“Video percobaan pemerkosaan dari rekaman CCTV di kantorku malam itu, saat kau datang untuk memintaku membayar tubuhmu demi biaya operasi Aryani, masih tersimpan dengan baik. Dan Video itu bisa menjadi bukti terbaik untuk merusak nama baikmu juga membawamu mendekam di dalam penjara!” Nirina mendeci
“Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau memaksa seperti ini?” tanya Marcella merajuk ketika dia menyandarkan punggung di kursi mobil. Avan sama sekali tidak menjawab. Dia mencondongkan tubuh di depan Marcella. Wajahnya tepat di depan wajah Marcella. Hidung mereka nyaris bertemu dan sesaat nafas kedua
“Wow! Avan, it’s so wonderful place.” Marcella perlahan melepaskan tangannya dari genggaman. Bagian belakang cafe itu menghadap ke lereng gunung. Kabut tipis menyelimuti permukaan yang menghamparkan kerlip lampu pemukiman yang ada di bawahnya. Seperti bintang bertaburan di atas permukaan tanah. Ang
Avan memandang hampa pada tangannya yang kosong. Sesaat kemudian dia mengikuti Marcella dan duduk di kursi yang ada di depannya. Avan membiarkan semua keheningan tetap diam sebanyak waktu yang Marcella perlukan. Marcella menarik nafas panjang sebelum memulai kembali. “Aku bukan wanita yang bebas, A
Itu adalah tempat yang lain di hari yang berbeda. Bayu baru saja masuk ke mansion keluarganya ketika Manu bergegas menghampiri. “Aryani menunggumu di ruang kerja.” ujar Manu memberitahu Bayu. Bayu melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah lewat tengah malam. Tidak seperti biasanya Aryani mau bi
“Tidak mungkin Marcella melakukan itu, Kak. Dia bukan wanita yang bisa membalas dendam dengan cara yang kejam.” Aryani menyangkal. “Bukankah itu menurutmu. Kenyataannya tidak seperti itu. Orang paling baik sekali pun bisa melakukan hal kejam ketika mereka melewati batas rasa sakitnya.” Bayu memijat
Tidak ada satu jawaban pun yang diterima Bayu. Sepanjang malam, ratusan kali dia menyentuh ponselnya hanya untuk melihat bahwa Marcella tidak sama sekali menanggapi pesan yang dia kirimkan. Pertanyaan bergelayutan di benak Bayu. Apakah istrinya belum membaca pesannya? Atau Marcella memang sudah tida
Bayu berdiri cepat. Dia membuka salah satu laci yang ada di belakangnya. Sepucuk senjata dengan segera berada di tangannya. Bayu dengan cekatan memasang beberapa peluru dan melepaskan pengaman pelatuknya. Manu berdiri. “Tidak, Bayu. Bukankah kiat sudah sepakat untuk tidak menggunakan cara ini lagi