Mata Marcella terpejam. Tapi butiran air mengalir dari sudut matanya. Pemandangan yang membuat hati Bayu terkoyak. Wajah Marcella adalah ekspresi kesedihan yang dalam. Perasaan dalam diri Bayu adalah pengakuan cinta yang mulai dia sadari. Dia hanya ingin Marcella tersenyum, tanpa air mata. Bayu mul
“Bi… please, be nice.” Marcella menyentuh bahu putrinya. Walau hubungannya dengan Bayu menegang, namun bukan berarti Marcella bisa membiarkan Bianca melemparkan banyak kebencian pada Bayu. Terlebih itu di depan Nindia dan orang lain yang baru mereka kenal. Bianca mengerucutkan bibir. Tangannya me
Bianca dan Marcella menoleh bersamaan ke arah datangnya suara. Mereka melihat Bayu berdiri di sana. Walau kata-kata yang Bianca lontarkan terdengar kejam, wajah Bayu sama sekali tidak menunjukkan kemarahan. Bianca melihat sengit ke arah Bayu. Dia merasa tidak punya alasan untuk menyukai pria itu. J
“Itu… itu memang bukan urusanmu.” Marcella mempertahankan sisa-sisa ketegaran yang bisa dia tunjukkan. Kadang Marcella tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Saat di depan Bayu, dia menjadi makhluk yang paling lemah dan mendamba. Berbeda dengan dirinya yang telah puluhan tahun menjadi pengusaha suk
“Bayu? Hmm… Matthew, ini adalah suamiku. Bayu, ini adalah Mattew, ayah Bianca.” Marcella berdiri dan memperkenalkan kedua pria di hadapannya dengan rasa canggung. Bayu mengulurkan tangan dengan hangat pada Mattew. Dia mendapatkan sambutan yang sama hangatnya. “Hi,” Mattew menyapa. “Jadi, kalian
“Bukankah kau sudah menikah? Aku menerima surat undangan pernikahanmu sebelum aku kembali ke Indonesia waktu itu.” Marcella tertegun sesaat karena lamaran Mattew. Mattew tersenyum kecut dan menggeleng. “Semua terdengar bodoh, Cella. Untuk kedua kalinya aku lari dari altar pernikahan.” Tawa ringan k
“Yeah, dad sangat mengerti kenapa mom melakukan itu. Ok, aku akan kembali ke kamar.” Bianca meninggalkan Bayu duduk sendiri di meja makan dengan luka menganga di hatinya. Dia tidak bisa lagi mengabaikan perasaan bahwa sebenarnya cinta itu telah tumbuh di hatinya. Kenyataan mendorong Bayu mundur. Wa
Nindia mengangguk. “Ayah sudah tidak ada. Kau sibuk dengan bisnis dan kegiatanmu. Di sini Bianca juga sibuk, tapi aku bisa mengurus banyak hal untuknya. Dengan begitu, aku merasa sedang mengurus ayah.” Marcella mengangguk. Dia mendekati Nindia dan memeluknya. “Kapan pun ingin pulang, kabari aku d