Lha?!
“Bayu!” Marcella nyaris melompat karena terkejut. Entah sejak kapan pria itu berdiri di belakangnya. Marcella menelan ludah karen gugup dan khawatir. Tubuhnya membeku! Dia berusaha bersembunyi dari Bayu dan sekarang pria itu justru ada di depannya. Sementara mata Bayu melihat Marcella dengan segal
“Maksudnya? Tante mau berhutang padaku?” Marcella terbelalak tidak percaya. Setelah kesinisan yang Andara lontarkan, bagaimana mungkin Tantenya itu masih punya nyali untuk mengajukan pinjaman. Tentu saja Andara selalu punya alasan untuk menyalahkan Marcella. “Ya, ini semua salahmu juga. Kau menola
“Apa maksudmu?” Kali ini tangan Marcella sepenuhnya berhenti dari kegiatan. Marcella meletakkan pensilnya di atas meja. Tatapannya terfokus pada Daniel. Pernyataan Daniel terdengar seperti peringatan tanda bahaya di telinga Marcella. Daniel terlihat ragu sebelum akhirnya dia membuka suara. “Kau pe
“Kenapa kau ada di sini?!” Andara menyapa dengan nada tinggi.Teman-teman Andara dan juga staff bar sontak menoleh ke arah mereka. Bayu baru saja akan mengatakan sesuatu ketika Andara mendadak tertawa.“Oh My! Jadi kau selama ini hanyalah seorang bartender? Sungguh memalukan! Apa yang akan dunia kat
“Apakah Tante sedang mencoba memerasku?” Marcella meletakkan peralatan gambarnya ke atas meja. Marcella tahu persis bahwa karakter Andara adalah dia akan melakukan cara apa pun untuk mencapai tujuannya. Andara sedang ‘menghunuskan’ senjata ke wajah Marcella. Entah bagaimana tantenya itu bisa menem
“Ke- kenapa kau marah?” Marcella tergagap di pelukan Bayu. Wajah Marcella yang panik karena tindakan Bayu, memunculkan kepolosan wanita itu. Mata bulatnya seperti sepasang mata rusa betina yang ketakutan. Wajahnya berada dalam ekspresi yang tidak terencana. Semua menjadi begitu sempurna untuk membu
Di kamar dengan batasan dinding yang sama. Bayu berusaha meredam detak jantungnya. Perasaan yang tidak bisa dia pungkiri mengejarnya sampai ke batas untuk diakui. Dia sadar, bahwa Marcella mendorongnya menjauh. Meski mereka masih dalam sandiwara yang sama, namun kenyataan adalah hal yang berbeda. B
Kaki Marcella seolah diikat dengan ribuan ton besi ketika dia tiba di rumah sakit. Sopir pribadi Hadiwijaya membawanya ke sebuah ruangan. Di sana Marcella berhadapan dengan ranjang yang di atasnya ada gundukan putih tertutup rapat. Tubuh Marcella membeku. Air mata menolak untuk mengalir. Marcella p