"Siapa dia?" tanya Allaric.
"Siapa?" Kirana menatap bingung.
Allaric tersenyum dan mendekati Kirana. "Jangan berpura-pura polos, Sayang."
"Aku tidak tau apa yang kau maksud dan satu hal lagi. Jangan panggil aku sayang!" seru Kirana kesal.
"Mengapa aku tidak boleh memanggilmu sayang? Kau adalah wanitaku, jadi sudah seharusnya aku memanggilmu sayang," jelas Allaric.
"Siapa wanitamu? Aku bukan wanitamu dan tidak akan pernah menjadi wanitamu," tolak Kirana.
"Itu menurutmu, tapi keputusanku tidak bisa diubah. Kau adalah wanitaku," kata Allaric mengulang.
Kirana menggelengkan kepalanya kesal.
"Sekarang jawab pertanyaanku. Siapa dia?" ulang Allaric.
"Dia siapa?" tanya Kirana.
Allaric kembali terseyum. Senyum yang akan membuay semua orang terutama wanita menjadi terpikat saat melihatnya. "Dia yang tadi bersamamu," kata Allaric sembari membelai wajah Kirana.
Kirana pun tahu, siapa yang dimaksud Allaric. Ia mendengus
Allaric mengantarkan Kirana pulang, setelah makan malam bersama. Allaric masuk mengikuti langkah Kirana. Kirana masuk ke kamarnya dan mengganti bajunya dengan piyama tidur. Setelah selesai mengganti baju, Kirana kembali keluar dan terkejut melihat Allaric masih duduk di ruang keluarga sambil menontin televisi."Apa yang kau lakukan?" tanya Kirana heran."Tentu saja mengikutimu," jawab Allaric santai, sambil terus masuk dan duduk di tepi ranjang Kirana."Aku mau tidur dan beristirahat. Lebih baik, kau pulang sekarang," seru Kirana, kembali masuk ke kamar. Allaric pun mengikutinya sampai ke kamarnya."Pulanglah, aku sudah mengantuk dan ingin tidur," kata Kirana."Kalau kamu mau tidur, ya tidur saja," sahut Allaric, sembari melepas jas dan melemparnya ke kursi belajar Kirana."Aku tidak bisa tidur, kalau ada orang asing di kamarku," ucap Kirana."Aku bukan orang asing. Lagi pula, bukankah kita sudah sering tidur bersama?" cetus Allaric.
"Oh, jadi dia wanita yang membuat Allaric berubah?" geram Clara yang tidak sengaja melihay Allaric yang membawa Kirana masuk ke dalam mobilnya."Aku akan memberimu pelajaran, dasar perempuan tidak tau malu. Kau akan tau siapa aku, saat kau sudah mendapatkan ganjarannya." Clara melangkahkan kakinya, meninggalkan tempat itu dan kembali ke apartemennya.Mobil Allaric tiba di apartemennya. Kirana mengernyitkan dahi kemudian melihat ke arah Allaric dengan tanda tanya."Ada apa?" tanya Allaric."Mengapa kita ke sini?" Aku kan sudah bilang, aku mau pulang!" seru Andien."Kita pulang. Tapi, bukan pulang ke rumahmu. Mulai saat ini, kau akan tinggal di sini bersamaku," putus Allaric."Aku tidak mau!" tolak Kirana. "Aku mau pulang ke rumahku, rumah peninggalan kedua orang tuaku.""Itu hanya rumah dinas, Kirana. Bukan milik keluargamu," tegas Allaric."Tapi, banyak kenangan kedua orang tua di sana," ucap Kirana."Aku tau, tapi aku kha
Kirana mulai terbiasa dengan kehadiran Allaric di sisinya. Sudah satu minggu ini, Kirana tinggal bersama Allaric. Kirana juga bisa menerima Allaric dan membantu mengurusi keperluan Allaric."Sudah," kata Kirana, saat ia selesai memasangkan dasi untuk Allaric."Terima kasih, Sayang." Allaric mengecup bibir Kirana kilat. Kirana mengalungkan tangannya di leher Allaric. Allaric memainkan lidahnya ke dalam mulut Kirana dan perempuan itu pun mengerang saat merasakan lidah Allaric yang menari lincah di dalam mulutnya."Aku tidak jadi ke kantor," ucap Allaric."Kenapa?" tanya Kirana heran."Aku mau lagi," bisik Allaric dengan nada sensual."Cukup... cukup, aku sudah tidak mampu lagi," tolak Kirana.Allaric menaikkan kedua alisnya."Sejak aku ada di sini, kau selalu menyiksa setiap malam," cetus Kirana.Allaric tersenyum dan mengecup bibir Kirana."Kenapa kau tertawa?" tanya Kirana heran."Aku akan membuatmu tidak bis
Kesabaran Allaric mencapai puncaknya pada Kirana. Pasalnya, wanita itu terus saja merengek padanya untuk mengizinkannya untuk bekerja."Cukup Kirana!" hardik Allaric dengan nada tinggi. Ia tidak bisa lagi menahannya, setelah sekian lama ia berusaha mencoba meyakinkan Kirana. Ia juga bingung dan tidaj habis pikir dengan jalan pikiran Kirana.Disaat wanita yang lain ingin dekat dan ingin menjadi spesial di sisi Allaric. Mereka akan hanya akan bermanja-manja dengannya. Tugas mereka hanya melayani Allaric dan bersenang-senang. Tapi, kenapa Kirana malah sebaliknya? Wanita itu masih ingin bersusah payah bekerja dengan alasan ingin mengisi waktu.Bukankah, dirinya bisa mengisi waktu dengan berbelanja? Pikir Allaric, tapi mengapa ia malah memilih ingin bekerja? Allaric juga bingung dengan sikapnya selama ini. Biasanya, ia akan membuang wanita yang tidak patuh padanya. Tapi, mengapa ia justru tidak ingin membiarkan Kirana lepas dan jauh darinya."Aku han
Davindra diam-diam mengikuti mobil yang membawa Kirana. Perempuan itu baru saja pulang dari bertemu dengan teman-temannya. Davindra pun terkejut melihat ke mana mobil itu membawa Kirana."Mansion Allaric," gumam Davindra. "Jadi, selama ini mereka telah tinggal bersama." Davindra kembali melajukan mobilnya dan meninggalkan mansion Allaric.Sementara di kediamannya, Kirana yang baru saja tiba langsung saja menuju kamar mandi untuk membersihkan diri."Kamu sudah pulang?" tanya Kirana, saat melihat Allaric yang telah berada di kamar.Allaric hanya mengangguk pelan. Kirana pun berlalu meninggalkannya dan berjalan menuju lemari. Saat Kirana selesai memakai pakaiannya, ia terkejut melihat Allaric yang telah kembali tampil rapi."Kamu akan pergi?" tanya Kirana."Aku akan bertemu klien," jawab Allaric."Apa Alan akan ikut bersamamu?" Kirana mendekat dan membantunya memasang dasi."Tidak! Alan sedang ke luar kota," jawabnya tersenyum.
Telah beberapa minggu ini, Allaric menghabiskan waktu di luar. Ia pulang saat Kirana telah tertidur dan pergi saat Kirana terbangun. Semula Kirana tidak mempermasalahkan semuanya, hingga pada akhirnya ia pun mulai mempertanyakan kelanjutan hubungannya dengan Allaric.Kirana tahu, Allaric orang yang sibuk. Namun, ia juga butuh kejelasan tentang hubungan mereka, saat ini Allaric bersikap tidak peduli dan tidak menganggap kehadirannya di mansionnya. Kirana menghubungi Alan dan mengatakan kalau ia ingin berbicara pada Allaric. Alan mengiyakan dan mencoba mengatur waktunya. Seperti biasa, Alan akan mengatakan kalau Boss nya sangat sibuk."Wanitamu ingin bicara padamu," cetus Alan, saat di kantor."Wanitaku? Siapa dan yang mana?" tanya Allaric santai."Kirana," jawab Alan.Allaric menghentikan kegiatannya, ia menutup map dan meletakkannya di atas meja."Mau bicara apa dia?" tanya Alan."Aku tidak tau," timpal Alan."Baiklah, aku akan
Kirana meninggalkan hotel dengan perasaan hancur. Ia tidak menyangka, jika selama ini ia di bohongi habis-habisan oleh pria yang ia cintai. Ia juga telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk laki-laki yang sama sekali tidak pernah menganggapnya ada.Setibanya di mansion, Kirana langsung masuk ke kamarnya. Kirana pun memutuskan untuk membereskan barang-barangnya dan pergi dari sana."Mau ke mana kamu?" terdengat suara bariton yang mencegah langkahnya."Aku akan pergi dan kembali ke rumahku," jawab Kirana tanpa menoleh."Tidak! Kau tidak boleh meninggalkan rumah ini," tegas Allaric."Siapa kau berani menahanku?" tanya Kirana dengan suara lantang."Tidak peduli siapa aku? Yang pastinya, kau adalah milikku. Jadi, hanya aku yang berhak memutuskan," tegas Allaric."Aku milik diriku sendiri, bukan milikmu atau siapapun. Aku yang menentukan hidupku, bukan kau atau siapapun," hardik Kirana."Itu menurutmu. Tapi bagiku, aku yang memegang k
Allaric sedang menghadiri rapat direksi, ia hanya diam dan tidak terlalu mengikuti jalannya rapat. Pikirannya terus saja pada Kirana, sejak kejadian malam itu Kirana seolah tidak memperdulikannya. Semua terlihat bingung dan bertanya-tanya dengan perubahan sikap Allaric hari ini.Ia terlihat tidak fokus dengan semua yang di sampaikan para peserta rapat yang hadir saat ini. Hingga selesai dan mereka meninggalkan ruangan, Allaric masih terlihat termenung."Tuan," ucap Alan, menyadarkan Allaric dari lamunannya."Ada apa?" tanya Allaric, yang baru sadar jika saat ini hanya tinggal ia dan Alan yang masih berada di ruangan."Rapatnya sudah selesai," ucap Alan."Benarkah?" tanya Allaric.Alan mengangguk pelan."Anda tidak apa-apa?" tanya Alan."Aku? Memangnya aku kenapa?" Allaric balik bertanya."Saya perhatikan sedari
Kirana menahan emosinya, saat mendapat laporan dari pengasuh kedua buah hatinya. Wanita bernama Darla, itu mengatakan. Jika, seseorang sering menemui Carmen dan Carlo. Saat ia menanyakan, siapa orangnya pada kedua anak kembarnya. Ia terkejut, ketika tahu nama yang disebut Carlo."Darla, aku ingin mengatakan sesuatu padamu. Jika, saat aku tidak di rumah. Aku mau kau mengawasi si kembar. Aku tidak mau, sampai pria itu menemui mereka lagi," kata Kirana pada pengasuhnya.Darla mengangguk mengerti. Kirana berencana, akan menemui Davi untuk membicarakan hal ini. Ia tidak mau, berhubungan dengan keluarga itu lagi. Setelah apa yang terjadi, Kirana masih mengingat setiap luka, yang keluarga Davi berikan padanya.Setelah semuanya siap, Kirana segera berpamitan pada kedua anaknya. Ia tetap memperingatkan Darla lagi, tentang hal tadi. Ia juga berpesan pada anak-anaknya, untuk tidak berbicara pada orang asing.****Sementara di kediamannya, Davi terlihat bahagia saya mendapat satu pesan dari Kiran
Kirana berang, saat ia tahu kalau Davindra menipunya. Pria yang pernah mengisi hatinya dulu, yang sengaja mengajaknya keluar dengan alasan untuk membicarakan bisnis mereka. Ternyata, pria itu menggunakan kesempatan itu untuk merayu Kirana kembali."Jadi, kau mengajakku ke mari hanya untuk membicarakan itu?" Seru Kirana lantang."Na, dengarkan aku. Aku hanya ingin berbicara padamu secara pribadi," kata Davi, berusaha untuk menjelaskan pada Kirana."Apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Sudah tidak ada lagi yang harus dibicarakan," tegas Kirana."Na, aku hanya ingin kita bisa seperti dulu," ucap Davi lirih."Tidak!" tegas Kirana.Davindra tercegat medengar suara tegas Kirana."Aku tidak mau, memulai sesuatu yang telah aku lupakan," lanjut Kirana."Apa salahnya, jika mencobanya, Na," pinta Davi lirih.Sampai saat ini, Davindra masih mencintai Kirana. Sampai kapanpun, hanya Kirana yang ada di dalam hati Davindra.Setelah perceraiannya bersama Laura selesai. Davindra berusaha mencari keberad
Kirana sedang berjanji untuk bertemu salah satu kliennya. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya klien yang di maksud tiba. Kirana hampir tidak percaya, siapa kliennya kali ini.Davindra datang bersama Papanya. Ayah dan anak itu sempat tidak menduga, jika yang menjadi utusan adalah Kirana."Selamat siang, Tuan Oscar dan Tuan Davindra." Kirana mengulurkan tangan dan menjabat keduanya, secara bergantian."Anda Nona Kirana, utusan perwakilan dari perusahaan X?" tanya Oscar."Benar, Tuan. Silahkan duduk," ucap Kirana mempersilahkan tamunya."Saya kira Anda, ini seseorang yang...." ucapan Oscar di potong Kirana."Tua dan jelek," potong Kirana.Oscar tersenyum tidak enak."Kita langsung saja." Kirana membuka map yang ia bawa dan mengunjukkan kepada Oscar dan putranya. Kirana mulai menjelaskan semuanya pad
"Siapa namamu?" tanya Allaric pada seorang anak berumur lima tahun."Namaku, Carlo," jawabnya.Allaric sempat menatap dalam wajah lugu dan polos itu. Mata coklat dan senyumnya, mampu menembus tepung hati Allaric. Ada rasa nyaman dan damai saat ia menatapnya. Mata itu juga mengingatkan Allaric pada seseorang di masa lalu."Carlo, kau di sini bersama orang tuamu?" tanya Alan."Tidak! Aku ke sini bersama teman-teman dan guruku," jawab Carlo."Kau salah satu dari mereka?" Mata Allaric tertuju pada sekelompok anak kecil yang sedang bermain bersama gurunya.Carlo mengangguk cepat."Apa yang kau lakukan di sini?" terdengar suara cempreng, namun penuh dengan ketegasan.Kursi roda Allaric berputar ke arah sumber suara. Kembali mata Allaric di suguhi pemandangan yang menyejukkan matanya."Maafkan saudaraku, Tuan," ucap Carmen.
Sudah tiga hari, Kirana sampai. Hari ini, ia bersiap untuk ke kantor. Perempuan itu segera menyelesaikan urusan kantornya, kemudian bergegas untuk pulang. Ia harus segera menjemput anak-anaknya, yang ia titipkan ke penitipan anak.Kirana yang baru saja tiba, memang mengalami sedikit masalah dalam mencari pengasuh untuk kedua buah hatinya. Ia sangat teliti dalam memilih, seorang yang akan dia percayakan untuk menjaga kedua anaknya."Momm, ada baiknya jika kami masuk sekolah," cetus Carmen.Mata Kirana melirik ke arah putrinya, kemudian melemparkan pandangan pada kembarannya."Kamu mau, sekolah di sini?" sela Carlo.Carmen mengangguk. "Dari pada setiap hari, di penitipan. Lebih baik sekolah, kan?"Kirana tertegun sejenak. Apa yang dikatakan, Carmen ada benarnya. Jika, keduanya dimasukkan ke sekolah, mungkin Kirana akan tenang bekerja. Setidaknya, ia tidak perlu berusaha paya
"Apa, Tuan? Anda ingin mengirim saya ke sana?" tanya Kirana terkejut."Tidak ada orang lain, yang bisa saya andalankan selain kamu Kirana. Dengan kemampuan yang kamu punya, saya yakin kamu bisa menangani masalah di kantor cabang," jelas atasannya."Tapi, saya tidak mau ke sana," tolak Kirana. "Anda bisa mengirim saya kemanapun, asal jangan ke sana.""Mengapa? Apa kamu ada masalah, dengan tempat itu?" tanya bos-nya.Kirana terdiam, die enggan menjelaskannya pada sang atasan."Bersiaplah. Lusa, aku akan mengatur keberangkatanmu," putus Bos-nya.Kirana melangkah gontai, meninggalkan ruangan Bos-nya. Ia duduk dan kembali mengingat kejadian di tempat itu. Kirana memutuskan untuk pulang lebih cepat dan saat tiba di rumah. Ia lebih memilih masuk ke kamarnya, hingga saat makan malam.Dua hari kemudian, mau tidak mau. Kirana harus berangkat juga, ia meminta waktu untuk mempersiapkan segalanya. Mengingat ia memiliki dua anak kembar, yang pasti
Allaric kembali mengunjungi club' malam, untuk minum hingga mabuk. Ia ingin menghibur kesepiannya. Semenjak kepergian Kirana, Allaric merasa enggan untuk menetap di mansionnya. Bayang-bayang Kirana terusa saja menghantuinya, setiap kali ia berada di mansionnya. Masih teringat jelas senyum yang terukir di wajah wanita itu, saat bersama Allaric.Kepergian Kirana pun, seperti membawa separuh jiwa Allaric. Ia merasa kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya. Di dalam club' pun, ia tidak mau ditemani oleh siapapun. Ia hanya ingin sendiri, meratapi kesedihannya. Allaric benar-benar hancur tanpa Kirana.Di tengah kegalauan hatinya, seseorang mendekatinya."Apa ini? Masalah besar apa, yang menimpa seorang Allaric hingga bisa hancur seperti ini?" ucap orang itu.Allaric menatap nanar, ke arah sumber suara."Mau apa kau?" tanya Allaric ketus."Aku hanya datang untuk menghibur diri. Ta
Allaric membuka lemari milik Kirana. Namun, anehnya tak satupun barang milik Kirana bergerak dari tempatnya. Semua masih tersusun rapi, pada tempatnya bahkan tidak ada yang berkurang.Allaric mengepalkan tangannya, ia kembali memeriksa lemari yang lainnya. Bahkan, perhiasan saja, masih berada di tempatnya. Allaric teringat akan id card, yang diminta Kirana tempo hari. Rahang Allaric mengeras, ia mengertakan giginya kesal."Jadi, selama ini. Kau hanya berpura-pura, untuk menarik simpati serta untuk mendapat kepercayaan dariku," gumam Allaric kesal.Alan yang baru tiba, terkejut melihat kondisi kamar yang sudah seperti diterjang badai."Ada apa?" tanya Alan."Dia kabur, tanpa membawa apapun selain apa yang ia kenakan dan tanda pengenalnya," jawab Allaric geram."Kau memberikannya?" tanya Allaric lagi."Kau pikir aku gila, jika memberikannya
Kirana kembali ke mansion, tanpa menghiraukan sapaan dari para pelayan, ia berjalan langsung masuk ke kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Kirana kembali mengingat, dua tubuh yang penuh keringat. Sedang bergumul di atas ranjang, yang juga sering ia gunakan.Kirana meremas kasar rambutnya, berusaha untuk mengusir dan menghapus pemandangan yang baru saja ia saksikan. Kirana kembali mengingat, apa yang dikatakan Cindy? Wanita itu berkata benar, Allaric memang masih seperti dulu. Sampai kapanpun, pria itu tidak akan pernah bisa berubah.Kirana merenungi kebodohannya. Mengapa ia, cepat percaya dengan semua yang Allaric katakan? Kirana pun memutuskan untuk pergi dari tempat ini. Ia segera beranjak kembali dari duduknya dan berjalan menuju pintu.Ceklek....Kirana menghentikan langkahnya, saat melihat beberapa pelayan yang menyapanya. Kirana hanya tersenyum tipis, sembari menutup pintu d