"Aku ikut mas," Arora mencegat suaminya yang hendak pergi. Wanita itu sudah tau bahwa suaminya sudah menemukan titik terang di mana keberadaan putrinya tercinta.
"Fajar kamu keluar aja duluan, om mau ngomong sama tente kamu." Usir Aldrich secara halus kepada Fajar, lelaki paruh baya itu ingin berbicara berdua saja dengan istrinya.
"Siap om, sekalian aku mau mastiin kalo rencana yang kita atur di ingat oleh mereka, duluan ya tante, om." Pamitnya kepada kedua pasangan itu.
"Ma dengerin aku ya, bukannya aku gak mau ngajak kamu tapi situasi saat ini berbahaya ma. Keadaan Harsya lagi tidak memungkinkan untuk dirinya dapat membela diri dan bila mama ikut yang ada konsentrasi papa pecah karena mikirin mama, mama bukan beban tapi saat ini tuuan utama kita nyelamatin Harsya kan?" Terang Aldrich dengan sabar kepada istrinya karena bila ia keras pasti Arora tak mengerti dan berusaha untuk terus ikut dengan cara yang mungkin pada akhirnya melukai dirinya sendiri.
Kej
"Ah udah di ujung nih, langsung aja ke ruangan yang ada di ujung!" Setelah mengatakan apa yang ingin ia katakan, Yadi langsung lari ke kamar mandi, ia sudah tidak tahan menahan semua rasa itu. "Harsya?" Dengan langkah tak yakin Fajar berjalan ke ruangan yang di maksud, ia menggunakan nama Harsya dengan lirih sedangkan 2 anak buahnya yang lain sedang asik membagikan makanan dan minuman untuk yang lain. Dengan langkah tak yakin Fajar mendekat ke ruangan itu, ia bertanya di dalam hatinya. Akankah ia siap melihat keadaan gadis yang ia cintai sehancur yang ada di foto? Ah Fajar tak yakin namun ia harus segera memasuki ruangan minim cahaya itu. Degghh... Hati Fajar berdesir ketika melihat pemandangan dari luar pintu ruangan itu, ia melihat seorang wanita dengan rambut yang di potong acak-acakan duduk terkulai di sebuah kursi tua dan dari kejauhan ia dapat melihat betapa buruknya penyiksaan yang dialami wanita itu. Dengan langkah pasti Fajar measuki
"Bos sepertinya ada pergerakan dari musuh," ucap seorang pemuda sambil menyesap rokoknya, ia sedang menelepon atasannya."Tetap kau awasi apa yang mereka lakukan dan laporkan semuanya kepadaku!" jawab seseorang dari ujung sana."Baik bos." Pemuda itu menjawab dengan tegas dan setelah itu ia kembali melanjutkan menyesap rokoknya dan meminum segelas kopi hangat untuk menghangatkan tubuhnya, ia sebenarnya bukanlah warga asli desa tersebut namun ia adalah anak buah yang memang Mega tugaskan itu menjadi warga desa di sana untuk membantunya memantau situasi mengingat gedung tua itu adalah salah satu tempat interaksi bisnisnya.Sedangkan di tempat lain Mega sedang tertawa pongah, ia tidak menyangka musuh akan bergerak dengan begitu cepat padahal ia masih ingin sedikit bermain-main dengan tawanan bodohnya itu.Setelah menempuh 30 menit perjalanan akhirnya Mega sampai di tempat tujuan, ia memang berada di hotel yang ada di dekat desa itu karena tadi malam ini mema
Dari kejauhan Aldrich melihat putrinya tercinta menjadikan tubuhnya tameng untuk Fajar, ia menyesal terlambat sampai di tempat itu. Andai ia tidak mendengarkan kata Fajar mungkin kini putrinya tidak akan lebih terluka seperti saat ini. Aldrich tau betul bagaimana watak asli putrinya itu, ia rela menyerahkan nyawanya demi untuk melindungi orang yang ia anggap beharga walaupun ia merubah sikapnya namun hatinya tidak akan berubah.Dorrr...Aldrich menempak kaki kanan Mega, sebenarnya lelaki yang sudah berumur itu tidak ingin mengeluarkan senjata terakhirnya namun saat ini pendarahan di jantung putrinya sudah mengeluarkan sangat banyak darah. Ia tidak bisa memperlambat lagi, bisa jadi nyawa putri semata wayangnya itu akan di ujung tanduk saat ini."Bawa dokter cepat!" Teriak Aldrich kepada anak buahnya, sejak awal ia memang membawa 2 orang dokter dan satu perawat bersamanya. Dokter dan perawat yang ia bawa bersama bukanlah sembarang tim medis namun medis yang ia pun
"Bagaimana dok keadaan Harsya?" Tanya Fajar ketika salah satu dokter keluar dari ruangan operasi gadis yang ia cintai."Kami sudah berusaha sebaik mungkin dan operasinya juga lancar namun sekarang Harsya dalam keadaan koma karena pisau yang melukai dadanya tergores hingga keluar jantungnya." Jelas Rico sambil menepuk-nepuk bahu milik Fajar, ia tau betapa khawatirkan lelaki itu terhadap keadaan nona mereka."Kapan ia bisa membuka matanya?" Fajar hanya ingin melihat wanita yang ia cintai membuka matanya."Mungkin bisa sampai 3 atau paling lama 10 hari, tergantung respon tubuhnya dan saat ini kami akan memindahkan Nona Harsya ke ruangan ICU agar kami dapat selalu memastikan keadaan nona dengan baik." Jelas Rico dan dari belakangnya, para perawat sedang berusaha mendorong bangkar milik Harsya agar mereka segera dapat memindahkan gadis itu ke ruangan ICU.Fajar langsung memegang tangan Harsya ketika bangkar milik gadis itu di dorong keluar ruangan operasi untu
"Kau tau balasan apa yang akan kau terima karena telah berani mengusik putri dari keluarga Pradigta." Ucap seorang pria memakai Jaz berwarna navy sambil memainkan pisau di tangannya, lelaki itu menatap wanita di depannya dari ujung mata pisau yang ia pegang. "Untuk apa aku takut? Buktinya aku telah mampu membuat wajah gadis menjijikkan itu hancur dan yang paling penting mungkin sekarang nona mu sudah menemui dewa kematian!" Balas dengan sombong wanita yang seluruh tubuhnya diikat ke sebuah tiang, wanita itu tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Wanita yang diikat itu tidak lain tidak bukan adalah Mega, ia diikat di markas keluarga Pradigta dan yang akan menemaninya adalah seorang lelaki muda yang lumayan tampan. Adrich tidak dapat menyiksa wanita iblis itu dengan tangannya karena ia mendapat kabar bahwa putrinya sedang koma, putrinya lebih berarti dari segala-galanya, dan ia harus membuat rencana agar istrinya tidak mengetahui keadaan Harsya yang sebenarnya. Ia ti
Sudah 4 hari berlalu namun tidak ada kabar kapan gadis bernama Harsya Pradigta akan bangun. Sejak 4 hari yang lalu, Fajar tak meninggalkan rumah sakit itu samasekali. Untuk urusan bisnis perusahaan yang di pegang oleh Harsya, Aldrich yang mengatur tugas itu akan dilakukan oleh anak buah terpercayanya. Arora sampai saat ini tidak tau bagaimana keadaan putrinya, ia hanya tau bahwa Aldrich mengatakan kepadanya bahwa Harsya sedang berlibur ke negara tetangga karena ia lelah akibat penculikan dan memilih menenangkan dirinya. Sekalian mencari suasana yang baru untuk hatinya. Walaupun Arora sudah bersikeras ingin mengunjungi putrinya namun Aldrich membujuk istrinya dengan baik hingga kabar bahwa Harsya sedang koma tidak di ketahui oleh istrinya itu dan para staff rumah sakit pun menjaga rahasia tersebut dengan baik. Rekan bisnis Harsya tidak tau keberadaan gadis itu. Mereka hanya tau bahwa Harsya sedang berlibur dan Aldrichlah yang akan mengambil semua tugas yang ia punya. "Kamu tidur sana
15 hari berlalu, namun Harsya belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan sadar. Setiap hari Fajar, Adrick serta Arora menjaga gadis kesayangan mereka. Firasat seorang ibu tidak dapat dibohongi, pada akhirnya Arora mengetahui keadaan putrinya karena ia sangat curiga dengan gerak gerik sang suami. Apalagi Fajar tidak mengikuti Harsya pergi liburan, sungguh mencurigakan apalagi selama ini Fajar tidak akan membiarkan Harsya untuk pergi sendirian. Karena firasatnya yang sangat tidak enak, Arora memutuskan untuk mengikuti suaminya dan ia sangat terkejut ketika suaminya pergi ke rumah sakit. Hatinya khawatir dengan keadaan suaminya namun suaminya sangat sehat bila dikatakan sakit. Tak mau menduga-duga, Arora tetap mengikuti suaminya. Ia terkejut melihat suatu ruangan yang di kunjungi suaminya dijaga sangat ketat oleh para bodyguard mereka. Tanpa memperdulikan anak buahnya Arora langsung masuk ke ruangan itu. Matanya membulat sempurna melihat anaknya terbaring lemah di brangkar rumah sakit
"Harsya mengapa kau masih saja menutup matamu yang indah itu? Aku ingin melihatnya. Apakah kamu tidak lelah tidur sepanjang hari? Sudah 18 hari tapi kau masih saja menjadi putri tidur," Fajar berbicara dengan Harsya yang sedang tertidur lelaki itu menggenggam satu tangan Harsya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus wajah gadis yang kini sedang tertidur dengan lelap itu. Ketika Fajar menjaga Harsya. Lelaki itu akan selalu mengajak gadis yang terbaring koma itu berbicara seperti saran yang telah dokter berikan kepadanya. Ia pun memanfaatkan semua itu untuk mengatakan kepada gadis yang merelakan nyawanya demi dirinya, bahwa ia sangat kehilangan gadis kecilnya. "Apakah kau tau bahwa ibumu sangat merindukanmu, setiap ia menjagamu ia akan selalu membawamu berbicara. Beliau terlihat sangat menyaingimu, kau tau tuan Adlrich yang biasanya minim ekspresi pun kini sudah mulai mengeluarkan ekspresi. Walaupun ia hanya dapat menangis dan berwajah murung saja, namun itu sangat lucu buk
"Sudahlah, lebih baik aku tutup mata saja daripada mereka sadar aku sudah bangun. Tidak ada untungnya juga aku mendengarnya omongannya mereka karena pada akhirnya semua itu hanyalah kebohongan semata!" gumam Harsya dengan nada terluka. Untung saja ia menutup matanya di waktu yang tepat karena setelah ia menutup matanya, Aldrich menoleh ke arah dirinya karena Aldric merasa ada yang memperhatikan dirinya."kenapa Pa lihatin Harsya kayak gitu?" Arora sadar suaminya terlalu lama melihat ke arah ranjang dimana putrinya terbaring saat ini. Arora juga melihat ke arah suaminya melihat, Arora hanya melihat putrinya tertidur lelap seperti sedia kala."Enggak Ma, entah kenapa tadi Papa rasa Harsya sudah bangun. Namun, ternyata itu hanya perasaan Papa saja." Jelas Aldrich sambil tersenyum canggung agar istrinya tidak bertanya lebih baik lagi kepadanya."Yaudah Pa lanjut makannya cepat," ucap Arora sambil menyerahkan sesendok makanan ke arah mulut suaminya dengan begitu mesranya. Keduanya makan de
"Air," Bukannya menjawab pertanyaan yang Fajar lontarkan, Harsya malah meminta air dari lelaki itu. Sebenarnya sedari tadi Harsya sudah merasa tenggorokannya kering, tetapi waktu sangat tidak tepat bila ia meminta air sejak awal."Ini airnya," ucap Fajar dengan telaten memberikan air yang Harsya inginkan. Lelaki berusia 26 tahun itu juga membantu gadis yang ia cintai duduk terlebih dahulu agar Harsya bisa meminum air yang dirinya inginkan. Fajar juga sengaja tidak mendesak pertanyaan yang ia lontarkan kepada Harsya terlebih dahulu karena Fajar tentu saja sangat mengerti bagai sikap gadis yang hanya menganggap dirinya sebagai saudara itu."Sudah kan? Mau apa lagi?" tanya Fajar dengan lembut. Hati Harsya pun hangat mendengarkan perkataan lelaki itu, ternyata selama ini koma Fajar tidak berubah dan selalu saja bersikap hangat kepadanya. Bila kali ini Harsya boleh egois, Harsya hanya menginginkan Fajar tidak pergi dari kehidupannya. Harsya berpikir bahwa bila lelaki itu meninggalkan, maka
Kini sudah tepat 20 hari Harsya belum juga membuka kembali kedua bola matanya. Gadis cantik itu masih saja betah di dalam mimpi indahnya, semakin hari pun semakin menyiksa untuk Fajar. Bahkan kini Fajar terlihat sangat berantakan, janggut-janggut halus mulai tumbuh di wajahnya. Lelaki yang bisa terlihat bersih itu pun, kini sudah sangat berantakan. Rasa takut kehilangan yang ia punya mengubah dirinya menjadi orang lain. "Apakah kamu masih bentah dengan mimpi indahmu? Tidakkah kamu merindukan aku? Apakah kamu tahu bahwa lelaki brengsek yang menjadi penyebab dirimu terluka kini sudah mengetahui bagaimana keadaan mu Sya. Lelaki itu merasa bersalah, tetapi aku merasa dirinya tidak benar-benar merasa seperti itu. Ia bahkan ingin menjengukmu bersama kekasihnya yang sangat menjijikkan itu. Ah aku tidak habis pikir, kenapa Tuan Aldrich tidak bertemu dengan dirinya, agar Tuan Aldrich tahu seberapa menjijikkan lelaki itu dan seberapa tidak pantasnya lelaki itu bersanding dengan mu!" ungkap Faj
"Harsya mengapa kau masih saja menutup matamu yang indah itu? Aku ingin melihatnya. Apakah kamu tidak lelah tidur sepanjang hari? Sudah 18 hari tapi kau masih saja menjadi putri tidur," Fajar berbicara dengan Harsya yang sedang tertidur lelaki itu menggenggam satu tangan Harsya sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk mengelus wajah gadis yang kini sedang tertidur dengan lelap itu. Ketika Fajar menjaga Harsya. Lelaki itu akan selalu mengajak gadis yang terbaring koma itu berbicara seperti saran yang telah dokter berikan kepadanya. Ia pun memanfaatkan semua itu untuk mengatakan kepada gadis yang merelakan nyawanya demi dirinya, bahwa ia sangat kehilangan gadis kecilnya. "Apakah kau tau bahwa ibumu sangat merindukanmu, setiap ia menjagamu ia akan selalu membawamu berbicara. Beliau terlihat sangat menyaingimu, kau tau tuan Adlrich yang biasanya minim ekspresi pun kini sudah mulai mengeluarkan ekspresi. Walaupun ia hanya dapat menangis dan berwajah murung saja, namun itu sangat lucu buk
15 hari berlalu, namun Harsya belum menunjukkan tanda-tanda bahwa ia akan sadar. Setiap hari Fajar, Adrick serta Arora menjaga gadis kesayangan mereka. Firasat seorang ibu tidak dapat dibohongi, pada akhirnya Arora mengetahui keadaan putrinya karena ia sangat curiga dengan gerak gerik sang suami. Apalagi Fajar tidak mengikuti Harsya pergi liburan, sungguh mencurigakan apalagi selama ini Fajar tidak akan membiarkan Harsya untuk pergi sendirian. Karena firasatnya yang sangat tidak enak, Arora memutuskan untuk mengikuti suaminya dan ia sangat terkejut ketika suaminya pergi ke rumah sakit. Hatinya khawatir dengan keadaan suaminya namun suaminya sangat sehat bila dikatakan sakit. Tak mau menduga-duga, Arora tetap mengikuti suaminya. Ia terkejut melihat suatu ruangan yang di kunjungi suaminya dijaga sangat ketat oleh para bodyguard mereka. Tanpa memperdulikan anak buahnya Arora langsung masuk ke ruangan itu. Matanya membulat sempurna melihat anaknya terbaring lemah di brangkar rumah sakit
Sudah 4 hari berlalu namun tidak ada kabar kapan gadis bernama Harsya Pradigta akan bangun. Sejak 4 hari yang lalu, Fajar tak meninggalkan rumah sakit itu samasekali. Untuk urusan bisnis perusahaan yang di pegang oleh Harsya, Aldrich yang mengatur tugas itu akan dilakukan oleh anak buah terpercayanya. Arora sampai saat ini tidak tau bagaimana keadaan putrinya, ia hanya tau bahwa Aldrich mengatakan kepadanya bahwa Harsya sedang berlibur ke negara tetangga karena ia lelah akibat penculikan dan memilih menenangkan dirinya. Sekalian mencari suasana yang baru untuk hatinya. Walaupun Arora sudah bersikeras ingin mengunjungi putrinya namun Aldrich membujuk istrinya dengan baik hingga kabar bahwa Harsya sedang koma tidak di ketahui oleh istrinya itu dan para staff rumah sakit pun menjaga rahasia tersebut dengan baik. Rekan bisnis Harsya tidak tau keberadaan gadis itu. Mereka hanya tau bahwa Harsya sedang berlibur dan Aldrichlah yang akan mengambil semua tugas yang ia punya. "Kamu tidur sana
"Kau tau balasan apa yang akan kau terima karena telah berani mengusik putri dari keluarga Pradigta." Ucap seorang pria memakai Jaz berwarna navy sambil memainkan pisau di tangannya, lelaki itu menatap wanita di depannya dari ujung mata pisau yang ia pegang. "Untuk apa aku takut? Buktinya aku telah mampu membuat wajah gadis menjijikkan itu hancur dan yang paling penting mungkin sekarang nona mu sudah menemui dewa kematian!" Balas dengan sombong wanita yang seluruh tubuhnya diikat ke sebuah tiang, wanita itu tidak menunjukkan rasa takut sedikitpun. Wanita yang diikat itu tidak lain tidak bukan adalah Mega, ia diikat di markas keluarga Pradigta dan yang akan menemaninya adalah seorang lelaki muda yang lumayan tampan. Adrich tidak dapat menyiksa wanita iblis itu dengan tangannya karena ia mendapat kabar bahwa putrinya sedang koma, putrinya lebih berarti dari segala-galanya, dan ia harus membuat rencana agar istrinya tidak mengetahui keadaan Harsya yang sebenarnya. Ia ti
"Bagaimana dok keadaan Harsya?" Tanya Fajar ketika salah satu dokter keluar dari ruangan operasi gadis yang ia cintai."Kami sudah berusaha sebaik mungkin dan operasinya juga lancar namun sekarang Harsya dalam keadaan koma karena pisau yang melukai dadanya tergores hingga keluar jantungnya." Jelas Rico sambil menepuk-nepuk bahu milik Fajar, ia tau betapa khawatirkan lelaki itu terhadap keadaan nona mereka."Kapan ia bisa membuka matanya?" Fajar hanya ingin melihat wanita yang ia cintai membuka matanya."Mungkin bisa sampai 3 atau paling lama 10 hari, tergantung respon tubuhnya dan saat ini kami akan memindahkan Nona Harsya ke ruangan ICU agar kami dapat selalu memastikan keadaan nona dengan baik." Jelas Rico dan dari belakangnya, para perawat sedang berusaha mendorong bangkar milik Harsya agar mereka segera dapat memindahkan gadis itu ke ruangan ICU.Fajar langsung memegang tangan Harsya ketika bangkar milik gadis itu di dorong keluar ruangan operasi untu
Dari kejauhan Aldrich melihat putrinya tercinta menjadikan tubuhnya tameng untuk Fajar, ia menyesal terlambat sampai di tempat itu. Andai ia tidak mendengarkan kata Fajar mungkin kini putrinya tidak akan lebih terluka seperti saat ini. Aldrich tau betul bagaimana watak asli putrinya itu, ia rela menyerahkan nyawanya demi untuk melindungi orang yang ia anggap beharga walaupun ia merubah sikapnya namun hatinya tidak akan berubah.Dorrr...Aldrich menempak kaki kanan Mega, sebenarnya lelaki yang sudah berumur itu tidak ingin mengeluarkan senjata terakhirnya namun saat ini pendarahan di jantung putrinya sudah mengeluarkan sangat banyak darah. Ia tidak bisa memperlambat lagi, bisa jadi nyawa putri semata wayangnya itu akan di ujung tanduk saat ini."Bawa dokter cepat!" Teriak Aldrich kepada anak buahnya, sejak awal ia memang membawa 2 orang dokter dan satu perawat bersamanya. Dokter dan perawat yang ia bawa bersama bukanlah sembarang tim medis namun medis yang ia pun