Pagi hari ini cuaca sangat dingin, Arjuna dan Andini masih tertidur pulas di kamarnya. Mama Arjuna sangat kesal melihat Andini yang belum juga bangun.
"Wanita macam apa! Jam sudah jam 06.00 wib belum juga bangun, seharusnya ia menyiapkan sarapan untuk Arjuna." Gumam Mama Arjuna, ia memang tidak menyukai Andini, ia mencoba untuk mencari masalah agar Andini tidak betah berada di dekat Arjuna.
Arjuna turun dari kamarnya ia sudah berpakaian rapi Mama Arjuna melihat Andini tidak ikut turun ia segera memarahi Arjuna.
"Arjuna, istri pemalas mana kok dia nggak juga turun… tanya Mama Arjuna. Arjuna hanya menggelengkan kepalanya melihat Mamanya bersikap seperti itu. Ia pun menjawab.
"Mah nggak seharusnya mamah memarahi Andini, Andini sudah bisa menjadi seorang istri y
Setelah mengecek data perusahaan Arjuna segera tidur, ia tidur di samping Andini. Arjuna memeluk Andini yang sedang tidur. Andini merasa terkejut saat Arjuna tidur di sampingnya dan memeluk Andini."Ibu," panggil Andini. Andini sontak duduk sambil menarik bantal, jantungnya berdetak kencang, keringat dingin pun bercucuran di pipinya, Arjuna yang baru saja akan memejamkan mata terbangun dari tidurnya."Ada apa?" Tanya Arjuna. Arjuna sangat khawatir melihat Andini merasa gelisah."Aku ingat ibu bang,"Andini mulai meneteskan air matanya. Andini semenjak mengenal Arjuna ia lebih sering mengekspresikan emosinya dengan air matanya. Arjuna melihat kepolosan Andini membuat dirinya makin senang."Ibu sudah tenang disana, ayo sekarang kita mandi dan sholat," Ajak Arjuna. Arjuna ingin Andini bisa mendoakan ibunya."Baik bang," Andini pun turun dari ranjangnya menuju kamar mandi, Andini segera mandi dan mengambil air wudhu.Andini kembali ke kamarnya, i
Arjuna mengajak Andini bersepeda mengelilingi pantai, cuaca hari ini sangat cocok untuk mantai. Panas yang tak begitu menyengat membuat Arjuna dan Andini merasa bersemangat untuk memulai bulan madunya."Cuaca hari ini sangat cocok untuk berkeliling," ucap Arjuna, Sambil mengayuh sepedanya."Aku senang bang, abang mengajakku keliling pantai," Andini tersenyum bahagia saat ia berada di boncengan sepeda yang Arjuna kayuh.Arjuna pun berhenti saat ia melihat ada penjual es kelapa."Lho kok berhenti bang?" tanya Andini. Andini merasa heran ketika melihat Arjuna yang tiba-tiba memberhentikan sepedanya."Ayo kita minum es kelapa?" Ajak Arjuna. Arjuna pun menggandeng tangan Andini dan membawanya ke bawah pohon rindang tempat penjual es kelapa."Abang, aku belum haus?" Ucap Andini. Andini belum merasa lelah dan haus, ia masih bersemangat untuk bersepeda."Aku haus sayang, sedari tadi aku mengayuh sepeda, membuatku haus dan lapar."
Andini mulai keluar dari kamar mandi, ia mengenakan handuk yang melekat di tubuhnya. Arjuna mulai memandangi Andini seraya berkata."Akan ku tarik handukmu," ucap Arjuna sembari menggoda Andini, Andini mulai memegang handuknya dengan erat."Ini kalau berani," ledek Andini. Arjuna mulai mendekati Andini, Andini pun tertawa geli melihat keisengan yang dilakukan oleh suaminya.HahahaAndini mulai berlari menjauh dari Arjuna, ia pun memegangi handuknya dengan erat."Nggak akan bisa menangkapku, tubuhku kecil dan gesit, jadi nggak mungkin Abang bisa menangkapku," Andini mulai meledek Arjuna, Arjuna pun mulai menangkap Andini."Tunggu kalau aku bisa menangkapmu, akan ku jadikan di
Pagi yang cerah Andini dan Arjuna bersiap-siap untuk pulang, Andini mengenakan dress berwarna pink yang terlihat cocok dengan warna kulitnya.Andini berjalan sambil menenteng tas ditangannya ditemani oleh suaminya. Arjuna terlihat sangat tampan ia mengenakan kemeja yang sangat cocok di badannya, kemeja berwarna biru muda sangat cocok dengan warna kulitnya.Mereka berdua sangat serasi, orang yang memandangnya nampak kagum melihat keduanya.Jadwal penerbangan mereka tinggal menunggu menit, Arjuna dan Andini naik ke atas pesawat, Andini sudah tidak takut saat pesawat mulai terbang namun Andini merasa mual.Hoek Hoek HoekArjuna segera mengambil tisu, Andini merasa sangat mual kepalanya pusing sekali, ia seperti masuk angin."Pusing bang," keluh Andini. Arjuna segera memijat tengkuk Andini."Mabuk pesawat?" tanya Arjuna. Arjuna merasa kasihan melihat istrinya yang sedang mabuk pesawat."Nggak bang, aku nggak pernah merasakan
Andini dan Arjuna pulang kerumahnya. Andini mulai merasakan takut saat akan memasuki rumah Arjuna, ibu mertuanya yang tak suka dengannya seperti petaka untuknya.Arjuna yang mengetahui sikap istrinya berubah ia segera merangkul pundak Andini. Seraya berkata di telinga Andini."Sayang nggak usah takut, aku kan selalu ada di sampingmu," bisikan Arjuna mengurangi rasa takut Andini."Iya bang, aku percaya dengan abang," ucap Andini dengan penuh rasa syukur. Andini sangat bersyukur bisa memiliki suami yang sangat sayang kepada dirinya.Andini melangkah menuju kamarnya, tiba-tiba datang Mama Arjuna dan memanggil Arjuna."Hey Arjuna," panggil mama Arjuna.Awalnya Arjuna tidak menghirauka
Mama dan Selin merencanakan sesuatu untuk membuat Arjuna jatuh cinta kepada Selin. Mama dan Selin merencanakan untuk memberikan obat perangsang di minuman Arjuna. Dan Selin datang setelah Arjuna meminumnya.Obe membuat minuman untuk diberikan kepada Arjuna, Selin memberhentikan Obe itu untuk memberikan obat perangsang di minuman Arjuna."Nanti kalau sudah 10 menit, kabari saya iya," ucap Selin memberi instruksi agar obe memberi tahu kalau Arjuna meminumnya. Namun obe itu membisikki Arjuna, ia tak suka melihat Selin bersama Arjuna."Pak ibu Selin memberikan obat perangsang di minuman bapak!" Ucap pegawai obe itu."Oh, terimakasih sudah memberi tau!" Arjuna berterima kasih kepada obe karena sudah memberitahu Arjuna.Arjuna menelpon Andini, ia meminta Andini segera mempersiapkan diri."Andini, Syelin memberikan obat perangsang di minumanku, tolong kamu persiapkan diri," ucap Arjuna dalam telepon.Andini segera bersiap-siap untuk me
Rasa mual Andini membuatnya muntah sampai ia terlihat pucat dan lemas, Arjuna segera membawa Andini ke Rumah sakit, awalnya Andini menolak ajakan suaminya namun Arjuna tak ingin terjadi apa-apa pada bayinya, ia segera membawa Andini ke Rumah sakit."Ayo sayang wajahmu sangat pucat kamu harus mendapatkan pelayanan dokter," ucap Arjuna. Arjuna sangat mencemaskan keadaan Andini, ia tak ingin melihat Andini lemas tak berdaya, Andini tidak bisa makan, setiap makan ia terus memuntahkan makanan yang ia makan."Nggak mau bang, aku nanti juga baikan," ucap Andini dengan suara sangat lemas tak berdaya."Aku akan menggendongmu, dan membawamu ke rumah sakit," ajak Arjuna."Memang Abang punya mobil?" Tanya Andini."Aku bawa mobil kantor tadi," jawab Arjuna."Mobil kantor? Mobil siapa bang?" Andini tak ingin suaminya memakai mobil orang."Kamu lupa, aku bos disana, aku pemilik kantor, iya mobilku dong," jawab Arjuna dengan nada sedikit menggo
Saat dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, Arjuna mendapatkan telepon dari pihak polisi.Tut Tut TutSuara ponsel Arjuna berdering, Arjuna segera mengangkat panggilan teleponnya."Basri," Arjuna melihat nama Basri di panggilanya. Arjuna segera mengangkat telepon Basri."Halo Bas, ada apa?" Tanya Arjuna. Namun ternyata yang menelepon Arjuna bukanlah Basri melainkan polisi."Kami dari kantor polisi pak," ucap seorang polisi, Arjuna sangat terkejut ketika mendengar nama polisi."Polisi?" tanya Arjuna dengan penuh rasa kebingungan yang berada dalam pikirannya."Iya pak, kami polisi," tegas polisi itu."Maaf pak apa yang terjadi?" Tanya Arjuna. Arjuna sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Basri."Pemuda yang bernama Basri mengalami kecelakaan beruntun pak, ia belum sadar." Jawab polisi."Kecelakaan!" Arjuna terkejut."Iya pak, untuk lebih jelasnya silahkan bapak pergi ke Rumah saki
Andini mulai merasakan sakit perut dan mulai terjadi pendarahan, Andini sangat terkejut ketika melihat banyak darah yang keluar."Ada apa ini, mengapa banyak darah," ucap Andini bingung. Ia pun mulai memegang perutnya."apakah janin ku tidak selamat," Andini mulai meneteskan air matanya.Arjuna masuk kedalam ruangan Andini, ia mulai memeluk istrinya sambil meneteskan air matanya."Maafkan aku sayang, aku tak bisa menjagamu," air mata Arjuna menetes begitu deras Andini pun mulai meneteskan air matanya."Ada apa sayang," tanya Andini. Hati Andini terasa begitu sedih ia mengusap air mata Arjuna dengan tangannya."Abang nggak usah sedih, mungkin ini memang sudah takdir kita, kita doakan yang terbaik untuk anak kita," ucap Andini. Andini sebenarnya sangat ingin memberitahu Arjuna insiden yang terjadi saat Arjuna di kantor, namun ia berpikir kembali kalau Arjuna ta
Selin masuk ke dalam rumah Arjuna, ia melihat ibu Arjuna sedang duduk di meja makan."Selamat pagi mah," sapa Selin. Mama lalu menengok ke belakang melihat wanita yang memanggilnya."Oh Selin, tumben sudah kesini," ucap Mama Arjuna. Selin lalu duduk di kursi yang bersebelahan dengan mama Arjuna."Mama tahu tidak siapa yang menggantikan Basri," ucap Shelin memberi tahu mama Arjuna. Mama pun menggelengkan kepalanya sembari menjawab."Mama tidak tau nak memang siapa yang menggantikan Basri," tanya Mama Arjuna. Selin pun mulai membisiki di telinga Mama Arjuna."Tania mah," Jawab Shelin dengan suara tersenyum."Lo apa hubungannya dengan Arjuna?" Tanya Mama Arjuna. Mama Arjuna tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Shelin."Kita bisa menggunakan Tania untuk mendapatkan Arjuna kembali," jawab Shelin. Shelin mulai memikirkan cara untuk membuat Arj
Arjuna membelikan Andini kalung ia sangat berharap Andini bisa merasa senang dengan apa yang Arjuna berikan."Terimakasih bang, aku sangat senang bisa mempunyai kalung ini tadinya aku hanya berharap bisa memiliki kalung ini," ucap Andini. Ia menatap dan melihat kalung yang Arjuna pakaikan."Kamu pantas mendapatkan kalung itu, bahkan aku ingin memberikanmu rumah," ucap Arjuna. Sembari menatap wajah istrinya. Namun tanpa diduga ternyata Andini menolaknya."Maaf bang aku nggak bisa, aku nggak mau di anggap wanita materialistis," jawab Andini seraya menundukkan kepalanya."Aku nggak mau kamu orang yang aku cintai tapi tidak pernah merasakan apa yang aku miliki," tegas Arjuna."Aku nggak mau hartamu mas, untuk bisa mendapatkan cintamu aku sudah bahagia," Arjuna lalu memeluk istrinya seraya mencium keningnya."Aku bahagia bisa menjadi kekasihmu," ucap Arjuna. Arjun
Arjuna membuka Diary Basri ia membaca tulisan yang tertulis di dalam buku harian Basri.Note"Andini jujur hati ini sangat sakit saat melihat dirimu orang yang ku cintai bersama Arjuna, kamu tahu semenjak hari itu aku sangat senang bisa melihat wanita cantik bisa tidur di sampingku, menatap wajahmu saat kau tertidur pulas, rasanya aku sangat ingin bisa memilikimu, tapi ternyata kamu lebih memilih Arjuna.Arjuna adalah sahabatku aku tak ingin melihat dia kecewa denganku, aku terus menutupi perasaan ku padamu, saat melihat dirimu menikah bersama Arjuna rasanya aku seperti ingin menabrakkan mobilku.Sakit Andini,,,Sakit sekali,,,
Saat dalam perjalanan menuju pulang ke rumah, Arjuna mendapatkan telepon dari pihak polisi.Tut Tut TutSuara ponsel Arjuna berdering, Arjuna segera mengangkat panggilan teleponnya."Basri," Arjuna melihat nama Basri di panggilanya. Arjuna segera mengangkat telepon Basri."Halo Bas, ada apa?" Tanya Arjuna. Namun ternyata yang menelepon Arjuna bukanlah Basri melainkan polisi."Kami dari kantor polisi pak," ucap seorang polisi, Arjuna sangat terkejut ketika mendengar nama polisi."Polisi?" tanya Arjuna dengan penuh rasa kebingungan yang berada dalam pikirannya."Iya pak, kami polisi," tegas polisi itu."Maaf pak apa yang terjadi?" Tanya Arjuna. Arjuna sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Basri."Pemuda yang bernama Basri mengalami kecelakaan beruntun pak, ia belum sadar." Jawab polisi."Kecelakaan!" Arjuna terkejut."Iya pak, untuk lebih jelasnya silahkan bapak pergi ke Rumah saki
Rasa mual Andini membuatnya muntah sampai ia terlihat pucat dan lemas, Arjuna segera membawa Andini ke Rumah sakit, awalnya Andini menolak ajakan suaminya namun Arjuna tak ingin terjadi apa-apa pada bayinya, ia segera membawa Andini ke Rumah sakit."Ayo sayang wajahmu sangat pucat kamu harus mendapatkan pelayanan dokter," ucap Arjuna. Arjuna sangat mencemaskan keadaan Andini, ia tak ingin melihat Andini lemas tak berdaya, Andini tidak bisa makan, setiap makan ia terus memuntahkan makanan yang ia makan."Nggak mau bang, aku nanti juga baikan," ucap Andini dengan suara sangat lemas tak berdaya."Aku akan menggendongmu, dan membawamu ke rumah sakit," ajak Arjuna."Memang Abang punya mobil?" Tanya Andini."Aku bawa mobil kantor tadi," jawab Arjuna."Mobil kantor? Mobil siapa bang?" Andini tak ingin suaminya memakai mobil orang."Kamu lupa, aku bos disana, aku pemilik kantor, iya mobilku dong," jawab Arjuna dengan nada sedikit menggo
Mama dan Selin merencanakan sesuatu untuk membuat Arjuna jatuh cinta kepada Selin. Mama dan Selin merencanakan untuk memberikan obat perangsang di minuman Arjuna. Dan Selin datang setelah Arjuna meminumnya.Obe membuat minuman untuk diberikan kepada Arjuna, Selin memberhentikan Obe itu untuk memberikan obat perangsang di minuman Arjuna."Nanti kalau sudah 10 menit, kabari saya iya," ucap Selin memberi instruksi agar obe memberi tahu kalau Arjuna meminumnya. Namun obe itu membisikki Arjuna, ia tak suka melihat Selin bersama Arjuna."Pak ibu Selin memberikan obat perangsang di minuman bapak!" Ucap pegawai obe itu."Oh, terimakasih sudah memberi tau!" Arjuna berterima kasih kepada obe karena sudah memberitahu Arjuna.Arjuna menelpon Andini, ia meminta Andini segera mempersiapkan diri."Andini, Syelin memberikan obat perangsang di minumanku, tolong kamu persiapkan diri," ucap Arjuna dalam telepon.Andini segera bersiap-siap untuk me
Andini dan Arjuna pulang kerumahnya. Andini mulai merasakan takut saat akan memasuki rumah Arjuna, ibu mertuanya yang tak suka dengannya seperti petaka untuknya.Arjuna yang mengetahui sikap istrinya berubah ia segera merangkul pundak Andini. Seraya berkata di telinga Andini."Sayang nggak usah takut, aku kan selalu ada di sampingmu," bisikan Arjuna mengurangi rasa takut Andini."Iya bang, aku percaya dengan abang," ucap Andini dengan penuh rasa syukur. Andini sangat bersyukur bisa memiliki suami yang sangat sayang kepada dirinya.Andini melangkah menuju kamarnya, tiba-tiba datang Mama Arjuna dan memanggil Arjuna."Hey Arjuna," panggil mama Arjuna.Awalnya Arjuna tidak menghirauka
Pagi yang cerah Andini dan Arjuna bersiap-siap untuk pulang, Andini mengenakan dress berwarna pink yang terlihat cocok dengan warna kulitnya.Andini berjalan sambil menenteng tas ditangannya ditemani oleh suaminya. Arjuna terlihat sangat tampan ia mengenakan kemeja yang sangat cocok di badannya, kemeja berwarna biru muda sangat cocok dengan warna kulitnya.Mereka berdua sangat serasi, orang yang memandangnya nampak kagum melihat keduanya.Jadwal penerbangan mereka tinggal menunggu menit, Arjuna dan Andini naik ke atas pesawat, Andini sudah tidak takut saat pesawat mulai terbang namun Andini merasa mual.Hoek Hoek HoekArjuna segera mengambil tisu, Andini merasa sangat mual kepalanya pusing sekali, ia seperti masuk angin."Pusing bang," keluh Andini. Arjuna segera memijat tengkuk Andini."Mabuk pesawat?" tanya Arjuna. Arjuna merasa kasihan melihat istrinya yang sedang mabuk pesawat."Nggak bang, aku nggak pernah merasakan