Kenzo duduk di sebelahku, sebelum memulai obrolan dia menghela nafas panjang. Mungkin dia ragu untuk memulai dari mana dulu percakapan yang akan dia utarakan. Yang jelas aku tahu dia akan membahas soal pekerjaan haramnya, yang seorang bandar narkoba. Kehidupan yang sangat keras, penuh tantangan juga berpotensi masuk dan terjerat di penjara. Uang dia berlimpah ruah, tapi resiko dari pekerjaannya sangat berbahaya. Namun, Kenzo memang menikmati meski kulihat dia sekarang ingin berubah. "Ta, menurutmu, nanti kita tinggal di mana?" tanyanya. "Aku ikut kemana suami mengajak, asal tidak bertentangan dengan syariat."Jawabku sambil menatap wajah tampan sang calon imam. " Kamu yakin terhadapku, Ta?""Pilihan orang tuaku insyaallah tidak akan salah,""MasyaAllah, Ta, aku semakin merasa tak pantas,""Maka kupinta pantaskan dirimu, Ken,""Aku hanya punya cinta, untukmu,""Cinta?""Ya, dua bulan dari awal perjodohan kita, aku mulai nyaman dan aku berani bertaruh kalo rasa itu cinta."Aku terper
"Lu kenapa, Ta?" tanya Rio kaget melihatku menangis. Segera kuhapus air mata di pipi."Mata gue kena debu,Yo." Masih terus mencoba menyembunyikan kesakitanku."Lu kira gue buta, hah,""Gak, Yo,""Sini." Rio menarik tanganku paksa."Gue tau, lu ada masalah kan? cerita ma gue siapa yang dah bikin lu nangis?"Tak tertahan lagi, air mata terus keluar dari sudut netraku. Terisak aku sambil mencoba mengeluarkan kata-kata."Kenzo, Yo," jawabku."Dia kenapa?"Aku tak langsung menjawab tanyanya, air mata masih terus berkejaran. Sakit teramat sangat, aku."Tita, jawab!""Kenzo menghamili pelacur." Rio malah tertawa kencang, akupun berhenti menangis karena melihat dia tertawa seperti mengejekku."Tita ... Tita, gue kenal Kenzo itu sudah lama. Dia anti perempuan, makanya gue heran napa sama elu dia mau,""Maksud lu apa?""So sorry, maksudnya ya yang gue tau cuma sama lu doang dia sayang,""Napa lu belain dia, Rioooooooo ...," teriakku kencang."Berisik , Tita." Rio menutup mulutku dengan telapak
"Silahkan," pedagang ketoprak itu menaruh dua piring di atas meja panjang."Terima kasih, Mas," koor kami. "Duh mentang-mentang penganten baru, co cweet." Kang ketoprak ngakak. Aku menginjak kaki Rio di bawah meja dan berbisik, "Gegara elu, nih."Rio terkaget, dia malah ikutan ketawa. Ponselnya berbunyi, dia menatapku seperti minta izin untuk mengangkat telponnya. Aku mengangguk iya karena ku tahu Kenzo yang telpon, aku tak merespon pesan dan telpon dia maka dia hubungi Rio."Ya, Bos, gimana?"["Lu masih sama, Tita?"] kudengar suara Kenzo karena Rio sengaja mengeraskan suara yang diloudspeaker."Masih, lu mau ngomong?"["Yes, kasihin ke dia,"]"Apa, Ken? lu mau nyusul ke sini bareng Maya?" tanyaku sinis.["Sayaaang, please deh. Dia bukan siapa-siapa gue."]"Bulshit,"Klik, kututup percakapan itu. "Gak sopan, lu," cela Rio."Bodo,""Heh, tetap jadi orang baik meski orang jahat ke elu,""Dih, so bijak,""Lu yang ngajarin,Ta,"Aku terdiam, ya Allah salahkah aku?"Dah makan dulu, nanti
"Kenzooooooo,""Apasi, kan aku calon suamimu.""Ya gak gitu,""Dikit doang ah, pelit amat si,""Laporin umi, nih,""Dih, maen lapor. Dasar Childis,""Bodo,"Aku mencubit lengan Kenzo, dia bergeming. Lupa, dia ditonjok orang saja gak apa-apa."Ta,""Iya,""Nikah yuk!""Kamu yakin sama aku?""Jiakh, aku justru takut kamu nolak aku,""Maya?""Jangan bikin mood ambyar deh, Sayang.""Ya kamu bilang sama Ayah-ibu sana,""Serius, Sayang?"Aku mengangguk iya, apa ini tidak terlalu cepat? Dia serius padaku kulihat dari netranya yang indah. Kudengar ada notif pesan masuk di ponsel Kenzo, tapi dia tetap fokus menyetir mobilnya."Coba liat siapa yang chat?" kata Kenzo memberiku kepercayaan membuka pesan yang masuk."Serius, Yank?""Iya, Sayang."Gegas kuambil handphone Kenzo di atas dashboard. Hmm, dari no tak dikenal.Arti Sebuah RinduRindu itu sunyi ....Tak perlu ada bunyi.Cukup resapi di dalam hati.Berharap di pertemukan kembali.Tak perlu ada drama yang menghiasi hari-hari.Cukup saling m
"Maya?" tanyaku. Perempuan itu sinis mentapku, namun aku berusaha tetap tersenyum ramah padanya."Lu siapa?" balik tanyanya."Dia calon istri gue!" jawab Kenzo ketus."Saya Tita." Kuulurkan tangan padanya, dia tetap sinis dan enggan menerima. Aku masih tetap tersenyum."Lu kalo gak hargain Tita, pergi saja sana. Inget ya lu hanya perempuan murahan, beda jauh level lu dengan Tita," cerocos Kenzo, aku meraih tangannya lalu kugenggam, kugelengkan kepala memberi kode agar tidak dengan emosi."Gue cuma mau lu, Ken," rengek Maya."Bisa kita bicara berdua?" tanyaku menyela."Siapa sih lu, resein gue terus." Dia mendorongku kasar. "Maya," plak! Kenzo menamparnya dengan kesal. Kemudian membangunkan aku yang jatuh didorong Maya."Kenapa kamu sekasar itu?" "Diam lu, anjing!""Heh Bangsat, pelacur! Lu dah keterlaluan ya, dia calon istri gue, setan!" Kenzo menendang kaki Maya, lalu dia menggandengku paksa memasuki mobil."Kita pulang, Sayang." Aku tak habis pikir, ada apa dengan Maya. Mengapa d
Kulihat jam di ponselku pukul 19.03 wib. Kenzo belum datang juga ke sini. Nomor handphone nya tak aktif, kemana dia?"Bu, Kenzo belum ke sini?" tanyaku pada ibu yang menungguiku di rumah sakit. Beliau menggeleng, ummi menghampiri"Kenapa sayang? kangen ya? baru aja beberapa jam bukan beberapa hari loh," goda ummi. Aku dan ibu tersenyum. Mereka semua menunggui aku di rumah sakit, ayah dan Abi di mushola rumah sakit sedang solat isya. Ku coba menghubungi Rio dengan mengirim pesan.[Yo, lagi sama, Ken, gak?][Kenzo sama bang Kobra, lagi intimidasi orang suruhan Maya,][What's? susul dia suruh pulang.][Gak mungkin, Ta, lu diem aja istirahat. gosah mikir yang berat. Maya urusan kita,][Lu yakin, Kenzo, baik-baik saja?][Iya, Tita. Sudahlah lu istirahat sebentar lagi kita ke rumah sakit.][Iya,]***Menginjak pukul 23.00 wib Kenzo baru nyampe rumah sakit. Punggungku mulai terasa perih dan sakit yang teramat. "Keenn," panggilku merengek, kedua orang tuaku dan Kenzo sudah pulang. Saat ini h
Kenzo terlihat begitu tenang, dia diapit umi dan Abi. Rio ikut menyaksikan ritual sakral kami, bang kobra berjaga di depan pintu kamar rumah sakit."Sudah siap, Sayang?" tanya umi.Aku dan Kenzo mengangguk, kami malu-malu untuk saling tatap. Kenzo gagah dan ganteng memakai jas hitam itu."Mari, kita mulai," seru pak penghulu."Saya nikahkan engkau Kenzo Alfarizi bin H. Abdul Hafiz dengan Tita Shanum binti Muhammad Ali dengan maskawin emas seberat dua puluh gram,""Saya terima nikah dan kawinnya Tita Shanum binti Muhammad Ali dengan maskawin tersebut tunai,""Sah?""Sah ...,""Barakallah,""Alhamdulillah,"Resmi sudah aku menjadi istri dari seorang Kenzo. Ayah dan Ibu memelukku, begitupun umi dan Abi. Mereka sangat sayang padaku."Selamat ya, Ken, Ta,"kata Rio memberi selamat pada kami."Cepet nyusul lah, nak Rio," seru Abi diiyakan semuanya. Suasana rumah sakit begitu khidmat dan luar biasa bahagia. Masya Allah, hari ini aku menjadi seorang istri."Love you, my life." Kecup Kenzo mes
"Kita nikah ya,""Apasi ah, kamu berlebihan. Aku memang sayang kamu.""Aku tau, Sayang. Tapi aku baru dengar langsung pengakuan itu.""Issh, apa tadi kata umi sama Abi?""Mereka setuju banget aku segera nikahin kamu,""Serius?""Dua rius, Sayang,""Aaa ... makasih banyak," Kenzo memelukku meski hanya kepalaku yang dia peluk. Dia teramat bahagia mendapat restu dari kedua orang tuanya.Ponsel Kenzo berdering nyaring, "Aku angkat sebentar, ya," pamitnya, aku mengangguk."Ya, Bang," Ken membuka obrolan."Serius? langsung bergerak, Bang. Tetap jaga jarak, dan hubungi gue kalo ada yang lebih serius dari ini."Begitu yang kudengar, Kenzo bicara dengan bang Kobra mungkin. Tapi ada apa? apa sesuatu terjadi di rumah Kenzo?"Ada apa, Sayang?""Gak, bang kobra mengabarkan ada yang mencurigakan di rumah. Semoga saja tidak terjadi hal buruk pada keluarga kita," jawab Kenzo."Amin," ucapku."Kamu istirahat ya, sini aku temenin." Kenzo duduk di sampingku, dia terus saja mengusap lembut kepalaku. "G
"Sayang," Ken berlari meraih tubuhku untuk memelukku, aku sangat merindukan Ken ini."Apakah kamu baik-baik saja?""Ya, sayang,""Yo, aku akan menyewakan rumahmu untuk sementara waktu," seru Ken kepada Rio."Hei, itu disewakan, tidak apa-apa bagimu untuk tinggal di sini. Aku tinggal di rumahmu, jadi kamu bisa mengurusnya.""Oh ya, terima kasih, Yo.""Ya, istirahatlah Bos. Apakah Anda ingin saya membeli sesuatu?"Apakah istriku sudah makan?"“Oke sayang, kamu makan. Rio belikan nasi untuk laki-lakiku,”"Siap, Ayah. Waktu mau beli minum, lidahku terlalu pahit untuk diminum,""Jangan minum terlalu banyak, kamu sayang tubuhmu, apalagi kalau nikah nanti tersedak tar Yo, nikah itu enak lho," kata Ken menyetujuiku."Jika kamu berpikir untuk pergi ke sana, aku akan pergi ke sana."***"Sayang, bagaimana kamu bisa tertangkap dengan semua bukti?""Tidak perlu membahasnya, kamu tidak akan mengerti dan aku juga tidak ingin kamu mengerti, sayang,""Baiklah, apa rencana kita selanjutnya? Berapa la
"Lu baik-baik di sini ya, Ta. Gue sama Alvin temenin di sini."Aku mengangguk serta segera masuk ke dalam rumah Rio agar tidak memancing musuh."Yo, telpon bang Kobra, dia gimana?" pintaku."Iya, sebentar." Rio langsung menghubungi Bang Kobra,"Hah? siapa mereka Bang?""Maya, Yo," kudengar percakapan mereka karena Rio sengaja buka speaker agar aku dapat mendengar langsung.Astaghfirullah, dia lagi. Kenapa dia selalu ingin membuatku celaka, padahal ibunya adalah ibuku juga."Lu kudu tiati, Ta,""Maya gak tau rumah lu, kan?""Gak! lu dah makan belom? gue suruh Alvin beliin makanan ya?""Beliin gue nasi Padang saja, Yo. laper gue,""Iya siap."Lagi dan lagi perempuan gila itu masih terus mengincar aku, betapa besar cintanya kepada Kenzo.Kasihan jiwanya terluka bahkan tumbuh rasa dendam.Tanpa aku tulis kesedihannya sudah jelas terlihatTanpa tangis pun sudah terasa betapa perihnyaBertekuk lutut aku mengiba diantara pintamu yang luguAku kini hanya mencoba kuat, meski sekedar menemanin
Beruntung lukaku tak terlalu parah, jadi bisa langsung pulang. Tak sabar aku ingin segera ke kantor polisi untuk melihat keadaan suamiku."Suami kamu kedapatan bawa narkoba," kabar polisi saat aku sampai di kantornya. Aku shock, aku tahu dia bandar narkoba tapi sudah gak lagi dia menggeluti pekejaan haram itu. Dia pun janji tidak akan menyentuh barang haram itu lagi."Izinkan saya bertemu suami saya," pintaku memohon."Baik, tunggu sebentar.""Sayaaang." Ken memelukku, aku sibuk menyeka air mata."Kenapa ini bisa terjadi?" isakku."Sttt ... dengerin aku, kamu jangan ke sini dulu ya. Aku khawatir musuhku akan mengincar kamu, Sayang.""Maksudmu?""Turuti perintahku, Sayang. Aku hapal situasi seperti ini. Aku akan segera keluar asal kamu nurut. Biarkan aku dan teman yang lain yang ngurusin ini.""Gimana kalo umi dan Abi tanya, Ibu sama Ayahku juga?""Bilang sama mereka aku ada kerjaan ke luar kota dadakan,""Iya Sayang, kamu baik-baik di sini.""Kamu bisa telpon ato chat aku, Sayang."Ak
"Jangan gitu dong ummi, Abi cuma sayang ummi," ujar Abi masih merajuk manja."Abi malu, kita di rumah besan loh bukan di rumah kita," sahut ummi mencubit mesra pinggangnya."Astaghfirullah, Abi lupa. Kalian gimana, Nak?" tanya Abi mengalihkan pembicaraan."Kami baik Abi," jawab Ken."Alhamdulillah,"Asyik berbincang dengan mereka kemudian aku dan Ken pamit pulang, karena tadi Ken janji mau ganti nomor kartunya maka kami mampir ke konter.Aku pilih sendiri nomor kartunya, semoga dengan ini Maya tak lagi bisa menghubungi Kenzo.Kami sedang berjalan pulang dari konter setelah pengaktifan kartu baru. Kami berdua bahagia dan berbicara tentang acara yang baru saja berlangsung. Namun, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan kami dan seorang pria keluar dari mobil itu. Pria itu adalah musuh lama Kenzo yang selalu mengganggu bisnis Kenzo. Kenzo segera mengenali musuhnya itu dan aku merasa tidak nyaman dengan keadaan yang memburuk."Kenzo, Elu pikir lu bisa lari dari gue selamanya?" kata musuh
Lagi dan lagi Maya mengganggu kebahagiaan kami, aku tahu Ken curiga atas tingkahku yang tetiba pamit ke kamar mandi dengan membawa ponselnya. Dia hanya sedang menyembunyikannya dari ummi."Ummi pulang ya, Sayang.""Ken antar ya ummi," tawar Ken."Gak usah sayang, kasihan istrimu sendirian di sini.""Tak apa ummi, Tita biasa sendiri," sahutku, ummi tersenyum cantik sekali."Tuh, istrinya Ken itu selain cantik dan menggemaskan dia juga mandiri, ummi.""Iya ummi percaya, tapi ummi mau mampir ke rumah orangtuanya Tita dulu.""Ya gak apa-apa, atau sekalian saja Tita ikut yuk, Sayang.""Ide yang sangat bagus. Tita ganti baju dulu ya, Ummi.""Iya Sayang,"Bergegas aku masuk kamar untuk mengganti baju, Ken mengekor dari belakang setelah pamit juga pada ummi."Sayang, gak usah ngurusin hal yang gak penting ya," kata Ken memelukku dari belakang."Ganti nomor ya,""Iya Sayang, kamu yang pilihin deh nomornya sekalian tar pulang nganterin ummi.""Ok,"Ken mengecup rambutku mesra, aku mencoba melep
"Assalamualaikum," sapa umi di luar rumah, gegas aku temui beliau dengan mencium punggung tangannya."Umi, sendiri?""Iya, Sayang, Ken ada?""Lagi di kamar mandi, umi."Umi masuk ke dalam rumah dan duduk di sofa, aku mengikutinya duduk di samping."Umi sehat?""Seperti yang kamu lihat, Alhamdulillah umi masih diberi umur insyallah biar bisa lihat cucu umi,""Amiin, sebentar umi tita ambilkan minum ya.""Jangan, Nak. Nanti umi ambil sendiri.""Baik umi, jangan sungkan ya.""Gak apa-apa Sayang,""Abi kemana? kenapa gak ikut?""Abi lagi ngisi kajian di mesjid An Nafis, Kalian gimana sudah ada tanda-tanda punya anak?""Eh ada umi," ujar Ken menghampiri, langsung saja dia menyalami umi. "Iya Sayang, sehat kamu Nak?""Alhamdulillah umi, eh umi sendiri?""Iya Sayang, sini duduk dekat umi.""Gimana, Mi?""Kapan umi dapat cucu, Nak?""Doain kita umi, Ken juga pengen segera nimang Dede bayi.""Umi selalu doain,""Terima kasih umi,"Sungguh, tiada doa semujarab doa ibu. Bismillah semoga terkabu
Berjejer kukuh bersua dalam kotakMelintas nada yang sempurna molek dan rancak Tanganku menerka bunga-bunga dalam benak Tatapan ini telah mengenal ragam yang acakBerlainan pula goresan yang kita buat disamping warna perak Ku bersyukur seluruh coretan hidup yang kita mulai dari bercak-bercakHingga kini petualangan kita mencetuskan bianglala yang telah tampakTerlukisnya kamu menyempurnakan kesan gradasi dalam motif hidup ku yang abstrakGoresan krayonmu yang menempel bagai kerakLembut bergelombang seperti ombak Cukup bersinergi untuk meronai sebuah sajakAlhamdulillah semua berjalan lancar, aku dan Ken kini sepasang suami-isteri. Semoga Allah meridhoi pernikahan kami."Sini, Yank." Ken menarikku masuk ke dalam kamar mandi."Apasi Ken, hei mo ngapain ih kamu jangan nakal heh...,""Loh kita sudah halal sayang,""Iya tapi kita ngapain ini ah,""Ayolah sayang, sini." Ken terus memaksaku masuk."Keeennn ...,"***"Cieee mandi basah," goda Ken."Mandi ya basah, gimana si.""Sayang,""
"Umii," panggilku mendekati beliau karena kulihat beliau membuka matanya. Sedang Abi masih di ruang tamu berdebat dengan Ken."Nak, apa yang Ken barusan bilang, Sayang?""Umi yang tenang, Tita sekarang anak umi ya.""Apa yang Ken bilang?""Umii ... yang sabar ya.""Jadi benar?"Aku mengangguk sambil menahan tangis, ini sangat menyakitkan dihadapanku seorang ibu dan istri yang terluka hati dan batinnya oleh ibu kandungku sendiri."Umi, maafkan Tita.""Tidak Sayang, kamu gak salah. Semua salah mereka yang mementingkan nafsu semata. Kebohongan mereka kapan pun akan ke permukaan juga meski bukan kalian yang membukanya." Umi menangis tersedu, aku memeluknya."Tita anak umi," imbuhnya. Makin kueratkan pelukanku."Makasih umi,"Aku sungguh menyayangi umi, terlebih sekarang beliau adalah mertuaku. Teringat satu puisi yang ditulis temanku di goup pencinta puisi."KEDUNGUAN CINTA" Cinta, apa kau tau seberapa kuat aku mencoba ?Menjahit luka, mengubur derita .... Menjaga mata, menutup telinga
"Pasangan yang serasi," ucap petugas di kantor urusan agama sesampainya kami di sana.Kami tersenyum menanggapinya."Sudah bisa dimulai kan?" tanyanya lagi. Kami mengangguk.Penghulu menuntun Ken mengucapkan ijab qobul dengan wali hakim yang ditunjuk bang Kobra. Ada rasa yang tak biasa bernaung di dada ini, sungguh luar biasa."Saya terima nikah dan kawinnya Tita Shanum binti Adam dengan maskawin tersebut dibayar tunai.""Saahhh ...,"Alhamdulillah ya Allah, aku resmi jadi istri seorang Kenzo. Riuh sekali suasana di kantor itu, petugas sampe berkali-kali mengingatkan jangan terlalu berisik."Selamat ya, Bos." Bergantian semuanya menyalami Ken dan aku. Ya Allah berkahi pernikahan kami ini, Ridhoi kami sehingga kami dapat mencapai sakinah mawaddah warohmah."Neng, selamat ya kalo kamu butuh teman curhat Teteh bisa jadi teman kamu," ujar istri bang Kobra yang menggendong anaknya."Terima kasih, Teteh. Pasti Tita butuh teteh nanti Tita hubungi teteh kalo mau cerita ya,""Heleh punya temen