Bab. 30.
Yudi meraba-raba sisi kiri tempat tidurnya tetapi tania tidak ada. Seperti biasanya, suara cempreng Tania memanggil-manggil. Akan tetapi, pagi ini hening.
Yudi mengangkat kepalanya, menoleh ke kanan dan ke kiri memusatkan pendengarannya sepi ....
Yudi bangkit memakai jeans bututnya mencari istri tercintanya ke kamar mandi, ruang tengah, dan dapur. Tania tiada, sarapan terhidang di meja makan dan sepucuk surat.
Dear suamiku ....
Aku buru-buru pergi ada sidang pagi ini. Sarapan sudah aku siapkan, Mas! Makanlah dengan lahap. Selamat berkerja cinta, Muach!
Sayankmu
Amy bingung harus bagaimana, ia sangat menyukai Yudi. Akan tetapi, ia juga tidak ingin menjadi pelakor di suatu hubungan rumah tangga orang lain. Ia tidak ingin terluka. Namun, hatinya begitu menyesakkan jiwanya. Ia menginginkan Yudi, sebaliknya ia juga sudah sangat lelah mengejarnya. Sedikit rasa malu menderanya. Apalagi, ia sudah banyak menyakiti dirinya untuk mendapatkan Yudi. Namun, Yudi tidak pernah menoleh ke arahnya sedikit pun. Menyedihkan sekali rasanya. "Dasar cinta, sialan! Mengapa harus jatuh cinta dengan Yudi, sih? seperti tidak ada pria lain, saja!" umpat Amy kesal. Walaupun Amy terkenal arogan, tetapi pada dasarnya ia sangat b
"Nak Soleh ini, bekerja di manakah?" Basri penasaran. "Saya hanya pekerja di showroom mobil xx Pak" Soleh merendahkan diri. "Terserah ... Kalau Papa Amy mengizinkan putrinya pacaran denganku atau tidak! Toh, semua ini hanya sandiwara buat apa berpura-pura aku lelah!" batin soleh. "Hahaha yang penting mau berusaha dan bekerja, Nak. Itu modal utama!" Basri senang akan jawaban jujur Soleh. Ia tidak berharap putrinya akan membawa seorang pria yang lebih menonjolkan harta, karena ia ingin kebahagiaan putrinya bukan harta. Basri merasa ia memiliki segalanya, tidak ada yang kurang selain Delilah mendiang istrinya.
Soleh hanya diam saja, ia sudah lelah memperhatikan ulah pria ini dari lantai atas. Ia juga ingin menghilangkan bayangan Amy yang menciumnya terus menerus. Bayangan itu terus menerus menari-nari di benaknya hingga ia mendarat di diskotik ini, kakinya yang membawanya kemari. Pengawal dan pria mesum itu datang kembali, "Tuan biarkan kami menghajar pemuda, ini!" ucap salah satu pengawalnya. "Baiklah! Hajar saja sampai, mampus! Tapi ... Jangan wanita itu. Aku membutuhkannya malam ini. Bila aku sudah, puas! Kalian boleh bersenang-senang dengannya." Si pria mesum yang dipanggil tuan, memandang Amy dengan tatapan penuh dengan nafsu dan kemarahan.
Amy memandang wajah Soleh, seketika rasa suka dan cintanya kepada Yudi menguap. Ia masih saja memandang wajah Soleh. "Mengapa dari dulu aku tidak menyadarinya? Jika Soleh tampan juga?" batin Amy. Soleh menggeliat dari tidurnya, Amy langsung membaringkan tubuh dan memejamkan matanya di seberang sofa Soleh. Amy berpura-pura tidur. Benar saja, Soleh terbangun dari tidurnya mengamati ke sekelilingnya. Ia melihat Amy tertidur di sofa juga, dan sudah berganti pakaian. Soleh mengulurkan tangannya menyentuh wajah Amy. Ia merapikan surai yang membandel ke selipan telinga Amy. Soleh mengecup lembut kening
"Brengsek! Mengapa aku menjadi salah satu pria brengsek itu juga?" umpatan batinnya kesal."Aku ingin Amy mencintaiku dengan kasih sayang miliknya, menjadikannya istriku dengan kemauannya sendiri. Bukan, paksaan!" batin Soleh.Ia termenung memandang ke luar kaca apartemennya, hamparan Kota M terbentang luas penuh bangunan-bangunan tinggi yang berjejer.Soleh memberikan pakaian yang ia pesan via online, Amy sedang mengganti pakaiannya di kamar lantai atas.Amy menuruni tangga dengan perlahan, mencari tas tangannya memoles sedikit lipstik dan bedak. Amy berusaha setenang mungkin melihat siluet tubuh maskulin Soleh jiwa raganya kembali bergetar.Ia berjalan me
"Aku ingin mengajakmu berlibur ke kampung halamanku? Kalau kamu mau kalau tidak ya sudah! Aku mau ajak Siska?" ucap Soleh berlalu. "Aku mau! Ngapain juga ngajak Siska sih? Aku sudah pengen lihat kampung kamu seperti apa?" Amy begitu riangnya. "Aku kira kamu nggak mau ke kampung, tetapi ya begitu tidurnya nggak pakai AC, terus mandinya di sungai pakai pancuran orang tuaku orang udik entar kamu malu?" balas Soleh. "Gapapa! Aku pengen lihat suasana kampungmu, kapan kita berangkat?" Amy memeluk mesra lengan Soleh. "Ini anak terkadang nyebelin, terkadang buat senang kadang buat sakit hati! Ampun, Ya Allah bisa-bisanya aku jatuh cinta sama nih Lampir?" batin Soleh ngenes meratapi nasibnya. &nb
Soleh mengejar Amy dan menarik pinggangnya di bawah curah hujan yang deras. "Aw! Geli, Leh! Hahaha" teriak Amy. Soleh menggelitiki pinggang Amy dan keduanya tertawa dengan bahagianya. Keduanya saling pandang, "Amy, maukah kau menikah denganku?" tanya Soleh. Amy terdiam ia tidak tahu harus menjawab apa, ia sangat mencintai Yudi. Ia memandang Soleh dengan tatapan kebingungan yang luar biasa. Ia tidak tahu harus bagaimana, hatinya masih terpaut kepada Yudi. Walaupun, ia tahu jika Yudi tidak akan pernah menjadi miliknya. Apalagi, ia sangat mencintai Tania. Amy merasa bersedih, "Apakah mungkin aku bisa membalas rasa cinta soleh? Aku t
Bab 38. Kamuflase Amy dan Soleh kembali ke Kota R. Kembali ke rutinitas mereka seperti biasanya, Amy terkejut mendapati surat panggilan pemeriksaan dari kantor kepolisian. Papanya Basri sudah menunjuk Tania sebagai pengacaranya. Amy memandang lembar kertas hukum tersebut. Ia tidak mengerti akan kesalahan yang telah ia lakukan. Namun, ia sudah memeriksa segalanya dia tidak menemukan secuil kesalahannya. Ia tidak mengerti dimana letak kesalahan yang telah diperbuat. Akhirnya ia pun pergi ke kantor pengacara milik keluarga Tania, "Hadeh, mengapa harus Tania sih, Pa?" batin Amy. Bukan ia tidak percaya hanya saja ia merasa sedikit senewen dengan
Seorang wanita tua membawa bakul di punggungnya ingin mengutip sayuran, hujan deras telah mengguyur semalaman hingga pagi inilah ia berniat akan menjual sayurannya. Namun, saat ia ingin memetik kacang tanah ia melihat tiga anak yang terbaring di sana, "Anak siapa pagi buta di sini?" batinnya. Ia langsung berlari menggapai ketiganya dan memeriksa, "Mereka demam!" batinnya, ia berusaha membangunkan ketiganya dengan memberinya air minum, "Uhuk! Uhuk!" Adrian terbangun dan melihat seorang nenek tua melihat ke arahnya ia berusaha untuk beringsut dan menjauh, "Si-siapa kau! Tolong, jangan ganggu kami! Kami tidak mau dijadikan bakso!" ujar Adrian. "Hehehe, siapa yang mau jadikan kalian bakso? Ikan dan ayam masih lebih enak dari daging kalian!" cibir si nenek dengan gulungan tembakau fi mulutnya. Adrian beringsut sedikit berusaha untuk m
Adrian masih memeluk Salmi dengan tangan mungilnya, "Apakah kalian anak baru?" tanya seorang anak perempuan kecil yang tidak jauh dari Adrian. "Iya, kalian tahu ini di mana?" tanya Adrian penasaran menoleh ke setiap ruangan. "Aku tidak tahu! Kami dibawa kemari dengan keadaan pingsan! Apakah itu Adikmu?" tanyanya. "Iya, ini Adikku!" balas Adrian. "Namamu siapa?" tanyanya lagi. "Aku Adrian, ini Salmi!" balas Adrian. Entah mengapa ia banyak bicara, ingin rasanya dirinya mengurangi sedikit bebannya, "Oh, aku Rani," ujar Rani. "Ooo, apakah kau tahu ke mana mereka akan membawa kita?" tanya Adrian pena
Kedua sahabatnya masih menyusuri TKP bersama para polisi, mereka hanya menemukan jejak mobil dengan meninggalkan lokasi, keadaan menjadi heboh para wartawan Meliput berita dan memasukkan ke televisi dan laman media sosial lainnya. Sementara Amy menjalani operasi, Soleh menunggu di depan pintu ruang operasi. Tania dan Yudi langsung menuju ke rumah sakit begitu dengan seluruh keluarga Rangga, Hamzah, dan Basri juga Sudirman pergi ke rumah sakit. Mereka tidak menyangka dengan segala malapetaka yang sudah menimpa keluarga mereka Ibra masih menyelidiki seluruh rangkaian peristiwa ketiganya berpelukan menangis, "Bagaimana dengan Amy?" tanya Tania. "Dokter masih mengusahakan pengangkatan peluru di kepalanya, bagaimana dengan anak-anak?" tanya Soleh, ia memandang kedua sahabatnya berharap ada keajaiban untuk kedua buah hati mereka.Keduanya menggelengkan kepala, "Tapi, aku sudah mengerahkan segala yang aku bisa! Aku yakin kita pasti menemukan anak kita," kata Yudi.
"Ya, kamu benar, aku harus hati-hati! Bagaimanapun kita tidak tahu apa keinginan mereka yang sebenarnya, kamu hati-hati juga!" ucap Tania mengingatkan Amy. "Eh, besok beneran ada acara ulang ya, di rumah Dion? Sepertinya aku tidak bisa ikut ke sana, kamu mau 'kan bawa anak-anak ke sana. Besok aku ada sidang!" ucap Tania. "Iya, jangan khawatir. Aku pasti akan bawa anak-anak, lagian aku rasa besok aku libur, rasanya lelah jika terus-terusan bekerja," ujar Amy, "besok aku akan bawa anak-anak kesana! Sekalian bawa mereka berenang," lanjutnya. "Sip, aku titip anak-anak ya?" ujar Tania. "Iya, tenang saja!" balas Amy. Keduanya berpisah setelah makan siang.
Yudi di depan pintu bersalin sudah tidak sabar ingin melihat buah cintanya dengan Tania, "Selamat telah lahir bayi lelaki dengan berat 3,5 kg, panjang 50 cm. Putra pertama dari Bapak Yudi dan Ibu Tania," ujar Siska dengan menggendong seorang bayi dan memberikanya kepada Yudi, ia menerimanya dengan tetes air mata bahagia, "Selamat datang, putraku! Aku harap engkau menjadi pemenang di dalam kehidupan fana dan baka kelak," lirihnya diiringi rasa syukur seluruh keluarga. Rangga dan Hamzah saling rangkul begitu pun dengan Noni dan Rini, "Anak-anak yang hebat, cucuku pasti, luar biasa!" ujar Rangga bahagia menggendong cucunya setelah Yudi mengadzaninya. Yudi langsung menemui Tania yang masih lemah, "Terima kasih, Sayang! Aku tidak bisa mengatakan dengan apa pun rasa syukur dan cinta kasihku kepada kalian berdua," ucap Yudi, memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang.
Tiga bulan kemudian Soleh dan Amy pulang dari bulan madu, Amy pun sudah hamil. Selama mereka di Papua berbulan madu, keduanya kerap berhubungan dengan Tania dan Yudi mereka saling bercerita banyak hal dan berbagi tawa dan duka mengenai pengalaman menjadi calon orang tua. Kedua pasangan tersebut mengunjungi Siska pun sudah menikah dengan Ibra sepupu Yudi seorang polisi.Mereka kerap berkumpul, cinta yang pernah ada di hati Amy kepada Yudi sudah terbang entah ke mana, begitu pun rasa cinta Siska kepada Soleh. Kini, ketiga pasangan bahagia itu sedangkan menantikan buah cinta mereka untuk pertama kalinya. Soleh dan Yudi selalu bersabar dan mengalah terhadap semua kemanjaan dan semua sensitif ibu hamil yang luar biasa.Namun, mereka begitu bahagia menjalani peran tersebut, tiada pernah mengeluh dan tak pernah sedikit pun menyakiti h
"Aku akan menjadi, ayah! Oh Tania, kita akan menjadi orang tua! Aku sangat bahagia, sekali! Terima kasih sayang," ucap Yudi dengan bahagia dan sumringah. Ia langsung memeluk Tania dengan penuh kasih sayang. Mencium seluruh wajah Tania, "Aku sangat bahagia, Yank! Tapi, tolong ... menjauhlah. Aku ingin muntah mencium, baumu!" balas Tania mengernyitkan hitungnya. Yudi tercekat, ia tidak menyangka akan mendapatkan balasan demikian dari istri tercintanya. Siska tertawa dan menepuk bahu Yudi, "Terkadang seorang istri yang sedang hamil muda mengalami sindrom demikian. Mengertilah, emosinya naik turun. Berusahalah untuk mengalah," ujar Siska. "Kayak kamu sudah pernah, saja" balas Yudi. Siska langsung berkacak pinggang, "Aku memang belum pernah, hamil! Menikah saja belum. Tapi,
Sementara Yudi dan Tania pun tidak mau kalah. Keduanya pun mengarungi lautan berlayar di tengah samudra cinta milik mereka berdua. Keduanya saling berpelukan dengan mesranya,"Semoga kita semua bahagia, ya Mas!" ujar Tania.Yudi menoleh ke arah istrinya mengecup sekilas kening Tania, "Amin. Pastilah, setiap doa dan usaha selalu diijabah Allah. Walaupun dengan berbagai liku dan rintangan tidak instan," balas Yudi dewasa."Mas, ngomong-ngomong instan. Kok aku jadi pengen mie instan, nih!" ucap Tania."Ya udah, masaklah! Apa perlu mas yang masak?" tanya Yudi."He-em!" balas Tania sedikit manja. Ia sendiri pun tidak mengetahui mengapa ia merasa sangat ingin makan mie instan
Acara pernikahan Amy dan Soleh digelar di sebuah hotel mewah milik keluarga Amy. Keluarga Soleh dari kampung pun berbondong-bondong datang. Sudirman, Aisyah, dan Santi juga Ipah menginap di rumah Soleh yang baru. Acara pernikahan begitu meriahnya. Semua teman, kolega, handai taulan semuanya berkesempatan datang dan bersilaturahmi. Tania dan Yudi sebagai WO, mengatur dan membantunya membuat acara berjalan dengan sangat baik. Tania mengerahkan semua kemampuanya untuk memperlancar semua acara pesta. Acara pernikahan keduanya begitu bahagia. Amy begitu cantik di saat ijab kabul dan Soleh begitu gagah dan tampan. Kedua keluarga Basri dan Dahlan sangat bahagia dan cepat akrab. Basri begitu senang dengan besa