Melampiaskan HasratnyaZemi bergerak ke atas tubuh Syakela dan menghunjamkan miliknya seraya berkata, sambil memejamkan mata merasakan sensasi berbeda dari saat dia dalam posisi didominasi oleh Syakela.“Kau yang meminta, dan kau sendiri yang akan menanggung akibatnya. Oke?” kata Zemi sambil menundukkan kepalanya dekat dengan telinga gadis yang kini tengah berada dalam kungkungannya.“Ya.” Syakela berkata dengan tegas sambil tersenyum lebar, dia pikir tidak akan ada yang terjadi selain kenikmatan yang dia peroleh dengan menyatukan milik mereka seperti saat ini. Jelas sekali bukan?Syakela sebentar-sebentar memjamkan mata dan juga membukanya, melihat Zemi dengan penuh gairah saat sang kekasih hati menggerakkan pinggulnya bertubi-tubi. Dia puas karena saat ini pria itu benar-benar berada dalam genggamannya dan tahkluk padanya.“Bagaimana, apa kamu puas?” kata Syakela saat melihat wajah Zemi yang kelelahan karena aksinya menggagahi dirinya dengan penuh semangat.“Ya. Terima kasih!”k
Tidak Berhati*(Maaf readers, untuk bab yang sebelumnya saya salah up cerita, yang benar, ini cerita selanjutnya, ya)*Sesampainya di kantor, Zemi langsung memasuki ruangannya bersama dengan Ajer, seorang asisten kepercayaannya yang selama ini selalu mengerjakan semua tugas kantor atas namanya. Pria itu tersenyum senang melihat Zemi, ada di kantor hari ini. Jikalau ada Bosnya maka, tugasnya akan sedikit ringan. Namun, angin apa yang membawa sang majikannya itu datang tanpa di minta?Biasanya Zemi hanya datang bila keadaan perusahaan benar-benar membutuhkan dirinya dan ada keputusan, yang memang harus diambil olehnya sebagai pimpinan yang ditunjuk oleh ayahnya.Zemi menatap Ajer dengan pandangan penuh tanya, saat pria itu duduk di hadapannya.“Kenapa kau tersenyum seperti itu?” tanya Zemi sambil menyilangkan kaki dan bersandar dengan santainya.“Saya senang Anda datang tanpa di minta, Bos!”“Ah, kau tidak tahu rupanya, ada yang memintaku datang memenuhi tanggung jawabku!”“Wah, b
Kabar Buruk Zemi merenung saat Ajer berkata demikian karena ia sedang bertanya-tanya pada dirinya sendiri apakah ia akan melakukan hal seekstrem itu hanya demi Wuri? Akan tetapi ia sudah setuju dengan keputusan Renata untuk menikahi Syakela. Jadi, apabila ia nanti membiarkan dirinya terlalu dalam jatuh dalam perasaannya sendiri pada Wuri, dia merasa akan lebih repot lagi. Dia khawatir apabila nanti Syakela tahu bahwa dirinya tidak tulus dalam danmencintai menikahinya karena memanfaatkannya demi membuktikan sebuah mitos saja. Tidak bisa di bayangkan apa yang akan dilakukan wanita itu bersama semua keluarga besarnya. Mungkin Zemi harus bersiap kehilangan nyawa. Ajer kembali ke ruangannya setelah Zemi menghentikan lamunannya dan melakukan pekerjaan sebagai pimpinan yang jarang dia lakukan sebelumnya. Seperti berkeliling melihat semua bagian divisi apakah berjalan dengan baik atau tidak. Selain itu, dia juga melihat gudang, termasuk mengintrol para pekerja luar, semua dia lakukan deng
Datang Dan Berpelukan Tidak butuh waktu lama untuk menempuh perjalanan ke lokasi bencana menggunakan helikopter, Zemi memesannya dengan cepat setelah menerima permintaan Wuri padanya. Suara gemuruh dari baling-baling kendaraan terbang itu terdengar memekakkan telinga. Menggemparkan semua yang ada di sana, tidak hanya satu tapi, dua. Beberapa orang yang memiliki wewenang di sana bertanya-tanya maksud dengan kedatangan dua helikopter tanpa sepengetahuannya. Selain bersyukur, mereka banyak berharap jika bantuan datang membawa keperluan yang di butuhkan termasuk obat-obatan. Wuri segera keluar dari tenda dan melihat Zemi baru saja turun setelah helikopter berhenti dan mendarat di tanah lapang yang hanya terdapat rumput dan bebatuan di sana. Pria itu memakai setelan jas rapi yang sangat tidak cocok dikenakan di tempat seperti ini. Wuri berjalan mendekat, begitu pula dengan Zemi berjalan mendekat Wuri, hingga dua orang itu seperti dua kutub magnet yang saling tarik menarik. Begitu bersy
Sebuah CiumanWuri tidak bisa menolak saat tiba-tiba Zemi menarik tubuhnya dalam pangkuan dan mencium bibirnya. Awalnya gadis itu diam hingga dia mulai terbawa oleh emosi, yang hangat, daya tarik yang pekat tidak berujung dan kemudian dia melingkarkan kedua tangannya ke leher Zemi lalu, mengimbangi gerakannya. Naluri dan hasrat yang lain tiba-tiba bermunculan dan meminta lebih, Zemi yang baru kemarin mengalami hal yang luar biasa, saat ini dia ingin mengulanginya lagi dan lagi.“Zemidean, cukup ... maaf aku ....” kata Wuri setelah melepaskan pagutannya, dengan napas terengah.“Wuri, aku mencintaimu, kau masih belum menjawabku, apa kau masih butuh waktu?”“Dean, tunggulah, setelah misi ini selesai, ayo! Kita bertemu lagi, tapi, bagaimana dengan Syakela? Bukankah kalian akan segera menikah?”“Ya. Belum. Kami belum menikah, aku juga tidak bisa menolak Nenek dan Ibuku, tapi, sungguh, aku benar-benar mencintaimu!”“Jangan ... jangan kau duakan cintanya, cintai dia sepenuh hatimu jik
Rasa Bersalah“Baik-baik saja, katamu? Dia masuk rumah sakit! Cepat kunjungi dia bodoh, dia calon istrimu!” kata Welia lagi dengan suara yang cukup keras di telepon membuat Zemi menjauhkan benda itu dari telinganya.“Jer! Kembali ke rumah sakit, sekarang!” kata Zemi setelah memasukkan ponselnya ke dalam saku bagian dalam jasnya. “Apa kau tidak tahu soal Syakela?”“Oh, saya dengar di televisi tentang gosip itu, jadi saya abaikan, Tuan!”“Ternyata itu bukan gosip, bodoh! Dia benar-benar sakit!” kata Zemi penuh rasa bersalah. Dia masih ingat apa yang telah dilakukannya dengan Syakela malam itu, wanita itu benar-benar berhasrat besar dan sulit ditaklukkan. Apa selama ini dia selalu begitu dengan pasangannya? Pikir Zemi. Wajar dia kelelahan atau sakit karena dia tidak berhenti semalaman.Sesampainya di rumah sakit, Zemi meminta informasi yang dengan mudah dia dapatkan, tapi informasi ini tidak bisa diakses oleh awak media bagaimana pun caranya, sebeb pasien butuh privasi dan ketenangan
Tuduhan Tidak Masuk Akal“Zemi! Ayo! Kemari, Syakela dalam kondisi kritis sekarang!” kata seorang wanita di telepon.Zemi menempelkan ponselnya ke telinga tanpa melihat siapa yang menghubunginya.“Ibu? Apa sepagi ini Ibu sudah ada di sana?”“Ini, aku, Nenekmu apa kau tidak melihat namaku? Oh ya, satu lagi, ini sudah siang, bodoh!”Zemi segera membuka matanya lebar-lebar dan melihat jam dinding, lalu dia bergegas membersihkan diri dan mengganti pakaiannya. Kurang dari satu jam kemudian dia sudah berada di jok bagian belakang mobilnya sambil menghubungi Wuri. Sementara perutnya sudah kenyang.“Halo, Dean? Ada apa menghubungiku? Apa ada yang kau butuhkan?” tanya Wuri terkesan buru-buru dari nada suaranya. Gadis ini mulai menjaga jarak lagi setelah perbincangan mereka kemarin soal pernikahannya.Zemi tersenyum sebelum menjawab, “Aku akan ke rumah sakit, apa kau ada di sana?”“Ya, aku mengisi waktu kosong dengan menengok anak-anak di lantai dua!”“Baiklah, ini kebetulan sekali!”Z
Ke Kampung Halaman“Ya!” Ucapan Wuri tentu saja mengundang banyak dugaan yang menjurus pada kemungkinan yang membenarkan tuduhan Renata. Wanita itu menggunakan nalurinya yang dia percayai tidak salah menilai orang.“Apa kau juga menyukainya?” tanya Leo lagi, dan kali ini gadis itu diam haruskah dia menipu diri dan semua orang demi sebuah kepercayaan, apa mungkin sebuah kepercayaan didapatkan dari kebohongan?Di saat yang sama dia tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa. Lalu, dia melihat lurus ke arah dua orang yang seperti mendakwa dirinya dengan tuduhan bersalah.“Kita berteman, tidak ada rasa suka seperti rasa seorang kekasih! Maaf, Dokter, aku harus pergi.”Wuri baru saja hendak melangkah ketika Renata memegang lengannya, sambil berkata, “Kau berusaha lari?” Wuri terperanjat, dia tidak menyangka wanita itu mencengkeram dengan kuku jarinya yang panjang, hingga dia refleks melepaskannya secara kasar, dan di saat itu pula seseorang melangkah cepat ke arah mereka.“Ah!” pekik
Ya Tentu Saja (TAMAT)Wanita itu sedikit lebih berisi dan ketika wanita itu turun di tempat yang agak tinggi, di mana dia biasa turun dan naik ke leher gajah, terlihat dengan jelas perutnya sedikit membencit.Zemi menghampiri Wuri dengan langkah yang perlahan dan sedikit ragu, dia mengingat kejadian terakhir saat mereka bertemu dan waktu itu mereka sempat melakukan sesuatu yang bisa membuat wanita itu, mengandung benihnya saat ini.Begitu dua insan itu saling menatap dan berdekatan, seketika keduanya pun sama-sama mengeluarkan air mata yang, entah disebabkan oleh apa. Namun, yang jelas kerinduan itu terukir pada tatapan mereka.Zemi tiba-tiba berlutut sambil menyebut nama Wuri, beberapa kali. Air matanya mengalir lebih deras, dia yakin bahwa gadis itu menanggung beban yang cukup berat selama ini. Tentu saja benar apa yang di pikirkan oleh Zemi, jika Wuri memang sudah menanggung beban yang demikian berat, dia berusaha setengah mati menahan rindu dan cintanya sementara dia tengah m
Tidak MenemukannyaSemalaman mereka bergadang, sesekali Zemi menggantikan Ajer menyetir karena pria itu terlihat mengantuk.Sesampainya di sana, hari sudah menjelang pagi, mentari sudah menampakkan cahayanya. Dua mobil kontainer yang tiba lebih dulu, menunggu perintah dari majikan mereka untuk menurunkan barang. Setelah mobil mewah yang dikendarai Zemi, Renata dan Ajer tiba, barulah semua barang mereka turunkan semuanya.“Kau datang lagi?” tanya Khazanu menyapa Zemi.“Ya, Tuan Khazan, apa ada masalah dengan kedatanganku?” tanya Zemi penuh percaya diri.“Tidak,” sahut Khazanu.Dia mengabaikan Renata dan Ajer, karena hanya Zemi yang dia kenal. Saat melihat dua truk besar tiba, dia segera melihatnya dan begitu melihat Zemi, dia pun heran karena pria itu begitu gigih berjuang demi mendapatkan Wuri, seperti keinginannya. Kedatangannya kali ini menunjukkan jika ujiannya berhasil setelah sekian lama.Wuri tidak ada di tempat itu, karena sejak kejadian terungkapnya penyebab kematian aya
Hadiah SekampungBeberapa bulan berlalu setelah kejadian itu, Zemi berharap Wuri mengirimnya pesan melalui ponsel tapi, benda canggih itu selalu hening, tanpa adanya panggilan dari orang yang dia rindukan. Hatinya sakit karena merasa diabaikan padahal hanya dirinyalah satu-satunya harapan.Zemi memutuskan untuk kembali ke negaranya dan, menjalaninya hari-hari seperti biasa. Dia kembali menyibukkan diri di perusahaan bahkan, pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah disentuhnya, pun sekarang selesai di tangannya. Dia melakukan semua itu hanya karena ingin melupakandisentuhnya, setelah merasa dicampakkan oleh kekasihnya begitu saja, tanpa pesan dan kata-kata, hanya karena kesalahpahaman belaka.Zemi sudah mengirimkan bukti walaupun tidak kuat dan tidak banyak, tetapi, bukti itu seharusnya cukup untuk meyakinkan kepala suku Khazanu, juga Wuri, jika keluarganya terutama sang kakek tidak bersalah dalam kejadian itu.“Kedua orang itu bersahabat karib sejak lama, tidak mungkin saling menya
Antara Percaya dan Tidak Wuri diam dan hanya menangis bahkan, saat Zemi hendak menghapus air mata di pipinya pun dia menolak bahkan menepis tangannya dengan kasar. Oleh karena itu, Zemi langsung menghubungi kakaknya karena saat kejadian itu berlangsung kakaknya pun berada di sana. Dia mengatakan apa yang terjadi di tempat itu semuanya, tanpa kecuali bahkan sejak pertemuan awalnya dengan Wuri secara singkat. “Bukan begitu ceritanya, yang dilihat laki-laki itu salah, kamu sudah melarangnya untuk mengambil boneka milik anakku. Memang anakku terus menangis karena dia tidak bisa tidur kalau tidak memeluk bonekanya.” Kakak Zemi bercerita dari ujung telepon. “Jadi, itu hanya salah paham?” kata Zemi. “Ya, aku dan Kakek sudah melarangnya, dan itu pun sudah kami bawa dia berlari lebih cepat, bukankah Kakek juga terluka kakinya hingga dia harus memakai kruk sampai dia tiada?” “Ya!” “Semua karena kejadian itu, tapi, kakek selalu bilang itu karena kecerobohannya, padahal saat itu, Kakek sed
Keesokan harinya ketika Wuri keluar dari kamar, Khazanu, sang kepala suku sudah menunggu bersama seorang pembantunya. Tentu saja Wuri mengenal dua orang yang sangat akrab selama ini. Mereka kemudian duduk secara berhadap-hadapan di ruang tamu.Kepala suku Khazanu, sengaja datang ke rumah Wuri karena dia mendengar sebuah informasi bahwa, gadis itu bermalam dengan seorang laki-laki. Kecurigaannya muncul karena dipicu oleh rasa khawatir jika anak dari sahabatnya itu memiliki hubungan khusus dengan orang yang kemarin datang dan bermesraan sampai malam tiba.“Apa kau melindunginya di sini?” kata Khazanu memulai pembicaraa setelah mereka berbasa basi sebentar.“Siapa maksud Anda, tidak ada orang lain di sini selain aku!” Wuri berkata membala diri.“Jangan berbohong padaku aku mengetahui semuanya!”“Apa maksudmu Jemi? Kalau dia yang Anda maksud, ya ... memang dia datang kemarin malam dan aku mencegahnya untuk pulang, memangnya Apa salahnya dengan hal itu?”“Apa kau lupa dengan resiko
Sebuah Tanda Yang SamaSesampainya di rumah Wuri, Zemi meminta gadis itu untuk menunjukkan di mana kamarnya.Tentu saja Wuri enggan tapi, Zemi berkata, “ Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu, dan sebelum orang lain tahu, aku ingin kau yang lebih dahulu tahu!”“Apa itu, katakan saja padaku!” Wuri masih tidak mengerti dengan apa yang akan ditunjukkan oleh Zemidean.Zemi melihat ke sekeliling dan dia tidak menemukan orang lain selain mereka.“Ke mana semua pelayanmu?” tanya Zemi.“Mereka bekerja di kebun, dan baru akan pulang sore nanti.”“Baiklah kalau begitu, tidak masalah aku membuka bajuku di sini!”“Tunggu, apa yang akan kau lakukan?”“Wuri, aku punya tanda yang sama seperti di tubuhmu!”“Bagaimana kau tahu, apakah itu sama atau tidak?”Zemi hendak membuka Hoodienya di ruang tamu, saat Wuri mencegah dan menarik tengan pria itu ke kamarnya. Pandangan mata Zemi berputar ke sekeliling kamar yang rapi dan menyebarkan aroma bunga anggrek bercampur asap dupa. Tidak ada perabot
Bagaimana Kalau Aku?“Setelah aku mengajakmu ke sana, baru aku akan mengajak Jubi jalan-jalan untuk menghibur hati,” kata Wuri. “Apa sekarang kau sedih?” “Ya kalau aku ini ingin hiburan atau aku sedih, Juni lah yang menghiburku!” “Apa kau akan tidur dengannya, sampai dia membuatmu bahagia?” “Ya! Aku sering tidur di perutnya. Kita akan bermain dan dia akan menggendongku, aku bisa bermain dengan belalainya. Itu menyenangkan!” “Oh!” Zemi mengangguk. Mereka kembali ke rumah, Zemi dipersilakan untuk masuk dan duduk sambil menunggu Wuri membawa persembahan. Pria itu melihat ke sekeliling ruangan yang dipenuhi pernak pernik kerajinan khas adat dan sukunya termasuk beberapa hiasan khas dari berbagai negara, ada juga foto-foto ayah Wuri dalam berbagai aktivitas. Ada juga foto ibunya, foto gadis itu saat masih kecil dan juga beberapa gelang kehormatan yang berjajar di dinding, yang artinya sudah banyak kemampuan dasar yang dimiliki Wuri serta keluarganya menurut adat. Wuri keluar dengan
Bersiap Menerima KenyataanSetelah lama menunggu, Zemi tidak lagi mendapatkan jawaban meskipun pesan itu terbaca. Tanpa sepengetahuan pria itu, Wuri menangis dengan wajah ditutup bantal agar tidak terdengar oleh para pelayan rumah dan pekerja lain, yang masih belum tidur dan tinggal di rumah itu. Mereka yang mengisi rumah saat dirinya tidak ada. Gadis itu tidak siap jika harus kehilangan Zemi, ini adalah ke sekian kalinya dia merasakan jatuh cinta, tapi, untuk ke sekian kalinya pula dia harus patah hati. Namun, mau tidak mau harus siap kehilangan lagi. Akhirnya wanita itu tertidur setelah lelah mendingan hati yang sesak karena rindu. Kalau saja Zemi tidak berjasa begitu besar padanya maka, dia akan mudah melepaskan rasa. Keesokan harinya Zemi datang terlalu pagi, hingga saat dia muncul di rumah itu, pintunya pun belum di buka, bahkan Wuri belum bangun karena baru tertidur setelah menjelang pagi. Pria itu memakai celana jeans hitam dan hoodie abu-abunya. “Apa kau menunggu Nona Law
Dikira KekasihZemi tidak bisa memaksa walaupun dia sangat ingin tetap bersama karena dia tahu posisi dan kedudukan Wuri hingga harus menjaga diri dengan baik. Dua orang itu berjalan menuju rumah Wuri karena gadis itu meminta Zemi untuk singgah dan kebetulan dia pun ingin tahu kediaman gadis idamannya. Mereka masih mengobrol tentang motel yang ditempati Zemi saat kepala suku datang menghampiri. Pria itu sudah sehat kembali setelah sakit lebih dari sepekan awal bulan lalu, Wuri pun datang menjenguknya selama dua hari saat itu.Pria itu mendengar jika Wuri sedang berduaan dengan seorang pria pendatang dan dia memeluk gadis itu, inilah laporan yang membuatnya senang sekaligus was-was. Biar bagaimanapun juga, gadis itu adalah titipan dari sahabatnya, untuk di jaga sebaik-baiknya apabila sampai tua dia tidak menemukan jodohnya. Dia tidak ingin ada hal buruk terjadi padanya.“Ah! Ketua, kenapa kemari, ini sudah malam!” kata Wuri dalam bahasa daerahnya setelah memberi penghormatan khas