka tidak serius untuk bekerja sama dengannya."Andai saja aku punya pilihan lain, aku tinggalkan bisnisku. Aku sudah malas berbisnis kalau dipermainkan orang terus. Aku kok malah ingin menjadi pe
"Vera! Ngapain kamu ada di sini?" Alvaro dikejutkan oleh keberadaan Vera yang tiba-tiba saja ada di cafe tempatnya bertemu dengan seorang klien yang dia sendiri belum pernah bertemu sebelumnya. Dia mendapatkan pesan dari sekertarisnya, kalau dirinya diminta untuk datang ke sebuah cafe untuk menemui seseorang yang katanya dari salah satu perusahaan yang tengah bekerja sama dengan perusahaannya. Tidak pernah terlintas di pikirannya kalau dirinya ternyata dikibuli oleh seorang wanita yang sebelumnya diancam oleh Calista."Iya, memang aku yang datang kemari. Aku datang ke sini karena diutus oleh Pak Prayogo untuk mewakili meneruskan kerjasama antar perusahaan kita. Jadi di sini intinya aku datang kemari untuk alasan yang pertama, ingin melanjutkan kerjasama dengan kamu, dan yang kedua Aku ingin bertemu dengan kamu secara pribadi."Tanpa merasa malu, Vera langsung menyatakan bahwa dirinya ingin menemui Alvaro secara pribadi dan itu membuat Alvaro tersenyum iris."Hah! Apa kau bilang? Kamu
"Puas kamu! Itulah kalau kamu ceroboh suka deketin cewek. Lagian, kamu itu udah tua masih juga kegenitan, mau jadi apa kamu! Belum puas juga sama satu wanita? Nggak malu kamu sama anak kamu? Awas aja kalau sampai aku tahu kamu main-main, jangan panggil aku Calista lagi, aku tidak sudi lagi bareng sama kamu, dan aku, akan meninggalkanmu."Karena geramnya, Calista memberikan ancaman pada suaminya. Selama hampir tiga tahun menemani dalam biduk rumah tangga, kini ada duri duri yang bermunculan di rumah tangga mereka. Calista akan membuang dan membakar duri-duri itu agar tidak menyakitinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena kebodohan saja."Siapa juga yang main-main sama cewek sih, yang! Aku itu nggak pernah main-main sama cewek lain, cuman sama kamu doang waktu itu. Kalau kamu nggak nganterin diri kamu ke aku, aku juga nggak bakalan ngelakuin itu sama kamu. Kamu mabuk, dianterin pulang juga nggak tahu rumahnya, kan waktu itu." Alvaro mengingatkan Calista kembali pada kejadian
"Ada yang bisa dibantu mbak?" tanya Calista dengan berjalan mendekati seorang wanita yang duduk di ruang tunggu.Wanita itu menoleh dengan kedua alisnya tertaut. "Anda siapa ya mbak? Di mana atasan anda? Saya ingin bertemu dengan atasan anda.""Saya sendiri atasannya, memangnya anda perlu apa dengan saya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dengan anda sebelumnya, kenapa anda tiba-tiba saja datang kemari?" tanya Calista membuat wanita yang bernama Vera itu seketika seperti orang cengo'"Apakah mbak serius? Pemilik perusahaan ini? Bukannya ini perusahaan Pak Alvaro?"Agak kecewa saat datang bukan Alvaro yang menyambutnya, tapi perempuan lain."Pak Alvaro itu kan suami saya, jadi intinya saya juga atasan di sini. Ada perlu apa anda mencari suami saya? Apakah suami saya sudah membuat janji dengan anda?" Kembali Calista bertanya dengan tatapan dingin. Dia sangat yakin kalau perempuan itu, memiliki rencana tidak baik untuk keluarganya.Tidak mendapatkan jawaban dari Vera, Calista pun lan
"Permisi Pak," ucap seorang perempuan mengetuk pintu ruangan Alvaro.Alvaro menoleh sekilas ke arah pintu, dan beralih menoleh pada istrinya yang duduk di sofa sembari menatap laptopnya yang menyala."Ya, silakan masuk," jawab Alvaro dengan tegas.Seorang wanita muda masuk ke ruangan itu berjalan dengan sopan, dan berakhir berdiri di depan meja kerja Alvaro."Maaf Pak, di luar ada tamu yang ingin bertemu dengan Bapak," ucap wanita itu."Siapa?" tanya Alvaro dengan menautkan kedua alisnya."Kalau itu saya kurang tahu Pak, dia hanya mengatakan kalau sudah mengenali Bapak, dan sedang menjalin kerja sama dengan Bapak. Dia tidak pernah datang kemari Pak, tapi sudah bertemu dengan Bapak sebelumnya," ucap Angeline, sekretaris Alvaro.Alvaro bahkan tidak sedang berjanjian dengan siapapun untuk bertemu. Sedangkan rekan kerjanya tidak hanya satu orang, tapi banyak orang, bahkan dari luar daerah."Baiklah, saya akan temui dia. Suruh tunggu sebentar. Jangan biarkan dia masuk ke sini. Saya tidak
"Wah! Ternyata kantor Daddy bagus juga ya? Kirain kantornya Daddy kecil kayak rumahnya keong." Kenzo mulai mengoceh saat tiba di lobby kantor.Baru pertama kalinya Alvaro mengajak anak-anaknya datang ke kantor, dan kini mereka menjadi pusat perhatian para pegawainya."Apa kau bilang tadi? Kantornya Daddy mirip rumahnya keong? Kamu itu keongnya. Kecil-kecil cabe rawit," seru Alvaro dengan menyentil hidung anak laki-lakinya.Mereka berempat memasuki lobby dan mendapatkan sambutan hangat dari para karyawan yang ada di dalam kantor itu."Selamat pagi Pak, Bu," ucap beberapa karyawan yang ada di lobby kantor."Pagi," jawab Alvaro dan juga Calista dengan mengulas senyuman tipis."Selamat pagi semuanya, tampan cantik," jawab kenzo dengan selorohnya.Semua karyawan tersenyum dengan menatap gemas anak kecil itu."Astaga, anakmu ini ya? Kenapa bisa jadi seperti ini bibitku," gerutunya. "Sebenarnya unggul nggak sih?" Alvaro bergumam dengan berjalan pelan menatap Kenzo yang melambai-lambaikan ta