"Tapi, Al, gimana kalau Eza nggak mau memaafkan aku?" lirih Naura cemas.
"Naura, dia pasti—"
"Sudah pasti aku nggak akan memaafkanmu, Naura."
Mendengar suara itu Naura langsung membalikkan badan dan ia sangat terkejut mendapati Eza berdiri disana.
Bukan hanya Naura saja yang terkejut, Alfa juga ikut terkejut. Kenapa Eza ada disana?
"E-Eza, kamu—"
"Ibumu ada?" Potong Eza cepat.
"A-ada, ibu ada di dalam," balas Naura.
"Bisa aku menemui ibumu sebentar?" tanya Eza lagi.
"Iya, boleh. Emm ... itu, Za, aku mau bicara sama kamu."
"Nanti aja, aku mau ketemu ibumu dulu, Ra," kata Eza.
"Oh, ya ya, tentu. Ayo." Naura masuk lebih dulu.
Eza mengikuti Naura, namun sebelum ia masuk Eza menyempatkan untuk menatap Alfa lekat.
"Apa?" tanya Alfa heran.
Eza tidak menjawab, ia hanya mengedikkan bahu lalu menyusul Naura masuk.
"Ibu, ada Eza datang," ucap Naura sesampainya di dalam.
"Naura," panggil Alfa."Hm?""Jadi apa hubungan kita sekarang?" tanya Alfa menggelitik.Naura mengerutkan kening menatap Alfa."Apa?" Naura berbalik bertanya."Iya, kita kan pernah berpisah selama lima tahun. Jadi sekarang apa hububgan kita?" tanya Alfa lagi."Mantan!" balas Naura asal."Tapi kan kita nggak pernah putus?""Ya udah, pacar!""Tapi kamu bilang kamu udah menganggap kita selesai karena kita lost contact," kata Alfa lagi.Naura mendengus kesal. "Teserah kamu aja, Alfa, terserah!" Naura berbalik dan pergi. Namun Alfa kembali memanggilnya."Naura.""Apa lagi?" tanya Naura galak."Kalau nanti aku nyatain cinta lagi, kamu nggak akan nolak aku kan?"Mendengar itu ekspresi Naura langsung berubah 180 derajat. Pipinya memerah dan senyum di bibirnya tak bisa disembunyikan."Tergantung bagaimana usahamu!" kata Naura yang langsung berbalik pergi, menyembunyikan wajah tersipunya.
Byur!Segelas minuman manis sengaja disiramkan pada Naura. Naura sangat terkejut, begitu pula dengan Alfa.Alfa langsung menoleh, mencari tahu siapa pelaku yang menyiram kekasihnya itu."Akhirnya aku menemukanmu disini. Berani sekali kamu masih mendekati Alfa! Apa kamu nggak tahu—""Apa? Nggak tahu apa?" potong Alfa cepat."Alfa, aku nggak suka sama cewek ini, sebaiknya kamu jauhi saja dia," rengek seorang itu. Ya, dia adalah Sherly si anak pejabat yang Alfa hormati."Siapa yang memberimu hak untuk mengatur hidupku? Bukan dia, tapi kamu yang harus pergi!" kata Alfa tajam."Alfa, kenapa kamu mengusirku? Kenapa kamu memilih membelanya?" Sherly masih terus saja menunjukkan sikap percaya dirinya. Padahal ia sama sekali tidak pernah dianggap.Mereka kini mulai menjadi tontonan banyak orang."Apa menurutmu aku harus membelamu?" tanya Alfa tajam."Tentu saja, Alfa, karena aku ini pacar—""Dia kekasihku
"Eh itu dia tante Nalin. Tapi dia sama siapa?" tanya Vano."Calon istriku," balas Alfa cepat."Calon istri?" tanya Vano tak percaya.Yang di tunggu-tunggu pun akhirnya datang. Mereka semakin mendekat."Eh tunggu-tunggu, itu kan ... Naura?" Vano nampak terkejut melihat Naura tengah berjalan bersama Nalin mendekat ke arah Alfa dan Vano."Eh, itu kan Naura, Bego! Mana ada calon istrimu? Dia kan udah punya calon suami. Waah ... ini orang otaknya udah nggak waras," umpat Vano sekaligus mencibir."Eh, otakku waras-waras aja, sangat waras malah," balas Alfa santai."Ini orang pengin di lempar pakai gelas kayaknya," kata Vano geregetan."Eh, Vano?" Naura akhirnya telah sampai dan menyapa Vano yang tadinya tengah memelototi Alfa."Ha-hai, Naura. Nggak nyangka ya, kita bisa ketemu disini. Dan aku terkejut karena ternyata kamu sama tante Nalin," ucap Vano sedikit merasa kikuk. Naura tertawa kecil."Hai, Tante," lanjut Vano m
Apa-apaan ini? Baru saja mereka berbaikan dan sekarang Naura tahu bahwa Alfa pergi ke bar? Padalah Alfa telah berjanji untuk tidak mendekati tenpat itu. Mendekati saja tidak diperbilehkan apalagi memasukinnya? Naura benar-benar kesal."Hahaha ...." Vano tertawa lepas, sangat puas melihat Naura yang marah pada Alfa dan membuat Alfa panik."Sialan! Ngapain kamu ungkit-ungkit masalah kalau aku pergi ke bar? Lagian aku nggak ngapa-ngapain kan? Kamu yang bikin masalah tapi kamu nggak berniat membantuku? Dasar, sahabat biadab!" maki Alfa panjang lebar."Kali ini aku nggak akan ikit campur urusan kalian. Salah-salah aku yang kena batunya. Selesaikan saja sendiri," kata Vano dengan santainya."Yaa ... kamu memang nggak ngapa-ngapain karena aku datang tepat waktu. Coba aja kalau aku datang terlambat, kamu mungkin udah akan habis satu botol whiskey.""Da-ah, Alfa. Aku duluan," pungkas Vano kemudian ikut meninggalkan Alfa sendiri."Sialan! Gimana caran
Begitu Naura membuka pintu, Naura melihat seseorang berdiri di depan pintu yang menggunakan penutup kepala serta menutupi wajahnya."Aaaaa ...!" teriak Naura ketakitan karena merasa orang itu adalah penjahah, maling, perampok atau semacamnya."Eh eh eh, Naura, ini aku." Seorang itu langsung membuka penutup kepalanya begitu mendengar Naura berteriak."Kamu!""Iya, ini aku.""Kamu mau bikin aku mati jantungan, ha?""Enggak, bukan gitu. Aku cuma mau menyamar. Maksudku, kalau kamu tahu aku yang datang kamu pasti nggak akan mau ketemu aku, jadi aku sengaja pakai ini," jelas orang itu yang adalah Alfa.Naura melipat kedua tangannya di depan dada sambil mendengus kesal."Ra, maafin aku, aku tahu aku salah. Seharusnya aku nggak punya pikirran untuk datang ke tempat itu apapun alasanya. Seharusnya aku nggak melanggar janjiku. Tapi demi Allah, aku nggak minum setetespun minuman disana, Ra, aku bersumpah." Alfa langsung menjelaskan apa ya
"Memalukan!" "Ayah?" Plak! "Jangan panggil aku ayah. Aku tidak memiliki putri sepertimu!" kata Chandra tajam. Chandra Yogiswara, ayah Sherly Yogiswara. "Bawa dia pergi dari sini!" perintah Chandra pada pengawalnya. "Tidak, Ayah!" "Sekarang!" seru Chandra tak bisa dibantah. "Baik, Pak," kata pengawal itu yang langsung menarik Sherly pergi dari sana. "Maaf atas kelakuan anak saya. Saya akan mengganti rugi semua kekacauan ini. Sekarang, biar saya bawa Alfa ke rumah sakit," kata Chandra mendekati Naura. Naura mengangguk cepat. "Iya, Pak, tolong bawa Alfa ke rumah sakit," pinta Naura lemah. "Tentu." *** Naura terus mondar-mandir seperti setrikaan. Ia mengkhawatirkan keadaan Alfa yang masih diperiksa oleh dokter di dalam sana. "Naura, kamu nggak papa, Sayang?" tanya Nalin yang baru saja datang. Beberapa saat yang lalu Nalin sengaja datang ke kantor dan dia menemukan kekacauan di
"Apa yang mau kamu lakukan?" tanya Eza tanpa melepaskan cekalan tantannya pada pergelangan tangan perempuan itu."Bukan urusanmu, lepaskan!" bentak perempuan itu."Aku nggak akan lepasin kamu!" kata Eza tajam dengan pandangan mata mengintimidasi."Cih, kamu pikir aku akan takut pada tatapanmu? Naif sekali!" maki perempuan itu sambil mengibaskan tangannya kuat.Cekalan tangan itu terlepas dan perempuan itu terpeleset sehingga ia terlempar ke luar besi penghalang jembatan."Aaaaa ...!"Set.Eza sigap menangkap tangan perempuan itu lagi."Kenapa? Bukannya tadi kamu ingin melompat? Kenapa sekarang berteriak?" tanya Eza sinis pada perempuan yang tak ia kenali itu.Perempuan itu menggeleng. "Tolong, tolong selamatkan aku. Ak-aku masih tidak ingin mati," pinta perempuan itu memohon."Apa untungnya bagiku kalau aku menyelamatkanmu?" tanya Eza acuh."Kamu akan mendapat pahala karena kamu telah menyelamatkan nyawa se
Eza membukakan pintu untuk perempuan itu sebelum ia ikut masuk ke dalam mobilnya."Ngomong-ngomong siapa namamu?" tanya Eza sambil menyalakan mesin mobilnya."Namaku Sherly, namamu?""Eza," balas Eza singkat."Dimana rumahmu?" tanya Eza lagi."Rumahku nggak aku bawa, berat," balas Sherly humor.Eza terkekeh."Rumahku ada di jalan Kamboja, jalan aja, nanti aku tunjukkan jalannya," lanjut Sherly."Oke."***Dua puluh menit kemudian mobil yang dikendarai Eza telah sampai pada tempat tujuan, sampai di rumah Sherly."Ini rumahmu?" tanya Eza mengerutkan kening."Ya, ini rumahku," balas Sherly."Ini rumah pak Chandra, kamu adalah putri pak Chandra Yogiswara?" Eza bertanya lagi."Ya, aku Sherly Yogiswara. Kenapa kamu kelihatan sangat terkejut?""Ya, aku terkejut. Aku nggak menyangka aku akan bertemu dengan putri Chandra Yogiswara yang terhormat. Terlebih lagi, dia sangat cantik," puji Ez