Share

Bab 3

Penulis: Fazluna
Ravi sangat khawatir, buruan mendekati: “Chinta, kamu kenapa?”

Chinta muntah sampai pusing, sudah beberapa saat pun masih belum pulih.

Dia nggak ngerti.

Kenapa Ravi yang begitu mencintainya bisa selingkuh.

Apakah nggak takut ketahuan sama dia?

Atau Ravi ngerasa dia sudah sangat menutupi, bisa selamanya menyembunyikannya?

Angin malam menghembus, Chinta jadi lumayan sadar.

Ravi menanyainya: “Nggak papakan Chinta? Kalau tidak enak badan aku bawa ke rumah sakit.”

“Nggak perlu, mungkin tadi malam salah makan.”

“Kalau gitu, besok kamu ke perusahaan cari aku, kita makan bareng.”

Chinta senyum dingin.

Ke perusahaan lihat pertempuran kamu dan Nanda?

Chinta tiba-tiba mau isengin mereka.

“Ok, kalau gitu besok pagi aku ikut kamu ke perusahaan nemanin kamu kerja, baru makan bareng, malamnya pulang sama-sama.”

Ravi nggak sangka dia bisa setuju, mukanya jadi sedikit terpaksa: “Tapi belakangan ini kerjaku sibuk, mungkin tidak bisa temanin kamu terus.”

“Nggak papa, aku nunggu kamu di kantor.”

“...Baiklah.”

Sesampai di rumah, Ravi bilang mau bantuin Chinta siapin air hangat langsung ke kamar mandi, tetapi mengunci pintunya.

Chinta turun tangga, dan kembali duduk di mobil.

Setelah menyalakan mobil, layarnya langsung muncul obrolan terbaru.

Ravi Kaden: Ada perubahan, besok kita nggak bisa di kantor.

Kucing Kecil Ngemil: Ah, sedikit kecewa.

Ravi Kaden: Kucing genit jangan kecewa, abang bawa kamu ke atap gedung, makin menantang dan seru.

Kucing Kecil Ngemil: Hihihihi, abang paling hebat.

Saat Chinta balik ke kamar, Ravi keluar dari kamar mandi: “Chinta, air mandinya sudah disiapkan, pergi rendamlah.”

“Nggak perlu, aku mau istirahat.”

“Baiklah, kalau ngantuk tidurlah. Oh iya, kado yang kamu letak di atas meja boleh aku bukain sekarang?”

Chinta bilang: “Seminggu lagi baru kamu buka.”

“Kenapa harus tunggu seminggu? Aku mau sekarang lihat kado yang dipersiapkan Chintaku.”

“Karena......”

Karena seminggu lagi, akau akan pergi darimu selamanya.

“Karena seminggu lagi, kado ini baru bermakna.”

Ravi mencium keningnya: “Baik, dengar katamu.”

Esok paginya, handphone Ravi jam 6 sudah berbunyi.

Dia matiin lalu balikin badan peluk Chinta: “Biarin, tidur lagi sebentar.”

Tapi handphonenya terus-menerus berbunyi.

Ravi dengan jengkel mengkerutkan dahinya: “Belum waktu kerja, pagi-pagi sudah mendesak terus, suatu hari aku akan suruh kelompok eksekutif nggak berguna ini pergi.”

Dan matiin lagi.

Saat handphone berbunyi ke 3 kalinya, Ravi dengan emosi bangun, “Chinta kamu tidur lagi, aku nanyain masalah apa cari aku.”

Chinta iyain.

Berbalik badan, menghadapkan punggung ke dia.

Ravi mengambil handphonenya dan keluar dari kamar.

Nggak lama, sosoknya muncul di depan pintu lantai 1.

Luar berdiri seorang pengantar makan, kasih ke dia sekantong barang.

Ravi mengambilnya, tapi saat balik tangannya malah kosong.

Chinta menanyainya: “Masalah perusahaan sangat serius?”

Ravi menjawabnya: “Nggak terlalu, Chinta kamu jangan khawatir, istirahat dengan tenang, aku buatin sarapan.”

Nggak tahu karena merasa bersalah atau benaran khawatir dia salah makan, sarapan yang disiapin Ravi sangatlah mewah.

Susu, telur, roti, selai dan ada bubur gandum kesukaannya.

“Kedepannya kamu nggak boleh sembarangan makan lagi, aku bantu cariin mbak aja, tiap hari buatin makan.”

“Nggak perlu.”

“Dengar perkataan aku Chinta, kalau nggak aku nggak tenang saat kerja.”

“Ravi, bisa nggak aku tanyain sesuatu?”

“Tanya saja.”

Chinta meletakkan pisau dan garpu, dengan tenang bertanya: “Menurutmu benar nggak setelah 7 tahun nikah adalah fase atau momen terberat?”

Ravi langsung menunjukkan eskpresi sangat benci: “Itu hanyalah alasan para cowok untuk beralih cinta, aku berbeda, seumur hidup aku hanya mencintai Chintaku.”

“Seumur hidup hanya cinta aku?”

“Iya benar.”

“Kalau kamu suka cewek lain?”

“Kalau gitu aku akan disambar petir, mati dengan nggak tenang.”

Chinta senyum dengan sindir: “Sumpah yang begitu berat, kamu nggak takut benaran terjadi?”

“Yang aku ngomongin semuanya benar, untuk apa aku takutin?”

Chinta mengambil lagi pisau dan garpunya, mengoles selai ke rotinya.

Ravi bilang: “Chinta, kamu harus percaya sama aku.”

Chinta hanya bilang: “Makanlah.”

“Kamu masih nggak percaya aku? Apa harus aku kasih lihat hatiku baru kamu mau percaya?”

“Perusahaan masih ada yang menunggumu, jangan sampai telat.”

Ravi akhirnya merasa lega, duduk di depannya Chinta: “Biarin mereka tunggu, sekelompok orang nggak guna, aku akan pecat mereka.”

“Pecat dia, kamu tega?”

Yang dimaksud Chinta itu “dia” bukan “mereka”.

Chinta nggak tahu Ravi ngerti nggak maksudnya, cuman dengar dia menjawab: “Selain kamu, nggak ada yang aku nggak tega.”
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 4

    Habis sarapan, mereka berdua barengan ke perusahaan.Tapi Chinta benaran sebal dengan kursi di depan, jadi dia bertahan mau duduk belakang.“Aku mabuk mobil, duduk belakang lebih nyaman bisa kena angin.”Ravi juga tidak memaksanya lagi: “Baiklah, aku usahakan nyetir lebih hati-hati.”Sampai di depan perusahaan, Ravi lari sedikit untuk bantuin buka pintu mobil.Saat Chinta turun, dilihat lagi sama karyawan yang baru masuk kerja.Ada beberapa eksekutif datang dan mencari muka bilang: “Nyonya sudah datang? Pak Ravi tiap hari bilang anda suka minum milktea, aku beliin sekarang.”Satunya lagi juga bilang: “Aku pergi beli cemilan, Nyonya suka kue.”Ravi dengan senyum memarahi: “Jangan kalian suapin lagi, Chinta sekarang sedikit gendutan, cincin nikah aja sudah tidak bisa dipakainya.”“Ucapanmu nggak benar Pak Ravi, Nyonya kelihatan kurus, kalau cincinnya nggak bisa dipakai pasti bermasalah di cincinnya, menyusut!”“Ngasal aja kamu, caramu mencari muka terlalu jelas nggak sih? perak mana bisa

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 5

    Chinta bilang: “Temanku, paspornya hilang, tanya aku cara mengajukan penggantian.”Ravi berjalan cepat dengan erat memeluknya: “Takutin aku aja, aku kira kamu mau ke luar negeri dan ridak membawaku.”Chinta miringkan kepalanya dan muntah lagi.Tubuhnya bau amis manis.Ada juga bau parfum wanita.Ravi dengan sakit hati mengusap punggungnya: “Apa lagi yang mereka kasih? Aku sudah kasih tahu 2 hari ini kamu ada gangguan pencernaan harus jaga kamu baik-baik......kamu tunggu, aku langsung pecatin mereka!”Chinta kali ini menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorongnya.“Siapa yang mau kamu pecat, pecatin saja, bisa nggak jangan menggunakan aku sebagai alasannya?”Ravi jadi bingung saat Chinta tiba-tiba emosi: “Chinta, kamu marah padaku? Karena aku sibuk seharian dan tidak menemanimu?Dia bilang: “Kalau gitu, besok aku tolak semua pekerjaan, hanya temanin kamu, ok?Chinta tertawa kesal.“Hanya temanin aku?”“Iya, hanya temanin kamu.”Chinta tarik nafasnya dalam-dalam, perlahan-lahan mengata

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 6

    Notifikasi dari Nanda masih masuk terus.[Nanda: Oh iya, kasih kamu lihat ini. ‘Foto’, ini hasil pemeriksaan USG, aku sudah hamil.]Chinta memperbesar fotonya, baru melihat jelas kalimat di hasil pemeriksaan.[Embrio 8 Minggu, tanda-tanda keguguran.][Nanda: Kemarin kami melakukan di atap gedung berkali-kali. semua gaya sudah dicoba. Kemungkinan karena terlalu kuat, bayinya ada sedikit tanda-tanda keguguran, ah semua salahnya. Dia bilang di rumah, kamu seperti ikan mati nggak ada nafsu, main samaku baru lebih seru.][Nanda: Dokter bilang, mau kuatkan kandungan ataupun gugurin perlu tanda tangan ayah, jadi aku cuman bisa suruh dia turun. Gimanapun, dibandingin radang saluran pencernaan dan anaknya, anak lebih penting, benar nggak?]Chinta memesan mobil untuk meninggalkan rumah sakit.Dia pergi ke kantor pengacara.“Halo, aku mau minta bantuan kalian untuk buatin perjanjian cerai.”Dia tidak mau apapun dan pengacaranya juga bisa diandalkan.Setengah jam kemudian, dia sudah mendapat perja

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 7

    Masih ada 3 hari untuk penerbangan pesawat.Nanda mengirim lagi foto Ravi lagi memanggang di tepi pantai.[Nanda: Untuk merayakan aku hamilin anak dia, dia hadiahkan aku liburan di Maldives...Dia bilang hamil itu sangat susah, suruh aku tiduran tunggu makan saja.]Chinta tidak membalasnya, hanya mengajak beberapa teman baiknnya untuk terakhir kali berkumpul.Soalnya kedepannya kemungkinan tidak ada kesempatan untuk bertemu lagi.Pertemuan ini, Chinta sangat senang.Masih ada 2 hari untuk penerbangan pesawat.Nanda mengirim lagi satu foto Ravi sedang membaca buku, tapi nama bukunya “Pendidikan Dini Untuk Bayi”.[Nanda: Pertama jadi ayah sangat perhatian sama pendidikan bayi, dia di dalam perutku masih kacang kecil, ayah sudah tiap hari ngobrol dengan dia lewat perut.]Chinta masih tetap tidak balas. Dia pergi ke bank dan menggantikan semua uangnya ke Euro dan cash, lalu menutup semua kartu banknya.Masih ada 1 hari untuk penerbangan pesawat.Kali ini, Nanda mengirim satu video.Di dalam

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 8

    Setelah Ravi menutup teleponnya, dia tidak merasakan ada yang aneh.Nanda yang daritadi tidak senang: “Waktu kamu hanya milikku begitu cepat sudah habis, nanti harus sembunyi-sembunyi lagi.”Mendengarnya, Ravi dengan ucapan peringatan mengingatinya: “Jangan sampai Chinta merasa ada yang aneh, kalau nggak kamu tahu akibatnya.”Nanda hampir menangis: “Iya iya, aku tahu, kamu sudah bilang seribu kali.”Ravi melihat dia sepertinya mau nangis, menundukkan kepala dan membujuknya: “Hamil jangan nangis, nggak baik buat anak.”“Kamu galak samaku.”“Aku minta maaf, kubeliin tas, kamu suka tas yang model apa?”Nanda mengangkat kepalanya: “Kita balik perusahaan, sebelum kamu pulang kita main lagi sekali.”Ravi sedikit tidak setuju: “Aku sudah bilang sama Chinta, dua jam lagi sampai di rumah, nggak sempat.”“Kamu bilang saja macet, lagian tol bandara benaran sering macet......”Ravi melihat jamnya, masih sedikit ragu.Nanda langsung memeluk lehernya dan mencium bibirnya.Awalnya Ravi mau mendorongn

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 9

    Nanda kesal nggak bicara.Status Nyonya Kaden dan uang Ravi Kaden akan jadi miliknya, tidak bisa buru-buru, kali ini dia tahan saja dulu.Ravi sudah lama tidak pulang di pagi hari. Dia berdiri di villa yang familiar, sekian lama muncul rasa asing dan baru. Pada bilang perpisahan jadi makin rindu seperti baru nikah, mungkin inilah alasannya.“Chinta, aku sudah pulang.” Ravi memanggil namanya, dengan gerakan kaki yang ceria masuk ke ruang tamu.Di dalam halaman, bunga dan rumput dipotong sangat rapi, dekorasi di dalam masih sama, tidak ada debu di manapun, kelihatan selera dan gaya tuan rumah.Ini semua hasil dari Chinta.Ravi mau memeluknya dan bilang “Terimakasih istriku, kamu sudah bekerja keras”, tapi dia sama sekali tidak menemukan Chinta. Ravi mencari pekerja paruh waktu dan tanya: “Mana Nyonya? Keluar kah?”Di jam segini, harusnya Chinta ada di rumah.Para pembantu melihat sesama, semuanya nggak bisa bilang dia ke mana: “Nggak tahu, pagi ini kami sudah tidak melihatnya.”Ravi sedi

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 10

    Ravi makin panik saat memikirkankan, dia takut Chinta hanya impulsif, di luar nginap hotel akan tahu kekurangan barang, takut juga dia ceroboh dalam kehidupan, saat jalan-jalan tidak ada uang, jadi duduk di lantai samping ayunan, masuk ke akun bank mau transfer uang ke dia.Ravi bahkan tidak melihat jelas nominal yang dia tekan, hanya tau banyak tekan 0, benaran takut Chinta kesulitan di luar, tak di sangkanya sebenarnya Chinta tidak perlu dia hidupi.Nggak lama, orang bank menelepon: “Pak Riva, transaksi anda tadi semuanya gagal.”Ravi sekarang seperti berjalan di tepi kehancuran, tidak ada lagi logika dan nalar seperti biasanya, dia langsung bertanya: “Apakah nominalnya dan frekuensinya bermasalah? Aku buktikan aku sendiri yang melakukannya, bisa kuberikan kode verifikasi dan tanda tangan, aku mau transfer ke istriku.”Ravi sudah tidak ingat terakhir kali transfer uang ke Chinta itu kapan, sepertinya semenjak saat keuangan dan statusnya makin naik membuatnya tidak peduli lagi dengan

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 11

    Jarang sekali dia dengan rendah hati berbicara, tapi sekarang demi Chinta dia harus begitu. Untung saja setelah mereka pastiin kalau istrinya benaran hilang baru mau membantunya.Ravi sudah mendapat akunnya Chinta, foto profilnya adalah gambar yang digambarnya sendiri, sama seperti orangnya dan nama akunnya, kerasa elegan dan anggun.Biasanya Chinta bukannya orang yang banyak bicara.Ttapi di luar dugaan, Chinta di internet banyak mendokumentasi kehidupannya beberapa tahun ini.Dia adalah kelompok pertama pengguna sosial media ini, postingan pertamanya saat mereka baru pacaran.“Kami sudah pacaran (≧◡≦)”Saat itu lagi trending text emoji yang terlihat sudah ketinggalan di sekarang. Tapi Ravi melihatnya dengan sangat senang, setelah sekian tahun dia tetap bisa merasakan kebahagiaan Chinta saat pacaran dengannya.Chinta sempat suka berbagi kehidupannya di akun itu, ada gambaran saat berlatih di waktu senggang, ada kado yang diberi Ravi saat pacaran, ada juga bunga saat pernikahan dan keb

Bab terbaru

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 21

    Harus diakui, penampilan Ravi di dalam video sangat mempengaruhi, walaupun orang luar negeri yang tidak mengerti bahasanya juga bisa merasakan keputusasaannya dari ekspresinya dan teks.“Tidak.” Chinta memeluk kucing kecil dengan matanya melihat ke bawah dan bilang, “Setiap orang itu individu mandiri, tidak ada yang harus bergantung pada siapa baru bisa hidup. Kalau dengan begini dia menyerah, itu juga hal yang nggak bisa di apa-apain, nggak mungkin mengorbankan orang lain untuk kebahagiaan dia.”Dia sudah nekad, walaupun Ravi berdiri di depannya menangis separah apapun, dia juga tidak akan balik.Lisa hanya senyum: “Baiklah, kamu dengan tenang tinggal di sini saja. Belakangan ini dalam hutan sering turun salju lebat, jalan menuju kota terdekat pada ditutup, walaupun ada orang yang mengira kalian orang yang sama, juga nggak ada kesempatan untuk hubungi mereka.”Hati Chinta kerasa hangat, dia mencoba mencicipi kue kering yang barusan dibuat, dengan mata merah berkata: “Makasih, kuenya s

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 20

    Rasionalitasnya sudah dihancurkan sama keputusasaannya, sampai orang tersebut menyebutkan alamat di dalam negeri dengan nggak jelas, Ravi baru dengan senyum pahit menutupkan teleponnya. Di dalam dugaan, orang tersebut membohonginya.Tapi Ravi tidak mempermasalahkannya, karena hatinya sudah capek.Sesudah hari itu, panggilan yang sama tiada henti meneleponnya terus.Pada bilang di tempat mana melihat Chinta, lalu meminta bayaran sama Ravi.Dia tahu di antara mereka banyak penipu, tetapi tetap mentransfernya hanya untuk menangkap harapan yang sangat kecil.Bayarannya seperti batu yang tenggelam di dalam laut, bahkan tidak ada gelombangnya.Tapi Ravi tidak memedulikannya, dia sekarang hanya bisa bertahan hidup dengan harapan kecil itu. Bahkan jika ada yang meminta untuk bertemu langsung, dia juga pergi menemuinya.Kondisi ini biasanya adalah wanita, semuanya pada berpenampilan sangat menggoda dan memiliki niat lain, dengan terus terang berkata: “Pak Ravi, aku masih punya banyak teman, kal

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 19

    Kualitas kertas yang di lantai sama dengan surat yang ditinggalkan Chinta. Ravi memindahkan buku yang tersisa di ruang baca ke kamar tidur dan menulisnya terus selama beberapa hari.Saat ini, kehilangan makna waktu.Ibu Ravi dengan menangis berkata: “Chinta tidak mau menemuimu, apa gunanya kamu menulis surat minta maaf serumah? Kamu harus bilang langsung ke dia.”Ravi merenungkannya dan mengakui yang dibilang ibunya itu benar, tapi dia sudah terjebak dalam pikirannya tidak bisa keluar. Dia mengangkat matanya yang sudah merah dan bersikeras berkata: “Dia akan tahu, asalkan aku menulisnya sampai habis dia akan maafin aku, iya benar, aku harus dengan sungguh-sungguh......”Suaranya serak, tapi terkesan begitu semangat, bahkan matanya terlihat sangat teguh sampai aneh. Ucapannya sampai setengah, tibaa-tiba dia berdiri dan merebut bukunya, terus menulis dengan tangannya yang gemetar, sambil menulis dan bicara tanpa henti.“Chinta, aku bersalah, kamu pasti akan maafin aku kan? Asal aku tulis

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 18

    Dia sangat gelisah, tapi visa dan tiket pesawat tidak bisa diselesaikan dengan cepat.Tunggu dia sampai di Norwegia, menghubungi kedutaan dan kantor polisi setempat untuk mencari keberadaan Chinta sudah 3 hari berlalu.Ravi mengetuk pintu apartemen, memanggil Chinta dan berusaha masuk, tapi dihalangin sama pemilik apartemen yang sedang membereskan kamar, dengan penuh waspada: “Kamu siapa?”“Aku mencari Chinta Luna.” Begitu selesai ngomong, takut orangnya nggak ngerti jelasin lagi, “Dia istriku, kami ada salah paham, jadi aku mau menjelaskannya.”Pemilik apartemen langsung melambaikan tangannya dan berkata: “Sini nggak ada orang yang kamu cariin.”“Namanya Chinta Luna.”Pemilik apartemen bilang: “Penyewaku namanya Cahya Arjuna, bukan orang yang kamu sebutin, kamu salah orang.”Cahya Arjuna?Ravi terdiam sejenak dan bingung.“Anda nggak salah ingat?”Pemilik apartemen tidak senang: “Kalau kamu nggak percaya ya sudah.”Sambil ngomong mau menutupin pintunya.Ravi tidak rela membiarkan petu

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 17

    Seorang tante yang nggak lama ini baru cerai dengan suaminya yang selingkuh, maju menghalangi jalannya dan memarahinya: “Kamu masih muda bisa kerja yang lain, kenapa mesti jadi pelakor merusak hubungan orang lain? Benaran, dasar pelakor!”Nanda melihat orang asing juga memarahinya, membalasnya dengan keras: “Tante, dengan mukamu gini mau jadi pelakor juga nggak bisa, bilang aku pelakor, apa jangan-jangan kamu di buang karena tidak bisa mendapatkan hati cowok?”“Dasar, itu juga lebih baik dari kamu telanjang gini dan dikeluarin!” Tante emosi sampai mau menariknya.Seketika situasi jadi sangat berantakan.Tante tinggal di sekitar sini, sangat cepat sudah memanggil sekelompok temannya untuk datang memarahi Nanda pelakor yang nggak tahu malu, dan orang yang melihat keributan ini juga menyuruh teman-temannya datang melihat, dengan cepat sudah dikerumunin banyak orang.Keributannya sampai di dalam villa pun kedengaran, tapi Ravi mengabaikannya dan fokus dalam dunia sendiri tidak mau keluar.

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 16

    “Kamu tidak ada hak untuk menilai Chinta, lagi pula kalau fotonya tersebar bukannya impianmu? Kamu fotoin aku dengan jelas, tapi kamu sendiri malah nggak masuk ke kamera, jangan kira aku nggak tahu, kamu dari awal sudah mau dengan cara ini memaksa Chinta untuk pergi kan?”Ravi sekarang sangat sadar, tapi sudah terlambat.Nanda masih ingin beralasan, tapi Ravi sudah sangat benci dengannya, tidak memberikan kesempatan langsung menelepon ke satpam villa dan memberi perintah: “Keluarkan orang yang seharusnya nggak di sini.”Satpam villa selalu siap dalam 24 jam, setelah menerima perintah langsung datang.Nanda tidak mau pergi dengan mereka, masih berusaha melawan: “Ravi, kamu yang suruh aku datang, sekarang kamu mau aku pergi, aku akan langsung pergi, tapi kamu tidak bisa memperlakukan aku seperti ini......”Ravi membalikkan badannya dan jalan menuju dalam rumah, bahkan tidak menoleh sedikitpun berkata: “Jangan sampai aku melihatmu lagi.”“Ravi......”Dengan begitulah Nanda diseret keluar

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 15

    Nanda salah nangkap maksudnya, dengan senyum lompat ke pelukannya bilang: “Bukan kah dengan gini kerasa lebih menegangkan? Ravi, kita......ahh! Kamu ngapain!”Ucapannya Nanda sampai setengah, gaun tidurnya sudah langsung di sobek oleh Ravi yang tidak bisa menahannya.Ravi tidak peduli dengan teriakan di samping telinga, sampai gaunnya sudah di lantai baru dia menghentikan gerakannya, dari awal dia bahkan tidak melihat Nanda.Para pembantu hanyalah kerja menerima gaji, mana pernah melihat situasi begini langsung lari, dengan kecepatan tercepat lari ke halaman.Nanda awalnya terkejut, tapi setelah menyadari sampingnya sudah nggak ada orang lain, langsung tersenyum manis dan merasa mengerti maksudnya Riva: “Aduh, aku tahu kok maksudmu, kenapa harus sekasar gini.”Sambil bilang, langsung masuk ke pelukan Ravi, sama sekali tidak menutupi niatnya.Mereka berdua bisa bersama karena hal di ranjang, tidak ada perasaan sama sekali, tentu tidak tahu malu. Asal puasin Ravi maka akan dapat banyak u

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 14

    [Kak Chinta, kamu juga tahu Ravi, dia menghargai kenangan kalian, tapi malu untuk bilang, asal kamu mau, dia akan selalu merawatmu, tapi kurasa ada beberapa hal baiknya dijelaskan terlebih dahulu.][Perasaan tidak ada kata siapa yang duluan, tapi kupikir kalau yang duluan bertemu dengannya adalah aku, kurasa hubungan kalian sekarang hanyalah teman sekolah. Wanita harus tau cara merawat diri sendiri, tiap hari nggak makeup, cowok mana yang mau pulang?][Tentu saja muda tidak ada yang istimewa, tapi setidaknya harus lebih tahu diri, sudahlah tua masih tetap bersaing dengan anak gadis. Hari ini Ravi memujiku cantik lagi.][Tadaaa! Ini kalung yang diberikan Ravi, ini di desainnya sendiri loh.][Kak Chinta, kamu harusnya mengerti aku kan? Kami itu saling mencintai, asal kamu setuju, rumah itu akan ku kasih sebagai biaya perpisahan, karena Ravi akan memberikan yang baru.]......Isian yang hampir sama masih banyak, tiap pesan isinya nggak panjang, pemilihan katanya juga nggak termasuk baik,

  • Cinta Romantis Bagaikan Buih   Bab 13

    Ravi melihat pengacara tidak bisa dipengaruhi, mukanya datar dan mempertegaskan kembali: “Kalau gitu tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi. Terserah kalian mau berapa salinan, aku tidak akan tanda tangan, kalau mau gugat di pengadilan juga silahkan saja.”Dia nggak percaya nanti Chinta nggak hadir di pengadilan. Sebelum itu, dia harus memikirkan cara untuk mendapatkan maafan dari Chinta.Mereka punya hubungan sekian tahun dan banyak kenangan, saat ketemu akan ada perasaan. Asal dia bertahan untuk tidak cerai, maka akan ketunggu Chinta berubah pikirannya.Pengacara sudah ada persiapan, langsung mengasih tahu Ravi pendidikan hukum.“Pak Ravi, sebenarnya nona Chinta nggak perlu menggugatmu, ini hanyalah pilihan terakhir yang terpaksa untuk diambil. Kalau bisa, dia mau pisah denganmu baik-baik, contohnya pisah rumah selama 2 tahun sudah bisa menjalankan prosedur hukum, dan pengadilan akan dengan keretakan hubungan memutuskan kalian untuk cerai.”Ini semuanya sudah di analisis sama Chint

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status