Share

Bab 47.

Penulis: NanaKitty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Rumah lo kok sepi banget ya? Ada orang nggak sih di dalem?" Adelia terheran-heran memperhatikan rumah yang begitu besar dan luas tetapi terlihat sepi tanpa penghuni.

Adrian segera turun dari motornya dan menghampiri Adelia. "Setiap hari emang selalu kayak gini rumah gue! Soalnya bonyok di luar negeri dan gue disini tinggalnya ya cuma sama beberapa pembantu dan tukang kebun gue doang! Miris nggak sih? Tapi, ya udah lah, nggak penting! Masuk yuk!" tuturnya kemudian berjalan dahulu.

Adelia pun menatap punggung cowok itu yang kini tengah berjalan di beberapa undakan untuk menuju pintu utama. Adelia tidak tahu bagaimana jadinya dirinya kalau berada di posisi Adrian yang hidup tanpa kasih sayang dari orangtua itu. Sedikit rasa kasihan pun muncul di dalam hati Adelia.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Segiempat   Bab 48.

    FRESH. Kesan pertama yang Adelia lihat dari sosok Adrian, juniornya yang belum pernah ia kenali sebelumnya itu. Dengan rambut yang masih sedikit basah karena habis keramas dan juga pakaian santainya, yaitu kaos oblong yang memperlihatkan lengan berotot nya dan celana jeans hitam sedengkul, yang melekat di tubuh six spack nya itu, Adrian berjalan menuruni tangga sembari mengusap-usap rambutnya, membuat titik-titik air bekasnya keramas itu pun tersirat ke samping kepalanya.Tapi, Adelia hanya cuek bebek saja, tetap duduk tanpa mengubah posisinya betopang dagu dengan bantal sofa di pangkuannya. Sampainya Adrian di ruang tamu tempat Adelia menunggu, cowok itu langsung duduk pada sofa panjang dan meletakkan buku-buku yang ia bawa diatas meja. "Kita belajar apa?" tanya Adelia datar.Adrian pun menolehkan kepalanya kearah Adelia, "Menurut gue, ada baiknya kalo kita kenalan dulu deh! Walaupun udah tau nama satu s

  • Cinta Segiempat   Bab 49.

    "Tolong .. Jambret!! Tolong .. Jambret!! Tolong .. Ada jambrett!!"Sebuah teriakan khas ibu-ibu dari satu arah terdengar sampai gendang telinga Reno, membuat pemuda yang sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya itu langsung menghentikan laju motornya yang semula berjalan berkecepatan sedang, dan mengedar kan pandangannya ke sumber suara.Tepat di satu titik-di depan sebuah toko kue-Reno menemukan seorang wanita paruh baya tengah menjerit meminta tolong, juga dua orang laki-laki berpakaian seperti preman tengah berlari dengan terbirit-birit menuju kearahnya, dengan salah satu dari mereka yang menenteng sebuah tas.Dengan cepat, Reno melepas helm dan turun dari motor gedenya itu lalu berkacak pinggang dan mengangkat sedikit kaki kirinya membentuk sudut 45° bermaksud untuk membuat satu dari mereka terjatuh. Reno dengan santai bersiul dan seolah-olah sedang melihat-lihat sekitarnya. Dan benar saja, saat preman it

  • Cinta Segiempat   Bab 50.

    "Nak Reno, kamu duduk duduk dulu disini ya! Tante mau ke belakang dulu!" Marissa berkata sembari menduduk kan Reno pada sofa panjang ruang tamu itu kemudian berjalan ke arah dapur untuk memanggil pembantu nya. "Bikk .. Bibik .." teriaknya."Iya, Nya!" jawab pembantu itu dengan sebuah spatula di tangannya. "Tolong siapin air es sama handuk kecil, terus bawa ke depan ya! Cepet!" kata Marissa cepat sembari membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sebotol air putih dingin kemudian dituang pada gelas. "Baik Nya!" jawab pembantu itu.Sembari menunggu Marissa yang berada di dapur, Reno mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang tamu itu. Dan saat ia melihat di dinding, ternyata ada sebuah foto keluarga disana. Ayah, ibu, dan satu gadis kecil ditengahnya. Beberapa saat, Reno memperhatikan foto gadis kecil itu, ia seperti mengenalnya. Mulai dari wajah, gaya tomboy, sampai senyum nya benar-benar familiar di mata Reno. Tapi siapa? Reno mengernyit

  • Cinta Segiempat   Bab 51.

    Nada dering panggilan berbunyi berkali-berkali dalam tas Adelia, membuat gadis yang tengah belajar dengan Adrian itu pun mengangkat kepalanya dari buku yang dipegangnya dan mengambil ponselnya dalam tas itu."Aduh, gue masih nggak ngerti nih! Gima---" gumam Adrian terpotong."Bentar, nyokap gue telfon!" Adelia langsung menggeser dial phone warna hijau itu dan mendekatkan ke telinganya."Hallo Mah!" sapa Adelia sembari menolehkan kepalanya keluar."Hallo Adel? Kamu kemana sih nak? Kok belum pulang juga? Langit udah mendung loh! Kamu pulang sekarang yah, keburu hujan!" kata Marissa di seberang.Adelia yang melihat cuaca hampir gelap itu pun mengiyakan ucapan Marissa, "Iya deh, Ma! Aku pulang sekarang! Lagian aku juga udah selesai kok!" putusnya."Tapi kamu naik apa? Apa perlu mama suruh Mang Diman aja bua

  • Cinta Segiempat   Bab 52.

    MALAM ini diluar sedang turun hujan, tidak terlalu deras juga tidak disertai petir dan gledek, hanya hujan ringan. Membuat udara menjadi agak dingin dan menusuk tulang. Dan dengan ditemani gitar kesayangan dan segelas white coffee panas itu, Adelia duduk di sofa yang memang terdapat pada balkon kamarnya, memandangai rinai hujan yang turun dengan keroyokan itu."Woyy sendirian aja lo? Kasian banget, lagi ngelamunin gue ya?" ledek Dicky yang baru saja melompat dari balkon kamarnya, karena letak kamar mereka yang memang bersebelahan.Adelia menatap malas cowok di depan nya itu, lalu menegakkan posisi duduk nya, ia merasa bosan sekali mendengar kenarsisan Dicky yang tak ada habis nya. "Resek banget sih lo! Ngapain gue ngelamunin lo? Kerajinan banget! Kayak nggak ada kerjaan lain aja!"Dengan kekehan kecilnya, Dicky pun langsung duduk di samping Adelia dan seketika pandangannya jatuh pada gelas bermoti

  • Cinta Segiempat   Bab 53.

    "MEMASUKI tahun 1945, posisi Jepang menghadapi Sekutu semakin tidak menguntungkan. Tanda-tanda bahwa Jepang akan kalah perang sudah mulai terlihat. Pendaratan Sekutu di Irian pada bulan April dan jatuhnya Pulau Saipan pada bulan Juli 1944 telah mengancam kedudukan Jepang di Indonesia. Maka, untuk mempertahankan diri dari Sekutu, Jepang tidak mempunyai cara lain kecuali dengan meningkatkan bantuan kekuatan dari rakyat Indonesia."Pak Benni berdiri tegap di depan kelas, menerangkan materinya sebaik mungkin dengan mengacu pada buku cetak yang tebalnya kurang lebih 5 cm di tangannya. Suasana kelas yang tercipta pun selalu hening setiap guru itu mengajar, karena predikat killer yang melekat di dirinya. Semua murid harus disiplin, fokus dengan yang beliau sampaikan, karena ketika diberi pertanyaan, semua harus bisa menjawab. Bahkan terkadang beberapa murid sampai menguap karena bosan mendengarkan ocehannya, kebanyakan mereka berpendapat bahwa cara mengajar guru itu sa

  • Cinta Segiempat   Bab 54

    "NTAR pulang sekolah belajar lagi kan, Kak!"Adelia mendongakkan kepala dari mangkuk di hadapannya, diikuti juga Friska. Masih dengan mengunyah bakso di mulutnya, Adelia mendapati sosok Adrian yang tengah tersenyum miring di kursi depannya. Ya! Tadi setelah dari perpustakaan, dan mencuci muka di toilet, Adelia langsung menyusul Friska di kantin dan meninggalkan Dicky di kelas, karena cowok itu yang sibuk membaca dan dikerubungi cewek-cewek di kelas.Adelia menelan bakso yang telah ia kunyah di mulutnya, kemudian meneguk sedikit minumannya dengan sedotan. "Hah, eh-iya! Tapi kalo boleh jujur sih, sebenernya gue capek, kalo abis pulang sekolah, terus mesti ke rumah lo, belajar lagi .. Huft! Gue sendiri aja jarang belajar, terus pulangnya sore .. Hmm~ lumayan capek lah," keluhnya.Adrian menganggukan kepalanya beberapa kali, sejujurnya ia merasa kasian juga dengan Adelia, tidak tega melihat gadis itu kelelahan. "Hmm~ Yaudah

  • Cinta Segiempat   Bab 55.

    DICKY menghentikan laju motornya di depan gerbang rumah Adelia. Cewek itu kemudian turun dari jok belakang dan melepas helmnya diikuti Dicky. Rambut panjang yang digerai Adelia pun terlihat sedikit berantakan, membuat Dicky tak berkedip melihat cewek itu yang mulai merapikannya hingga seperti semula."Lo kenapa masih disini?" heran Adelia, ia pun seolah-olah berfikir sebentar. "Oh iya! Gue sampe lupa! Emang ongkosnya berapa, Pak? Dua puluh ribu cukup?" katanya seraya merogoh saku baju dan menemukan uang berwarna hijau yang terlipat menjadi 2 bagian itu.Yang ada, Dicky malah memanyunkan bibirnya dan mengalihkan pandangan nya kearah lain. Hal itu membuat Adelia pun terkekeh geli melihatnya. "Hahaha .. Kayak bebek deh lo, Dick! Manyun jelek gitu," Adelia menoyor pipi Dicky dan kembali memasukan uang itu ke dalam sakunya.Dicky meliriknya, "Abisnya sih, lo ngeselin juga ya! Emang lo kira gue tukang ojek, segala nanya ongkos

Bab terbaru

  • Cinta Segiempat   Bab 69.

    SATU hal yang tidak pernah terlintas dalam benak Adelia selama ini, yaitu kenyataan bahwa Raisha ternyata bermuka dua alias musuh dalam selimut. Setelah benar-benar mendengarkan cerita Friska kemarin di telfon, emosi cewek itu benar-benar tersulut dan terbakar. Benar-benar tidak habis fikir dengan ke-kejam-an Raisha-plus Cherry and the gank, memutus rem motornya. Masih untung ia bisa selamat, kalau tidak? Memangnya Raisha mau mengganti dengan nyawanya? Itu jelas tidak mungkin.Dan hari ini, gadis itu sudah bertekad akan melabraknya. Walaupun Dicky pula sudah berkali-kali memberinya nasihat untuk tidak terlalu emosi, tapi tetap saja, Adelia tetap Adelia, Adelia yang frontal, brutal, bar-bar, tidak takut dengan apapun, tidak ingin ditindas, atau apalah itu. Karena gadis itu juga tidak mungkin bisa diam saja, seakan-akan tidak terjadi apa-apa sementara dalam emosi dalam dirinya terus bergejolak.Karena masalah ini juga sudah kelewatan. Memutus

  • Cinta Segiempat   Bab 68.

    BEBERAPA kali Dicky mengetuk-ketukkan jari tangannya di atas meja. Terhitung sejak istirahat pertama yang telah usai beberapa menit yang lalu kemudian disusul pelajaran berikutnya yang juga telah berlangsung beberapa menit, Adelia tak kunjung menampakkan batang hidungnya di kelas. Hingga kini terketuklah pintu hati pemuda itu untuk angkat pantat dari kursinya dan ijin keluar kelas dengan alasan ke kamar mandi.Apa tuh cewek marah ya sama gue? Sialan! Gue-nya juga si yang bego, mau-mau aja makan bareng sama Raisha. Duh! Lo kemana sih Del?Di setiap langkahnya menyusuri koridor yang sepi, Dicky tak henti-hentinya memikirkan Adelia dan merutuki kebodohan dirinya. Beberapa pesan sudah Dicky kirimkan namun tidak dibalas, panggilan pula tidak diangkat. Ia telah mengunjungi beberapa tempat seperti: kantin, perpustakaan, bahkan ruang musik-walaupun ia tahu, cewek itu tidak mungkin berada disana-tetapi Adelia masih belum juga ketemu.

  • Cinta Segiempat   Bab 67.

    HARI terus berganti. Tak terasa bulan Februari telah habis dan mulai memasuki bulan baru, Maret. Karena memang lukanya tidak parah, keadaan Adelia semakin kesini semakin membaik. Dan setelah diperbolehkan keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu, kini gadis itu dapat menghirup udara lagi dengan bebas dan menjalani kehidupan seperti biasanya.Mungkin setelah adanya insiden yang mencelakakan Adelia beberapa waktu lalu, membuat Dicky semakin menunjukkan perhatiannya. Seperti saat ini, baru saja Adelia terbangun dari tidurnya-disaat matahari mulai merangkak naik-Dicky telah datang menghampirinya dengan semangkuk bubur ayam yang tadi dibelinya di warung makan gang depan pagi-pagi sekali."Gimana rasanya? Enak?" tanya Dicky, sembari memperhatikan Adelia menyantap makanan itu. Untung saja gadis itu bangun tepat waktu, sehingga Dicky tidak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk membangunkannya.Masih mengunyah, Adelia men

  • Cinta Segiempat   Bab 66.

    CUACA pagi ini sedikit mendung. Tidak seperti hari-hari biasanya. Sama seperti hati Dicky ketika pemuda itu menginjakkan kakinya di halaman sekolah. Setelah semalaman ia tidur di rumah sakit karena menjaga Adelia, pukul 6 tadi ia baru bisa pulang ke rumah dan langsung bersiap-siap ke sekolah.Sebenarnya, Dicky ingin absen hari ini karena ia ingin tetap berada di samping Adelia. Hanya takut saja kalau gadis itu tiba-tiba membutuhkan sesuatu dan ia tidak sedang bersamanya. Namun, Adelia tentu tidak ingin kalau Dicky sampai tertinggal pelajaran di kelas hanya karena menjaganya, sehingga ia harus memaksa pacarnya itu untuk tetap masuk sekolah sampai Dicky akhirnya menuruti perkataannya."Pagi Dicky!"Seseorang bersuara feminim tiba-tiba datang dan menepuk pundaknya dari belakang lalu disusul dengan langkahnya yang langsung ia sejajarkan dengan Dicky. Pemuda itu kontan menoleh. "Raisha?"Senyum

  • Cinta Segiempat   Bab 65.

    CAHAYA matahari di siang bolong nampaknya begitu membakar kulit Dicky dan teman-teman satu timnya yang tengah bermain basket di lapangan outdoor. Berpeluh-peluh keringat yang menetes di setiap wajah itu, membuat mereka terlihat semakin kece-apalagi Dicky, tingkat ketampanannya bertambah begitu wajahnya terekspos oleh sinar matahari.Tak sedikit pasang mata kaum hawa di sekeliling lapangan yang menyaksikan aktivitas mereka. Bahkan, sesekali ada yang menjerit begitu melihat Dicky memasukkan bola ke dalam ring dengan mulus dan dari sudut manapun.Dug~Dug~Dug~Suara pantulan bola basket dengan lantai lapangan, juga decitan sepatu, dan suara bariton cowok-cowok itu amat mendominasi. Dari satu arah, Adelia datang dengan membawa minuman dingin dan handuk kecil kemudian duduk di salah satu bangku di bawah pohon yang berada di pinggir lapangan. Ikut menyaksikan mereka.&nbs

  • Cinta Segiempat   Bab 64.

    "Kriinggg ..''BEL masuk khas GHS baru saja dibunyikan oleh seorang security di ruang TU, getaran suaranya pun merambat hingga terdengar ke seluruh penjuru sekolah itu. Terlihat murid-murid dari berbagai angkatan mulai berbondong-bondong memasuki kelas masing-masing, termasuk Adelia, Friska, dan Dicky. Entah, setelah mengetahui kenyataan kalau ternyata Dimas memiliki hubungan khusus dengan Raisha-terbukti saat cowok itu menjemputnya tempo hari, kini Friska lebih sering berangkat siang.Di bangku paling belakang dan deretan ke 3 dari barat, Adelia mendudukkan pantatnya di tempat duduk yang berada disana, diikuti Friska di sampingnya sementara Dicky duduk di bangku sebelah mereka."Hhh .. Kalian makin hari makin lengket aja deh gue liat-liat! Udah kayak perangko aja! Bikin gue iri tau nggak!" celetuk Friska sambil menghempaskan tas selempangnya di atas meja.Mendengar itu, membuat Dicky dan Adeli

  • Cinta Segiempat   Bab 63.

    LANGIT sudah benar-benar gelap. Dicky berkali-kali menelfon Adelia namun yang ia dapatkan hanyalah suara mbak-mbak operator yang mengatakan bahwa nomor yang dituju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Sedari tadi Dicky juga hanya berjalan mondar-mandir di balkon kamarnya. Ia merasakan hatinya tidak tenang. Cemas dan khwatir amat berkecamuk dalam dirinya karena gadis itu belum juga menampakkan batang hidungnya sampai saat ini."Adel kemana sih? Udah jam segini kok nggak pulang-pulang?" pemuda itu bergumam seraya melirik arloji dalam pergelangan tangannya. "Apa gue cek ke sekolah aja kalik ya?" fikirnya.Karena tidak ingin terjadi apa-apa, Dicky akhirnya memutuskan untuk mencarinya di sekolah. Ia berjalan cepat menuju garasi untuk mengeluarkan mobil dan segera meluncur keluar meninggalkan rumahnya, juga rumah Adelia, yang begitu sepi itu. Ya! Pasalnya, orangtua mereka dengan kompaknya pergi ke luar negeri tanpa sepengetahuan Dicky

  • Cinta Segiempat   Bab 62.

    DERAP langkah kaki Adelia tampak menyusuri lorong-lorong koridor yang masih sepi, baru beberapa saja yang datang karena hari masih terlalu pagi. Ya! Karena ini hari Senin dan ia tidak mau terlambat upacara. Namun, langkahnya terlihat santai dan tidak begitu semangat. Pandangannya pun kosong, sepertinya suasana hati sedang tidak secerah matahari pagi. Berkali-kali Adelia menghela nafas dan mengeratkan pegangannya pada tali tas ranselnya.Arahnya berjalan pun tidak menuju ke kelasnya, namun ke tempat lain. Hingga tak lama, gadis itu sampai di sebuah taman yang lumayan luas dan letaknya berada di belakang sekolah, yang notabenenya jarang dikunjungi oleh murid-murid. Rerumputan hijau tampak berembun, udara masih segar. Adelia segera berjalan menuju sebuah kursi panjang yang ada disana."Aduh~ Kenapa masih sakit aja sih, udah diobatin juga tadi malem!" gadis itu mendudukkan pantatnya disana. Jari-jari tangannya meraba bagian sudut bibir yan

  • Cinta Segiempat   Bab 61.

    SALAH satu hal yang paling jarang-bahkan tidak pernah, dilakukan oleh seorang Adelia adalah memasak. Oleh karena itu, Marissa memaksanya untuk belajar supaya gadis itu menjadi perempuan yang benar-benar perempuan. Namun, sedari tadi gadis itu hanya menekuk wajahnya sembari memotong wortel dengan asal-asalan. Sehingga potongan wortel yang dihasilkan pun ada berbagai macam ukuran dan bentuk, ada yang besar, ada yang kecil, ada yang segitiga, dan ada pula yang kotak.Tak~Tak~Tak~Suara pisau dengan papan begitu mendominasi dapur itu. Sementara Adelia memotong wortel, Marissa sibuk menggoreng ayam. "Aduh, kamu salah motongnya, Del! Jangan gede-gede gitu, tipis-tipis aja, kamu gimana sih?" omel wanita itu saat memperhatikan kerja anak gadisnya yang ternyata diluar ekspektasi."Yang penting kan dipotong ma? Biar kenyang kan kalo gede-gede gini!" ujar Adelia masih dengan aktivitas mem

DMCA.com Protection Status