Lusi tampak gelagapan mendengar pernyaran dari kakaknya, ia tak tahu harus menjawab apa, akhirnya Lusi memberanikan diri mengatakan sesuatu.
"Kalau aku naksir kakak Sandra apa kakak akan mengijinkan ku untuk menjalin hubungan dengannya?" Lusi asal berbicara untuk mencairkan suasana.
"Bocah kecil kamu dan Sandra terpaut usia cukup jauh sekitar lima tahun mana mungkin Sandra mau menikahimu," Jay mengatakan hal pahit agar Lusi tidak menginginkan berada di sisi Sandra.
Sandra tersenyum melihat percakapan kakak beradik itu, Sandra mencuri kesempatan mengambil rambut Sabian dengan membisikkan kalimat bahwa ia juga tertarik dengan adiknya Jay.
"Apa aku tidak salah dengar kak, jadi kriteria kakak sudah berubah bukan seperti dulu lagi?" Sabian tersentak Kaget.
"Hati orang sekian lama akan berubah, termasuk standar selera orang tergantung dimana ia bergaul Sabian," Sandra mengeles sedikit agar tak ketahuan ia langsung mema
"Wajar kamu curiga terhadapku, perlu kau ingat aku ini selalu menjaga kesucianku sebagai perjaka," Sandra merapikan kerah kemejanya. --- Sabian meminta maaf kepada kakaknya atas kecurigaannya tetapi di dalam hatinya masih saja ada yang mengganjal, baru kali ini Sabian merasa ada yang aneh dari gelagat sang kakak. "Ya sudahlah, jika kakak ingin berada di kamarku pakai saja, aku ada perlu untuk menemui seseorang hari ini, aku pamit dulu ya kak," Sabian menepuk pundak kakaknya. "Hati hati di jalan adikku, aku pinjam ruangan pribadimu sebentar," Sandra menyandarkan punggungnya di sofa. Sandra mencuri kesempatan ia harus memastikan adiknya audah pergi jauh dari rumah, agar lebih leluasa menjalankan aksinya. Sandra melihat ke bantal yang di gunakan tidur Sabian, ia melihat ada rambut rontok yang menempel di sana, kesempatan bagi Sandra untuk mengambil dan menyimpan rambut itu, kemudian ia menghubungi Jay.
Lusi menshare lokeasi dimana ia berada saat ini, karena ia di hadang oleh Tania dan juga Han yang menginginkan informasi dimana Kirana berada, karena Tania butuh tanda tangan Kirana untuk menaglihkan saham, ternyata almarhum ibu Kirana membuat surat wasiat seluruh hartanya jatuh ke tangan Kirana, bukan jatuh ke tangan suaminya Dani Wijaya."Cepat katakan dimana wanita sialan itu berada, aku tahu kamu bersekongkol menyembunyikannya di kota ini?" Tania menggertak Lusi yang tak tahu apa apa."Aku juga tak tahu dimana kirana berada, aku juga sedang mencarinya, untuk apa kalian bertanya kepada orang yang tahu sepertiku ini," Lusi berkata dengan jujur."Jangan bohong kamu, sebagai seorang sahabat masa iya tidak mengerti dimana sahabatnya berada," Tania mendorong Lusi karena tidak mau mengatakan dimana keberadaan Kirana sang adik tiri.Lusi terjatuh karena tidak ada persiapan sama sekali, Tania kembali melontarkan
Lusi menjadi malu saat Sandra menggodanya, memang benar Lusi tidak pernah dekat dengan lelaki manapun, sebagai nona muda dari keluarga Dokter Manopo, Lusi sangat menjaga reputasinya. "Aku bisa jalan sendiri, tidak usah menyodorkan tangan untukku," Wajah Lusi menjadi memerah. "Oh iya, satu lagi pertanyaan untuk mu, kamu seorang nona muda, kenapa bisa di tindas oleh orang lain?" Sepertinya Sandra harus melatih Lusi agar menajdi kuat. Lusi hanya terdiam, ia tak menjawab pertanyaan Sandra, Lusi tipe orang yang tidak tegaan terhadap orang, ia bahkan tidak akan membunuh seekor semut, baginya semua orang sama, usia muda dan sebuah status keluarga hanya sebuah bonus. "Oke mari ke mobil, kamu bisa menelpon Kirana dan mengobrol dengannya," Sandra menagajak Lusi untuk segera menaiki mobil. "Benarkah aku bisa mengobrol dengan Kirana sepanjang waktu yang aku inginkan?" Lusi terlihat
Lusi kaget mendengar apa yang terucap dari mulut Sandra, memberi dia apa sebagai tanda terima kasih, jangan bilang Sandra adalah pria hidung belang yang suka mencari kesempatan kepada para gadis yang di tolongnya. "Ka-kakak jangan macam-macam padaku, aku tidak akan memberikan tubuhku padamu secara cuma-cuma," Lusi mendekap tubuhnya dengan kedua tangan yang melingkar pada pundaknya. "Hahaha, kamu ini berpikiran apa sih, aku pikir aku akan tertarik pada badan mu yang tipis seperti triplek itu?" Sandra menggoda Lusi yang salah paham. Lusi merasa malu saya Sandra tertawa, ia sudah berpikir macam-macam tetapi apa yang ia pikirkan berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Sandra, Sandra berkata ia lapar setelah satu jam berkeliling, ia ingin makan di tempat yang mewah setelah itu ingin pijat merilekskan tubuhnya. "Kamu mau makan apa kak, biar aku yang traktir sebagai ucapan terima kasihku, tetapi tidak boleh lebih
Kedua orang itu menoleh ke suara yang mengagetkan mereka, di belakang mereka sudah berdiri seorang tuan muda tampan yang memasang wajah garang, merasa tidak senang gerak geriknya di perhatikan serta diabadikan secara ilegal. "Tuan muda, mohon jangan marah, kami ini di perintahkan tuan besar untuk mengawasi anda dan nona Lusi," Jelas salah seorang yang diutus oleh tuan besar Alexander. "Kalau begitu katakan saja, aku sedang gembira berkencan dengan Lusi, sepasang kekasih yang sedang kencan, tidak senang mendapat gangguan seperti ini, apa kalian mengerti?" Sandra berkata dengan tegas, kedua tangan di lipat di atas dadanya. Dua orang kiriman tuan Alexander mengerti akan maksud tuan mudanya, mereka segera menyelesaikan misi mereka dengan mengirimkan foto berikut video tuan muda pertamanya sednag jalan jalan dan makan di warung seafood tenda. "Tuan misi kami telah selesai, kami mohon ijin pamit pulang, maaf tela
Sandra terlihat tak biasa, ia menoleh ke adiknya dan mencoba untuk menenangkan dirinya, sebelum menjawab pertanyaan dari adiknya. "Ponselku batreynya habis, aku belum menerima kabar dari Lusi, apakah dia kecapekan seharian kencan dengan ku hari ini?" Menunjukkan ponselnya yang sudha habis. "Apa kamu sudah benar benar jatuh hati pada gadis kecil itu kak, aku senang mendengar aku sebentar lagi segera mendapatkan seorang kakak ipar," Sabian terlihat sumringah. Tuan Alexandermerasa lega kedua putranya sudah menemukan tambatan hati, tinggal menemukan dimana gadis yang di cari oleh Sabian maka ia akan segera memiliki cucu, beliau harus segera mengirim seseorang untuk secepatnya menyelidiki kasus ini, ia akan merasa senang jika Sabian juga bahagia menemukan gadis yang selama ini dia cari. "Ayah, Sabuian, aku pamit untuk ke kamarku dahulu," Sandra segera menuju kamarnya. "Baiklah, aku tahu apa yang kamu ing
Susan mengatakan mereka sedang berdiskusi mencari seseorang, mereka di tugaskan oleh tuan besar, ini menyangkut perempuan yang di sukai tuan muda kedua. "Benar seperti dugaanku, tapi berada di pihak tuan muda pertama," Doni berkata dalam hati. Susan masih menjelaskan bahwa setahun ini tuan muda kedua selalu lesu dan tak bersemangat, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk bekerja siang malam demi perusahaan semakin maju. "Apa kamu tahu Doni, sebenarnya tuan muda keduaku itu sedang mengalami depresi, aku takut dia akan menjadi gila jika nona Kirana tak segera di temukan," mike membayangkan betapa terpuruk bosnya saat ini. "Semoga cepat ditemukan, apa yang kalian inginkan dariku, jika bisa aku akan bantu?" Doni mendekati Susan dan Mike. Susan mengetahui jika Doni ini, ahli dalam analisis masalah, mengumpulkan bukti, dan menemukan posisi secara akurat, banyak khasus yang dapat ia pecahkan secara cepat, jadi Susan tert
Mike segera mendekat ke layar monitor Susan, entah apa yang ia dapat sehingga berteriak kencang sekali, Susan memperlihatkan sebuah media sosial yang biasa dipakai untuk share foto di sana."Bukankah ini adik dari Dokter Jay?" Mike memperhatikan wajah yang familiar."Gadis ini memang adik dari Dokter Jay, Mike apakah pikiranmu sama denganku?" Susan menatap wajah Mike.Mike mengatakan bahwa tentu saja pemikiran semua orang akan langsung bertanya ke nona Lusi, setelah tahu ia dekat dekat nona Kirana, pasti semua orang akan betanya padanya, karena di media sosial itu, begitu melihat postingannya orang awam akan tahu jika mereka bersahabat."Ternyata kamu bertambah pintar Mike, lalu bagaimana kita mengurus Tania?" Susan bertanya lagi pada Mike."Batalkan saja pertemuan dengannya, berurusan dengannya hanya membuat kita masuk dalam jebakannya, karena kita telah menemukan yang lebih akurat," Mi
Bima menginginkan Terus bisa bersama Clarisa selamanya, ia tak mempedulikan apa yang dikatakan Clarisa dan terus malanjutkan napsunya melucuti semua pakaian Clarisa dan bercinta dengannya sampai puas.Bima sangat menyukai apa yang ia lakukan terlebih di dalam hatinya tak ingin kehilangan Clarisa."Bima kau membuatku sakit," ucap Clarisa lirih."Maafkan aku Clarisa, aku melakukan ini karena aku cemburu dengan siapa saja yang pernah bersamamu, saat ini dan selamanya kau adalah milikku," balas Bima.Mereka melakukan lagi kegiatan yang menyenangkan dimalam itu. Hingga menjelang pagi dan juga di hari-hari berikutnya mereka sering bertemu dan melakukan itu sepanjang hari. ENtah apa yang ada di pikiran keduanya hingga kejadian yang tak terduga pun terjadi."Clarisa kau sudah beberapa hari tidak masuk kerja kenapa?" tanya Kirana lewat sambungan telepon."Saya sedang sakit nyonya, tidak tahu ini kenapa badanku rasanya lemas sekali," jawab Clarisa.
Bima memasang raut wajah yang berbeda dari tadi. Sebenarnya ada apa ya kenapa sampai seperti itu. "Kau tanya padaku, seharusnya kau tidak usah tahu apa yang aku rasakan," jawab Bima. "Kau kenapa sayang, padahal tadi kau sangat tampan," ucap Clarisa. Bima semakin jengkel mendengar ucapan Clarisa berati tadi dia sangat jelek dimatanya. Mungkin pria yang permah ia ajak kesini lebih tampan darinya. Bima sangat kesal sekali. Perasaannya campur aduk. "Apakah aku lebih jelek dari para pria yang pernah kau ajak kesini, aku tidak mau makan di sini," ucap Bima merajuk. "Kau lapar dari tadi, kalau kamu sakit aku akan sedih, kau marah karena mendengar pemilik warung tenda ini ya?" tanya Clarisa. Clarisa mengatakan pria yang pernah datang ke sini bersamanya lebih sering adalah ayahnya saat belum terpengaruh oleh ibu tirinya. Selebihnya hanya Antoni yang sekarang berkhianat. Tiba-tiba ia teringat lelaki yang pernah ia ajak ke sini semuanya berkhiana
Bima melirik Stevan yang ada di sofa ujung sebelum menjawab pertanyaan kakeknya. Ia mengedipkan mata memberikan sebuah kode."Ah itu aku serahkan kepada Stevan saja. Biar dia mengajari adiknya bagaimana rasanya belajar ilmu bela diri, juga menjadi lelaki yang kuat," jawab Bima."Maksudmu apa Bima?!" gertak tuan Alexander marah.Bima menjabarkan maksudnya. Sean ini belum mengerti mana musuh mana kawan. Stevan sudah terlatih dan bisa di andalkan untuk mengajari adiknya sendiri."Kakek tenanglah, kita serahkan pada Stevan bagaimana dia akan mengajari adiknya," jawab Bima."Aku tak yakin kalau ia tega menghukum adiknya sendiri!" seru tuan Alexander.Bima menegaskan kalau Bima akan menemani Stevan untuk melatih Sean yang masih polos dan selalu bertindak gegabah."Tuan Alexander tenang saja orang yang salah memang harus di hukum bukan. Aku harus bertanggung jawab atas masalah ini!" tegas Stevan."Aku pegang janjimu anak muda," ucap t
Belinda mencibit punggung kakaknya yang ternyata meremehkannya. Belinda menagtakan akan mengikat tangan dan kaki Sean di bangku mungkin ia akan mengguyurnya menggunakan air hingga basah sebelum mengelurkan kata-kata kasar karena berani menyakiti kakaknya."Aku bisa saja mengguyurnya dengan air atau menimpuknya dengan beberapa penghapus papan tulis ke kepalanya agar dia tidak seenaknya bertindak," balas Belinda."Kau benar-benar adikku kalau begitu," sahut Bima.Bima memarkir motornya di garasi rumah mereka. Belinda memberi salam pada kakeknya yang berada di ruang keluarga dan menceritakan bahwa kakaknya habis di keroyok oleh geng motor saat pulang mengantarnya sekolah."Apa katamu, lalu kakakmu sekarang dimana?" tanya tuan Alexander panik dan kaget."Aku ada disini kakek, jangan dengarkan Belinda berbicara karena aku tidak apa-apa," jawab Bima.Tuan Alexander beridiri dari kursinya dan memutari tubuh Bima mengecek apakah ada yang lecet di tu
Bima melahap makananya lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Clarisa. Sepertinya gadis itu penasaran dengan apa yang terjadi."Aku tadi di hadang geng bermotor," jawab Bima singkat."Apa yang terjadi, apa kau bertemu musuh?" tanya Clarisa panik.Bima menarik Clarisa sampai ke pangkuannya ia mencecap bibirnya agar tidak terlalu banyak bicara. Saat sudah tenang ia baru menceritakan apa yang terjadi."Jadi seperti itu, lucu sekali anak SMA itu, bukannya sungkem dengan kakak calon pacar malah menghadangnya," ucap Clarisa terkekeh."Untung aku tidak menghajarnya tadi marena dia adiknya Stevan," balas Bima.Stevan adalah sahabat Bima tapi Clarisa belum begitu dekat dengan orang itu. Biarlah yang penting Clarisa akan mempertahankan Bima apapun yang terjadi."Masakan hari ini enak sekali," ucap Bima."Apa kau menyukainya. Kalau begitu aku akan lebih sering memasak untukmu," balas Clarisa.Bima menatap raut bahagia gadis it
Bima menghentikan motor dan belum membuka helmnya. Ia terkekeh melihat tingkah geng motor anak SMA didepannya."Yang mana bosmu, suruh maju ke depan!" seru Bima."Bedebah, sudah memakai motor butut kau berani membonceng gadis pujaan bos kami, kau pikir kamu pantas berhadapan dengan bos kami?" hardik salah satu anggota geng motor lainnya.Bima semakin terkekeh dengan anak muda yang mengedepankan emosi dari pada pikiran mereka. Motor butut ini jika dipakai untuk membeli keangkuhan mereka juga bisa."Anak muda jaman sekarang tidak mengerti motor antik ya?!" ledek Bima."Lepas helm kamu jika punya nyali!" hardik salah satu anggota geng motor itu.Bima menggelengkan kepalanya. Ia tak punya masalah dengan mereka untuk apa melepas Helm. Meladeni bocah sungguh membuat Bima merasa rendah ia menyalakan motornya dan menggeber gas dengan kencang membuat mereka tersulut emosi dan salah satu menyerangnya."Kurang ajar sekali apa kau tak mengerti si
Bima hanya berjanji untuk mengajaknya jalan-jalan. Mungkin hari minggu nanti Bima akan meminjam mobil untuk mengajak jalan-jalan adiknya."Dia ingin mempunyai kakak perempuan. Sepertinya dia sudah jatuh hati pada seseorang dan ingin jalan-jalan dengannya!" seru Bima."Jadi dia meminta ijinmu untuk mengajak Clarisa jalan-jalan?" tanya Kirana.Bima mengangguk tapi dia juga mengutarakan kekhawatirannya jika mereka hanya pergi berdua saja. Jadi hari minggu nanti dia akan mengawasi dua wanita itu jalan-jalan."Bagus kalau begitu ayah juga akan meminta orang untuk mengawasi mereka berdua," balas Sabian."Sekarang tidurlah, besik masih hari sabtu Belinda juga masih harus sekolah," pinta Kirana.Belinda senang mendengar jawaban kedua orang tuanya serta kakaknya. Ia segera lari ke kamarnya setelah mebgucapkan terima kasih ke ayah dan mamanya."Ayah terima kasih sudah percaya padaku!" seru Bima."Sudah seharusnya ayah percaya padamu Bima
Bima menatap ayahnya yang sedang fokus menyetir itu. Kemudian ia tertawa kecil sambil menepuk pundak Sabian ia berkata, "Seharusnya ayah tidak bilang cari istri yang bisa masak,"Sabian menggelengkan kepalanya kenapa bisa salah bicara apa maksud Bima yang sebenarnya. Perasaannya sudah benar karena memakan masakan yang di buat istri itu menyenangkan."Lalu apa yang kau ingin ayah katakan tentang memilih istri?" tanya Sabian."Cukup katakan cariah istri yang sefrekuesi, meneremi segala keadaan susah, senang, sedih, kaya atau miskin," jawab Bima.Bima menuturkan mungkin dahulunya sang mama juga tidak bisa memasak. Karena keadaan menuntutnya untuk bisa mengenyangkan perutnya sendiri maka ia harus bisa mengolah bahan makanan menjadi makanan yang lezat. perjalanan untuk bisa memasak juga tak muda karena jaman sekarang tidak seperti jaman dahulu kala."Ayah jangan telalu kolot wanita sekarang tidak seperti wanita jaman dulu, banyak media untuk berlatih me
Bima mengambil ponselnya dan melihat telepon masuk dari mana. Ternyata dari sang kekasih hati Clarisa Manggala. Bima yang awalnya kesal menjadi lunak hatinya karena mendapatkan telepon dari sang kekasih hati."Haloo kesayangan, apa kau merindukanku?" tanya Bima sambil tertawa."Jangan kegeeran siapa juga yang merindukanmu, tadi adikmu menelponku!" jawab Clarisa.Bima menanyakan ada apa gerangan sehingga Belinda menelpon kekasih hatinya. Baru saja Bima merencanakan jalan-jalan dengan mereka bertiga kenapa bisa Belinda membuat ulah seperti ini. Pikiran Bima sudah menari kemana-mana."Apa adikku membuat ulah padamu?" tanya Bima yang panik."Tidak ada, dia hanya mengabari kalau hari minggu ingin mengajakku jalan-jalan," balas Clarisa.Bima tersenyum kecut, ternyata anak kecil itu sudah tak sabaran mengajak calon kakak iparnya untuk jalan-jalan sendirian. Bima merasa cemburu karena adik kesayangannya ingin memiliki kakak perempuan daripada mempun