Beranda / Romansa / Cinta Sagita / Dinosaurus Masuk Angin

Share

Dinosaurus Masuk Angin

Penulis: Rahma Nanda
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

~Orangtua tidak akan sampai hati melihat anaknya menderita. Mereka akan berusaha agar anaknya selalu bahagia. Apapun akan dilakukan atas dasar cinta dan ketulusan untuk seorang anak~

Sagita mengintip dari balik jendela. Dia melihat kedua orangtua Danar masih setia menunggu di depan rumah. Padahal jelas, hari sudah larut malam. Sagita melihat ke arah jam yang ada di tembok. Pada jam dinding itu jelas jarum jam ada di angka 11. Sagita semakin resah. Ia memang kesal dengan keduanya, namun hatinya juga tidak tega.

"Kak! Ayo tidur! Biarkan saja mereka di luar. Nanti kalau capek palingan pulang sendiri." Cika berkata pada Sagita.

"Apa kamu tega Cik?"

"Lah, yang nyuruh mereka tetep nunggu di luar siapa? Enggak ada yang nyuruh, kan? Mereka melakukan itu atas dasar kemauan mereka sendiri Kak Git."

"Tapi tetap saja kasihan."

Cika hanya menggelengkan kepalanya. Ia lalu menguap dan memilih untuk tidur. Kini tinggal Sagit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta Sagita   Korban Delia

    ~Dalam sebuah pertikaian, anak cucu Adam sering sekali menganggap dirinya adalah korban~Mata Sagita hanya menangkap dinding bewarna putih. Pelan sekali ia melewati lorong tersebut. Selangkah demi selangkah, ia mulai meniti anak tangga satu persatu. Hingga tiba Sagita di lorong anyelir dan sampai di ruangan nomor A72. Sagita menarik napas pelan. Ia mengetuk pintu ruangan itu.Tok! Tok! Tok!Seseorang dengan sigap membuka pintu ruangan tersebut. Senyuman mengembang menyambut kehadiran Sagita. Walau senyum itu terlihat tetap tidak bergairah karena sang pemilik senyum harus bergadang tadi malam."Akhirnya kamu datang juga Sagita. Terima kasih banyak Nak. Tadi pagi, Ibu sudah membisikkan ke telinga Danar kalau kamu akan datang. Mendengar hal itu mata Danar langsung terbuka. Air matanya langsung mengalir, dia pasti merasa sangat senang."Sagita mengangguk atas perkataan ibunya Danar. Ia melangkah masuk ke dalam ruangan

  • Cinta Sagita   Pangeran dari Negeri Seberang

    ~Terus terang adalah sesuatu yang terkandang tidak diperlukan~Sagita keluar dari dalam ruangan dimana Danar dirawat. Tidak ada tanda-tanda Danar akan sadar dalam waktu dekat. Sagita tidak mungkin berlama-lama ada di dalam. Pertama, itu hanya semakin menyakiti hatinya dan kedua, ia tidak ingin Cika dan Risa khawatir mencarinya.Sagita melangkah melewati lorong rumah sakit. Sayangnya, baru saja akan menuju halaman parkir, ia dipanggil oleh Bapaknya Danar."Sagita.""Eh Pak! Kenapa Pak?" tanya Sagita heran."Danar sudah bangun. Dia sudah sadar. Ayo masuk lagi. Bicara dengan Danar."Jantung Sagita berdebar saat Bapaknya Danar berbicara seperti itu. Ia tidak tahu apa yang ada di hatinya. Sagita tidak tahu kenapa ia malah berdebar. Sagita memilih untuk kembali. Ia melihat Danar sudah membuka matanya."Sagita." Danar berkata dengan suara lemah. Sagita mendekat ke Danar. Ia bisa melihat dengan jelas

  • Cinta Sagita   Bocah Dengan 3 Adik

    ~Orang yang sudah cinta buta, bahkan tidak bisa membedakan mana monster dan mana ultraman. Di mata mereka semuanya adalah sama.~"Ah! Bohong itu! Kamu percaya sama orangtuanya Danar? Jelas-jelas selama ini mereka udah buat kamu menderita. Bisa-bisanya kamu percaya kalau Danar itu sekarat dibuat Delia. Kamu apa enggak kasiha lihat Delia?"Yoga mendengus kesal mendengar perkataan Sagita. Siang itu saat jam makan siang kantor, Sagita tahu rutinitas Yoga. Yoga pasti akan keluar kantornya untuk makan siang. Dan waktu itulah yang dimanfaatkan oleh Yoga."Kak! Bukanya Sagita iri. Sagita cuman mau yang terbaik untuk Kak Yoga. Kalau memang benar apa yang dikatakan oleh orangtua Danar, bagaimana nasib kakak selanjutnya? Kalau benar Kakak dan Delia bersama, bagaimana kalau pada akhirnya Kakak menderita?""Danar itu memang brengsek! Wajar kalau dia menderita dibuat oleh Delia. Kalau kakak? Kak Yoga kamu ini pria baik-baik. Yang namanya

  • Cinta Sagita   Doa Ibu

    ~Doa ibu adalah doa yang tak ternilai harganya~"Pot ini pesanan Pak Samsul, pot yang itu pesanan Pak Amir. Gimana sih? Kamu kebalik Risa.""Kamu yang kebalik Cika. Ini punya Pak Amir bukan punya Pak Samsul."Cika dan Risa sedari tadi terus berdebat. Banyak sekali yang mereka perdebatkan seharian di kebun. Jidan hanya memperhatikan dari jarak yang cukup jauh. Ia hanya bisa menghela napas."Kamu sedang ada masalah ya sama Sagita?" Mama Jidan datang menghampiri anaknya yang wajahnya super gundah gulana itu."Enggak kok Ma. Enggak ada masalah apa-apa sama Sagita.""Ah! Masa? Enggak ada masalah apa-apa, tapi kok Sagita enggak ke kebun beberapa hari ini? Lihat tuh! Cika sama Risa serba kerepotan kalau enggak ada Sagita. Biasa, emang Sagita yang urus sih. Sekarang enggak ada Sagita, semuanya serba ruwet. Emang Sagita ya kemana? Dia enggak sakit, kan?""Enggak Ma. Sagita enggak sakit. Dia cuman ada urusan

  • Cinta Sagita   Cerita Versi Danar

    ~Laki-laki harus berani bertanggungjawab~"Delia, aku dan dia, sama sekali tidak ada kecocokan di antara kami." Danar memulai ceritanya. Sagita mendengarkan cerita itu dengan baik. Baik matanya maupun mata Danar sama-sama menatap ke arah bunga-bunga yang ada di taman belakang rumah sakit.Rumah sakit itu memang tidak terlalu besar. Bukan salah satu rumah sakit ternama juga di kota itu. Namun untungnya, rumah sakit ini memiliki halaman belakang yang luas. Halaman belakang ini yang dimanfaatkan oleh Sagita dan Danar untuk mengurai segala rupa cerita."Tapi, anak itu. Bayi yang bersama Delia, memang benar anak, Mas?" Sagita bertanya sesuatu yang sebenarnya tidak perlu dipertanyakan. Danar mengangguk pelan."Hari demi hari, kami hanya bertengkar saja. Mas tidak cocok dengan ego Delia yang terlalu tinggi. Wanita itu berusaha mengatur segalanya. Seolah, ialah kepala rumah tangga."Sagita tidak memberi tanggapan. Dia han

  • Cinta Sagita   Perdebatan Dengan Sopir Taksi

    ~Perbuatan yang paling sering disesali adalah mengecewakan orang-orang terdekat~"Mas, Mas Jidan." Sagita mengucapkan nama itu dengan bibir yang kelu."Bukan cuman Kak Jidan Kak. Kami juga ada."Cika dan Risa muncul dari balik tubuh Jidan. Sagita menutup mulutnya dengan tangan. Ia seolah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya."Kenapa bisa kalian semua ada di sini?""Justru kami yang seharusnya tanya ke kamu Git. Kenapa bisa kamu ada di sini? Di rumah sakit tempat dimana Danar dirawat?""Sagita bisa jelaskan Kak!""Cukup! Enggak ada yang perlu kamu jelaskan Git! Jangan berkilah dan mengatakan kalau kamu tidak menemui Danar. Kami tahu jelas kamu menemui Danar." Jidan berkata dengan nada penuh kecewa."Kak Sagita kenapa sih? Kakak mau disakiti yang kedua kalinya sama Kak Danar?" Risa berkata dengan kesal."Kak Git! Tega ya bohongin Cika. Kakak udah bilang ke Cika kalau K

  • Cinta Sagita   Kafe di Pinggir Sungai

    ~Orang yang selalu berbuat jahat, kebaikannya pasti akan diragukan~Air sungai itu mengalir pelan. Sagita duduk di tepiannya melihat air sungai yang warnanya keruh itu, kuning sebagaimana lazimnya sungai saat musim hujan."Ini pesanannya Mbak!"Seorang pelayan kafe menyajikan minuman yang dipesan Sagita. Kafe itu berada tepat di pinggir sungai. Lokasi yang sangat strategis bagi siapa saja yang butuh ketenangan sesaat. Pengunjung kafe juga tidak terlalu ramai.Sagita merapikan kerudungnya yang tertiup angin sore. Sesekali matanya melihat ke arah pengunjung lain. Sagita tidak tahu, haruskah dia pulang ke rumah atau tidak. Ia masih merasa bersalah pada semuanya."Hanya minum? Apa itu cukup untukmu Sagita?"Sagita menoleh ke arah suara itu. Delia. Wanita itu sudah berdiri di sampingnya. Menggendong bayi yang sedang tertidur pulas."Kamu...""Iya. Ini aku. Sedang mengajak putriku jalan-jalan

  • Cinta Sagita   Serahkan Bayi Itu Pada Kami

    ~Ibu adalah tempat terbaik bagi seorang anak. Tidak ada yang lain yang bisa menggantikannya~Lalu lintas senja itu cukup padat, Sagita memutuskan untuk naik taksi agar bisa kembali ke rumah. Ia takut, Cika dan Risa khawatir akan kondisinya."Macet kenapa ya Pak?" tanya Sagita pada sang sopir taksi."Ada kecelakaan katanya Mbak. Sebuah mobil nabrak pohon. Lah, itu dia tuh? Mobilnya masih dievakuasi. Kayanya korbannya masih di dalem deh. Belum dikeluarin."Sagita melihat ke arah luar. Seketika mata bulatnya terbelalak melihat apa yang ada di depannya. Ia jelas tahu itu mobil siapa. Itu adalah mobil Delia. Delia yang tadi baru beberapa menit yang lalu keluar dari kafe."Pak saya turun di sini."Sagita segera turun dan berlari menuju ke tempat kecelakaan itu. Mobil Delia rengsek bagian depannya. Sagita menutupi mulutnya karena merasa kaget. Ia seketika teringat jika Delia membawa bayinya. Ia ngeri mem

Bab terbaru

  • Cinta Sagita   Sebuah Pernikahan

    ~Setiap cerita selalu memiliki akhir, entah itu akhir yang menyenangkan atau menyedihkan. Apapun akhir ceritanya, sebuah cerita tetaplah cerita. Itu adalah alur terbaik untuk setiap tokohnya~Gaun putih itu memang cantik. Namun tetap saja kecantikannya bertambah berkali-kali lipat karena digunakan oleh Sagita. Risa dan Cika juga tidak kalah cantik, mereka ada di barisan paling depan sebagai pagar ayu. Di sisi seberang sana juga tidak kalah luar biasanya. Ada pagar bagus yang dipimpin oleh Dino dan Doni. Ini adalah hari pernikahan Sagita dan Jidan.Pernikahan mereka memang sempat tertunda selama beberapa Minggu hingga Sagita benar-benar bisa pulih. Namun begitu bisa pulih, Sagita dan Jidan langsung menyelenggarakan pernikahan di kebun milih Jidan."Kamu cantik Sagita." Jidan berbisik pada Sagita yang ada di sebelahnya. Mereka sesaat lagi akan sah menjadi suami istri. Tuan penghulu sudah ada di depan Jidan dan siap menjabat tangan Jidan. Jidan

  • Cinta Sagita   Jangan Ada Pembunuh

    ~Dosa paling mengerikan yang dilakukan manusia adalah membunuh sesamanya sendiri~"Sagita..." Jidan memanggil Sagita. Sagita berusaha untuk membuka matanya pelan-pelan. Bagaimanapun ceritanya obat bius itu masih bekerja. Sagita melihat Jidan di depannya, dengan senyum mengembang dan mata yang berkaca-kaca."Kak," Sagita berkata lemah.Yoga, Dino dan Doni menarik napas lega. Satu kabar baik terbit. Sagita sudah sadar dan dokter bilang jika ia akan baik-baik saja. Hanya saja memang Sagita butuh waktu untuk bisa pulih."Terima kasih banyak Sagita. Terima kasih banyak kamu sudah bertahan." Jidan berkata pada Sagita sambil menatap mata Sagita lekat-lekat. Sungguh pandangan mata itu sangat romantis."Apa aku ada di surga?" Sagita bertanya pada sekitarnya."Ini masih di dunia Sagita. Ini masih di dunia. Ini masih di dunia yang sama tempat dimana orang-orang tega memperlakukan kamu dengan kejam. Walau aku berusaha me

  • Cinta Sagita   Cahaya Terang

    ~Dalam gelap sekalipun akan tetap ada cahaya harapan walau hanya setitik~Gelap, Sagita hanya melihat gelap, tidak ada cahaya sama sekali. Ia hanya bisa mendengar duru napas dan detak jantungnya. Sagita pasrah, ia merasa mungkin kini ia telah mati. Ia merasa jika ia hanya tinggal mendengar malaikan Izrail berseru. Benar saja, beberapa saat kemudian, Sagita melihat cahaya putih. Cahaya itu terang dan terasa lembut mengenai mata, tidak menyilaukan sama sekali. Cahaya itu mendekati Sagita, seolah punya kaki. Lalu cahaya terang tersebut menggumpal dan membentuk wajah dan tubuh manusia. Sagita menarik napas dalam-dalam. Ia seperti itu wajah siapa."Ayah, Ibu." Sagita memanggil nama itu. Cahaya itu menjelma menjadi wajah ayah dan ibunya Sagita. Kedua cahaya itu saling pandang dan lalu merentangkan tangannya ke arah Sagita. Sagita tersenyum dan berusaha untuk bangkit menyambut cahaya itu. Sudah lama ia menahan rindu pada ayah dan ibunya. Sudah lama seka

  • Cinta Sagita   Kolam Darah

    ~Manusia dari zaman ke zaman tetap seperti itu tabiatnya, mereka saling menyakiti satu sama lain~Rumah itu cek. Jidan, Yoga dan yang lain memerika rumah itu dengan cermat. Hancur hati Jidan begitu melihat ada darah di lantai. Ia ngeri membayangkan bagaimana jika ternyata itu adalah darah Sagita."Jendela ini dibuka paksa dari luar. Itu artinya Sagita pasti melarikan diri lewat jendela ini. Hei, mereka menemukan jejak di sebalah sana. Ayo kita ikuti jejak itu dan mulai mencari dimana keberadaan Sagita. Kalian jangan ada yang tangan kosong. Bawa minilam pisau. Dan jangan jauh-jauh dari polisi karena mereka punya senjata. Kita tidak pernah tahu apa yang dibawa oleh Danar. Bisa jadi Danar memiliki senjata api. Dan itu bisa membahayakan kita semua. Kamu juga jangan gegabah Jidan. Jangan karena menuruti rasa khawatir kamu lalu kamu jadi lemah." Yoga memberikan pengarahan panjang lebar. Dan semua orang segera menuju ke arah jejak yang dikatakan oleh Yo

  • Cinta Sagita   Sepeda Gunung

    ~Menyelamatkan seseorang dari bahaya adalah sebuah kebaikan besar~Hujan deras turun disertai angin kencang. Hal ini membuat perjalanan Jidan dan semua tim penyelamat untuk Sagita benar-benar terhambat. Yoga mau tidak mau bahkan harus mengurangi kecepatan mobilnya. Apalagi saat ini mereka melalui jalan yang berkelok-kelok dan kanan kirinya berbatasan dengan jurang."Kita harus lebih cepat Yoga." Jidan mendesak."Lebih cepat bagaimana? Mobil Doni yang ada di depan kita saja mengurangi kecepatan. Kamu enggak liat apa hujan segini derasnya? Jarak pandang terbatas Jidan. Kita memang akan menyelamatkan Sagita tapi bukan berarti kita yang jadi tidak selamat. Tenanglah!""Bagaimana aku bisa tenang membayangkan Sagita kehujanan di luar sana. Dengan hujan sederas ini dan tanpa tahu apa yang sedang ia hadapi sekarang. Bagaimana aku bisa tenang?""Ya Tuhan, kenapa jadi seperti ini? Apa hikmah di balik ini semua ya Allah. Per

  • Cinta Sagita   Tembak Menembak

    ~Mau tidak mau, suka tidak suka, rasa luka memang sakit~Danar mendengar suara panggilan dari bapak dan ibunya. Ia menuju ke sumber suara itu. Dan mendapati bapak dan ibunya yang tengah ketakutan. Danar justru menggelengkan kepala. Melihat ada Danar di bawah sana, Sagita semakin takut. Ia berpegangan dengan erat pada batang pohon dengan kuat."Pak Bu. Ngapain di sini? Kenapa malah cuman duduk, bukan malah bantu Danar cari Sagita. Apaan sih? Kalian enggak mau Sagita cepat ketemu apa?""Aduh Danar. Bapak ini bukan enggak mau bantu kamu. Kami tentu mau bantu kamu. Tapi lihat cuaca saat ini! Kamu lihat tidak. Hujan akan turun. Kita belum tentu bisa menemukan Sagita. Justru sebaliknya, kita bahaya saat ada di hutan hujan deras begini. Kita sebaiknya balik ke rumah Nak. Itu saran Bapak.""Apa? Balik tanpa hasil? Tidak Pak. Buruanku masih ada di luar sini. Justru cuaca yang seperti ini sangat menguntungkan kita. Sagita tidak akan b

  • Cinta Sagita   Ketakutan Orangtua Danar

    ~Berdoalah untuk kebaikan jangan untuk kejahatan~"Seberapa genting situasinya?" Yoga bertanya pada Jidan."Tadi Doni menjelakan. Katanya mereka dikejar dengan senjata dan orang yang mengejar mereka adalah Danar. Jelas sudah jika prediksi kita benar, Danar bedebah itu adalah dalang dari semuanya.""Apa aku bilang Jidan? Tidak mungkin salah lagi. Jadi apa si Arif temannya Doni itu bisa kembali dihubungi?""Tidak. Handphonennya mati.""Ah, sial. Mereka mungkin sengaja mematikan handphonenya karena sedang bersembunyi atau apa. Apa temannya Doni sendiri?""Iya. Dia sendiri. Terpisah dari rombongannya.""Hmmm. Mereka harus bertahan sendiri. Kita akan butuh waktu untuk bisa sampai ke sana tepat waktu. Tempat itu cukup jauh Jidan. Danar terlalu pintar mencari tempat yang susah dijangkau. Belum lagi kita harus jalan kaki ke dalamnya."Jidan mengangguk. Perjalanan mereka memang akan sangat

  • Cinta Sagita   Sebuah Pisau Kecil

    ~Siapkan senjata terbaikmu, saat berada dalam bahaya~Danar berang. Tadi begitu tahu Sagita sudah tidak di tempatnya ia segera membangunkan ibu dan bapaknya. Danar merasa kecolongan. Ia tahu jika Sagita tidak mungkin bisa lolos sendiri. Siapapun yang membanti Sagita bagi Danar harus diberi pelajaran."Haduh bagaimana ini Danar? Kenapa bisa kita kecolongan? Siapa yang membantu Sagita? Kok bisa anak itu keluar dari rumah bahkan tanpa kita tahu? Pasti sudah ada yang bantu? Apa Jidan yang menemukan? Apa Yoga? Apa jangan-jangan polisi?""Tenanglah Bu. Kita harus mencari. Ibu dan Bapak ke arah sana dan saya akan cari ke arah sana. Kita harus menemukan Sagita. Siapapun yang membantu Sagita, tampaknya dia sendirian. Buktinya dia tidak berani menyerang kita dan hanya fokus menyelamatkan Sagita. Tapi kita harus waspada, sepertinya dia punya senjata atau bahkan sesuatu yang bisa dibuat untuk menghajar kita. Lihat saja dia bisa dengan mudah

  • Cinta Sagita   Arif yang Baik

    ~Terkadang orang asing juga bersedia membntu~"Dino, bangun, bangun Dino!" Doni membangunkan Dino yang sedang tertidur lelap. Dino yang merasa sangat mengantuk dan lelah karena mencari Sagita seharian tersentak mendengar jeritan dari Doni."Ada apa Don? Ada apa? Ada gempa? Kebakaran? Atau apa? Hah? Ada apa?""Kak Sagita. Arif menemukan Kak Sagita. Kita harus ke sana. Ke tempat mereka. Cepat, Din.""Arif? Arif mana? Arif siapa? Hah?""Arif. Teman aku yang polisi hutan itu. Dia menemukan Sagita di hutan. Di salah satu rumah yang ada di hutan. Katanya kondisinya cukup mengenaskan.""Apa? Mengenaskan? Tapi Kak Sagita masih hidupkan?""Masih. Masih hidup. Tapi lemah. Mungkin sudah lebih dulu disiksa. Kita harus segera memberi kabar ini pada Kak Jidan, Risa dan yang lainnya. Jadi ayo kamu harus bangun. Kita harus bergerak cepat."Doni langsung menuju ke garasi mobil. Dino ke kamar mandi

DMCA.com Protection Status