“Wow! Avan, it’s so wonderful place.” Marcella perlahan melepaskan tangannya dari genggaman. Bagian belakang cafe itu menghadap ke lereng gunung. Kabut tipis menyelimuti permukaan yang menghamparkan kerlip lampu pemukiman yang ada di bawahnya. Seperti bintang bertaburan di atas permukaan tanah. Ang
Avan memandang hampa pada tangannya yang kosong. Sesaat kemudian dia mengikuti Marcella dan duduk di kursi yang ada di depannya. Avan membiarkan semua keheningan tetap diam sebanyak waktu yang Marcella perlukan. Marcella menarik nafas panjang sebelum memulai kembali. “Aku bukan wanita yang bebas, A
Itu adalah tempat yang lain di hari yang berbeda. Bayu baru saja masuk ke mansion keluarganya ketika Manu bergegas menghampiri. “Aryani menunggumu di ruang kerja.” ujar Manu memberitahu Bayu. Bayu melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah lewat tengah malam. Tidak seperti biasanya Aryani mau bi
“Tidak mungkin Marcella melakukan itu, Kak. Dia bukan wanita yang bisa membalas dendam dengan cara yang kejam.” Aryani menyangkal. “Bukankah itu menurutmu. Kenyataannya tidak seperti itu. Orang paling baik sekali pun bisa melakukan hal kejam ketika mereka melewati batas rasa sakitnya.” Bayu memijat
Tidak ada satu jawaban pun yang diterima Bayu. Sepanjang malam, ratusan kali dia menyentuh ponselnya hanya untuk melihat bahwa Marcella tidak sama sekali menanggapi pesan yang dia kirimkan. Pertanyaan bergelayutan di benak Bayu. Apakah istrinya belum membaca pesannya? Atau Marcella memang sudah tida
Bayu berdiri cepat. Dia membuka salah satu laci yang ada di belakangnya. Sepucuk senjata dengan segera berada di tangannya. Bayu dengan cekatan memasang beberapa peluru dan melepaskan pengaman pelatuknya. Manu berdiri. “Tidak, Bayu. Bukankah kiat sudah sepakat untuk tidak menggunakan cara ini lagi
Sesaat semua orang memejamkan mata. Beberapa dari mereka adalah orang yang belum pernah melihat kekejaman Bayu yang hanya terdengar dari telinga. Ketika akhirnya mereka melihat dengan mata kepala sendiri dengan siapa mereka sedang bekerja, tak urung mereka pun berubah menjadi jeli. “Berterima kasih
Marcella duduk diam sambil memutar-mutar gelas berisi air yang ada di depannya. Kata-kata Nindia mengandung banyak kekhawatiran. Dalam hati Marcella selalu bersyukur karena ibu yang dia miliki adalah Nindia. Wanita yang tegar dan tidak terpengaruh oleh keadaan. Kebijakannya dalam menentukan banyak h