Ketika Elvina mendongak dan bertanya kepadanya, Raiden melihat dengan jelas alisnya yang terangkat dan senyuman di bibirnya. Tatapannya terlihat agak licik. Raiden tahu Elvina sengaja.Raiden hanya tahu Elvina kuliah di luar negeri selama beberapa tahun. Dia tidak tahu bahwa Elvina dan Daphney saling mengenal. Namun, dilihat dari ekspresi Elvina, sepertinya dia sudah tahu identitas Daphney sebelum kemari.Raiden menatap Daphney. Wanita ini tampak pucat dan menggigit bibirnya. Alisnya juga berkerut."Sayang?" Ketika melihat Raden tidak berbicara, Elvina tersenyum dan bertanya, "Kenapa diam saja?""Terserah kamu mau panggil gimana. Keluarga Tjandra nggak punya aturan seketat itu," timpal Raiden dengan nada datar. Kemudian, dia melepaskan tangan Elvina dan menepuk pinggang belakangnya. "Pergi sapa Nenek dulu."Elvina tersenyum mengejek. Di mengikuti arah pandang Raiden dan melihat seorang wanita tua yang tampak bersemangat sedang menghampiri mereka.Pamela mengenakan terusan berwarna gela
"Jangan terus berdiri di sana. Nanti kakimu pegal," ujar Raiden untuk memperingatkan.Suara Raiden terdengar dingin, tetapi Daphney justru merasakan perhatian dari ucapannya. Seketika, rasa cemburu dalam hatinya pun sirna."Ya." Daphney tersenyum tipis, lalu menyuruh pelayan menyiapkan teh favorit Raiden.Sampai sekarang, Elvina masih belum bisa melupakan kepergian neneknya. Itu sebabnya, dia menjadi begitu manja terhadap Pamela. Pamela punya senyuman yang lembut dan dipenuhi kasih sayang.Elvina mengupas jeruk untuk Pamela sambil mengobrol dengan Pamela. Dia sudah lama tidak merasa sebahagia ini.Daphney juga duduk di ruang tamu. Dia tahu Pamela sedang asyik mengobrol dengan Elvina. Dia pun tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya memotong apel untuk Raiden.Pamela melirik Daphney dan berkata, "Daphney, biar pelayan saja yang melakukannya. Jangan sampai pisaunya kena tanganmu.""Nggak apa-apa. Raiden dan Elvina sama-sama tamu." Daphney tersenyum tipis, lalu bertanya kepada Elvina, "Elvi
Daphney sudah lama menyelidiki Elvina. Dari kegaduhan perceraiannya dengan Dexton, dia menyimpulkan bahwa Elvina bukanlah ancaman besar. Elvina adalah wanita yang tidak memiliki apa pun dan hanya bisa bergantung pada Raiden.Namun, saat melihat Elvina lagi hari ini, Daphney merasa dia seperti orang yang berbeda. Ucapannya sangat pedas dan menyerang tepat pada titik kelemahan Daphney. Dengan kata-kata manis lainnya, dia juga berhasil memenangkan hati Pamela.Sekarang, Pamela bukan hanya menyayangi Elvina karena statusnya sebagai istri Raiden, tetapi benar-benar menyukainya.Sejak hamil, Daphney sering datang ke rumah Pamela untuk menemani dan menghiburnya. Namun, setelah mencoba berusaha selama beberapa bulan, sikap Pamela masih saja dingin terhadapnya. Sebaliknya, Elvina hanya membutuhkan waktu belasan menit untuk membuat Pamela puas.Daphney bahkan mulai curiga, apakah Elvina belajar khusus dari seorang guru tentang bagaimana menyenangkan hati orang tua? Kalau tidak, bagaimana dia bis
Elvina dulu sering menemani ayahnya menghadiri berbagai pesta dan perjamuan, bahkan saat bepergian ke luar negeri untuk negosiasi. Dia pernah bertemu dengan banyak wanita tangguh yang latar belakang kuat dan kemampuan luar biasa.Namun, sekarang dia menyadari bahwa wanita-wanita yang pernah dia temui sebelumnya tidak sebanding dengan wanita di depannya ini."Bibi."Raiden berdiri dan menyapa wanita itu dengan nada datar, lalu berjalan ke sisi lain meja untuk menarik kursi baginya. "Sudah, lain kali nggak perlu segan begini," kata wanita itu sambil duduk dengan santai di kursi.Suara wanita itu tidak dingin, malah sedikit serak dan rendah. Dalam istilah modern, jenis suara ini sering disebut sebagai "husky voice".Pamela menatap wanita itu dengan penuh kasih sayang. "Kamu sudah pulang, jadi istirahatlah yang baik. Kalau ada yang perlu dikerjakan, biar Raiden saja yang mengurusnya."Kemudian, Pamela memperkenalkan wanita itu kepada Elvina. "Elvina, ini putri bungsuku, Clarissa. Selama in
"Iya, aku baru menyadari sisi baik Kak Raiden setelah nikah sama dia," kata Elvina dengan senyum manis yang semakin memikat. Dia mengambil ikan kakap yang sudah dibuang durinya dan meletakkannya di piring Raiden. "Kak Raiden, aku tahu kamu suka ikan ini. Coba cicipi, gimana rasanya masakanku?"Percakapan di antara ketiga wanita itu tampak biasa saja, tetapi Raiden bisa merasakan atmosfer tegang yang dipenuhi persaingan. Di balik senyum manis Elvina, dia seolah melihat rasa puas bercampur balas dendam.Untuk pertama kalinya, Raiden merasa makan malam menjadi pengalaman yang begitu melelahkan. Dengan ekspresi datar, dia memakan ikan yang diambilkan Elvina.Elvina menopang dagunya dengan tangan dan bertanya dengan penasaran. "Gimana rasanya?""Enak.""Baguslah." Elvina tersenyum lebar, bibir merahnya melengkung dengan anggun. "Kalau kamu suka, aku bisa masak untukmu setiap hari setelah kita pulang."Raiden hanya diam, tidak memberi jawaban. Di saat itu, seorang pelayan datang membawa mang
Clarissa tersenyum tipis. "Kenapa aku merasa, kamu sebenarnya lagi lawan Nenek?"Raiden tampak mengerutkan ujung matanya sedikit, tetapi ekspresinya tetap dingin. "Bibi mikir kejauhan. Malam itu, aku cuma kebetulan ganti kamar, lalu ketemu Elvina."Clarissa tertawa kecil. "Baiklah, anggap saja aku yang mikir kejauhan. Elvina memang cantik dan cerdas, tapi ...." Dia memegang rokok di antara jarinya, lalu menyesap secangkir teh merah di atas meja sebelum melanjutkan dengan santai, "Berapa lama dia bisa bertahan di sisimu?"Raiden menjawab dengan tenang, "Selama Nenek menyukainya, dia akan tetap ada di sisiku.""Nenek mungkin menyukainya, tapi aku khawatir kamu nggak bisa melindunginya," kata Clarissa dengan nada yang tampaknya tahu lebih banyak dari yang dia ungkapkan. Pandangannya pada Raiden penuh makna. "Yang sudah ditakdirkan tetap akan datang, dia nggak akan mampu menahannya."Mendengar nada penuh arti dari Clarissa, Raiden sedikit mengerutkan ujung matanya lagi, tetapi tetap diam.
Elvina meletakkan kedua tangannya di atas lutut, menatap lurus ke arah bunga-bunga di seberang jalan setapak berbatu. Namun, pikirannya dipenuhi dengan wajah Raiden yang tegas dan dingin.Perasaannya bercampur aduk ... getir, sesak, tetapi dia tidak bisa menjelaskannya. Ternyata Raiden tidak cuek sejak lahir. Dia pernah mencintai seorang wanita dengan penuh gairah.Setelah beberapa saat, Elvina mengepalkan bibirnya yang kering dan bertanya dengan suara pelan, "Daphney bukannya juga cinta sama Kak Raiden? Kalau dia cinta, kenapa nggak menolak waktu Kak Darren melamarnya?""Cinta?" Nenek tertawa kecil, tetapi sorot matanya yang tajam menunjukkan ejekan."Saat aku tahu Darren pergi melamar ke Keluarga Sutanto, aku memanggil Daphney dan memberinya kesempatan untuk memilih lagi. Aku khawatir dia hanya bingung sesaat. Tapi, dia milih cucu ketigaku tanpa ragu-ragu dan bilang bahwa dia lebih bahagia sama Darren.""Hubungan 10 tahun dengan Raiden, dia tinggalkan begitu saja dan menikah dengan p
Setelah masuk ke kamar, Elvina mencium aroma bunga yang sangat lembut dan baunya terasa tidak asing. Dia mengendus beberapa kali lagi dan segera teringat bahwa aroma ini pernah tercium di mantel Raiden sebelumnya.Mengingat kejadian itu, Elvina mencibir. Dia sudah menduga bahwa orang yang dilihatnya di luar kafe waktu itu adalah Raiden, tapi Peter malah bersikeras menyangkalnya. Aroma bunga itu manis dan lembut, tetapi Elvina merasa terganggu olehnya.Dia mengambil botol parfum kecil dari tasnya dan mulai menyemprotkannya ke berbagai sudut ruangan. Setelah botol parfum berkapasitas 10 ml itu habis, aroma bunga yang mengganggunya baru lenyap dan dia merasa puas.Tepat pada saat itu, Raiden keluar dari kamar mandi dengan mengenakan jubah mandi abu-abu tua.Ikatan jubahnya tampak longgar, memperlihatkan sebagian dadanya yang berwarna kecokelatan. Rambutnya basah dan menempel di kulit kepala, memberikan kesan sedikit lebih santai daripada biasanya. Namun, mata tajamnya tetap penuh ketegasa
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S