"Aku yang akan minum!" seru Sisca dengan panik.Elvina telah mengeluarkan sejumlah besar uang untuk menebusnya. Sisca bahkan tidak tahu harus bagaimana berterima kasih kepadanya. Brendi tidak seperti anggur merah, kadar alkoholnya jauh lebih tinggi. Dia tidak bisa membiarkan Elvina meminumnya."Nggak bisa, cuma Bu Elvina yang boleh minum. Kalau kamu yang minum, itu nggak termasuk dalam hitungan," tolak Andy.Wajah Sisca langsung memucat mendengarnya. Dia sungguh gusar sekarang."Pak Andy, kenapa memaksa begini? Sebelumnya, Pak Raiden punya hubungan baik dengan Bu Daphney. Banyak kerja sama yang diberikan kepada Keluarga Sutanto. Masa Keluarga Sutanto memperlakukan istri Pak Raiden seperti ini?" tanya Owen dengan dingin.Andy menyahut dengan santai, "Bukan aku yang memaksa, tapi orang Keluarga Sutanto. Katanya adiknya diperlakukan buruk saat menghadiri rapat pemegang saham Grup Polaris. Perutnya sampai sakit karena marah.""Selain itu, orang-orang di Dream nggak bisa dibawa semudah itu.
"Saat semester dua SMA 2, ibuku menikah lagi dengan seorang pria kaya. Pria itu punya anak. Ibuku takut dirinya dicampakkan kalau pria itu tahu dia punya anak.""Jadi, dia bantu aku membuat visa dan menyuruhku kuliah di luar negeri. Dua tahun pertama, dia masih datang untuk menemaniku saat tahun baru. Setelah itu, dia nggak pernah datang lagi."Suara Sisca serak. Matanya memerah. "Tahun lalu aku pulang dan ingin bertemu dengannya. Dia malah melemparkanku kartu bank dan menyuruhku untuk nggak mencarinya lagi. Kalau nggak, dia nggak akan memberiku uang lagi.""Aku bukan mau uang. Aku cuma mau dia meluangkan waktu untuk menemaniku. Aku 'kan anaknya ...."Sisca sangat sedih hingga tidak lanjut makan lagi. Dia bersandar di meja dan menangis tersedu-sedu. Elvina pun mengelus punggungnya untuk menenangkannya.Dulu saat masih sekolah, Sisca sering menceritakan tentang orang tuanya. Dia sangat membanggakan orang tuanya. Katanya, ayah dan ibunya adalah pasangan paling bahagia di dunia, sedangkan
Ayah Sisca tampak bingung. Dia mencoba menjelaskan, "Aku cuma menitipkanmu di sana biar mereka merawatmu beberapa hari. Setelah menang dan dapat uang, aku akan menebusmu malam itu.""Tebus apaan!" Sisca menyeka air matanya. "Aku nggak percaya dengan omong kosongmu! Kamu ini pembohong!"Ayah Sisca buru-buru bangkit dari kursi dan mencoba meraih tangan Sisca. "Kita sudah bertahun-tahun nggak ketemu. Aku nggak nyangka kamu lebih cantik dari yang ada di video. Anakku sudah tumbuh besar ....""Ayo, aku bawa kamu pergi makan dan belanja. Pokoknya aku akan menebus semua kesalahanku ya?"Sebelum sang ayah sempat menyentuh tangannya, Sisca sudah mundur dua langkah. "Siapa anakmu? Sejak kamu menjualku, aku bukan anakmu lagi!""Ayah memang sudah salah. Sudah seharusnya kamu marah," bujuk Vadel. "Tapi, aku tetap ayahmu. Ibumu sudah menikah lagi dan nggak peduli lagi sama kamu. Selain aku, kamu bisa bergantung sama siapa lagi?"Ketika melihat Sisca hanya menggigit bibirnya dan tidak berbicara, Vade
Vadel berlutut dan memohon dengan air mata mengalir di wajahnya. "Sisca, Sisca, kumohon, ampuni Ayah .... Jangan lakukan ini!"Namun, ketika tangisannya tidak berhasil melunakkan hati Sisca, ekspresinya berubah bengis. Wajahnya yang penuh belas kasihan tadi berubah menjadi penuh kebencian dan dia mulai memaki dengan kasar."Kamu ini anak kurang ajar! Berani-beraninya melawan ayahmu sendiri! Aku yang memberimu kehidupan! Kalau bukan karena aku, kamu nggak akan lahir ke dunia ini!""Apa salahnya menjualmu ke kelab? Uangnya cepat masuk! Kamu itu anakku, sudah sepantasnya bekerja keras untukku! Lagian, sepuluh tahun lagi kamu akan seperti ibumu, tua dan nggak menarik. Siapa yang masih mau memandangmu saat itu?"Kata-kata itu menusuk hati, mengungkapkan keburukan jiwa seorang penjudi yang telah kehilangan akal sehat. Bahkan seorang pria dewasa seperti Owen saja tidak tahan mendengar ucapan Vadel.Wajah Sisca memucat sejenak. Sesaat kemudian, dia mengambil pisau dapur dari meja terdekat. Dia
Sisca pernah belajar desain busana di Luksemburg dan keahliannya sudah sangat hebat. Begitu masuk toko, hanya dengan satu pandangan ke rak pakaian, dia langsung bisa memilihkan pakaian yang cocok untuk Elvina.Bahkan, Sisca mampu mengubah sebuah gaun yang awalnya tampak buruk menjadi memukau sampai membuat para pegawai toko melongo kagum.Sambil mencoba pakaian, Sisca bercerita tentang berbagai kejadian aneh yang dia alami di sekolah desain. Elvina tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Sebagai balasan, Elvina pun berbagi kisah tentang pertemuannya dengan orang-orang aneh saat menghadiri pesta sosialita.Percakapan mereka semakin akrab, membuat beban berat yang selama ini mengganjal di hati Elvina terasa sedikit lebih ringan.Setelah belanja banyak barang, mereka pergi untuk menikmati teh sore. Tidak lama kemudian, Owen kembali dengan kabar bahwa manajer kelab langsung memberikan tas dan dokumen milik Sisca tanpa masalah.Mereka menaiki penerbangan pukul enam sore dan tiba di Kota Berza
Owen hanya bisa diam. 'Sama-sama banyak bicara, tapi lihat Sisca ... sikapnya ceria dan menyenangkan. Sedangkan Keanu? Rasanya ingin kujahit mulutnya supaya berhenti bicara!' pikir Owen dengan kesal.Setelah Keanu menyeret Owen keluar dari rumah sakit, Elvina akhirnya masuk ke kamar pasien. Kondisi Raiden kini lebih baik dibandingkan beberapa hari sebelumnya. Dia sudah tidak lagi memerlukan alat bantu pernapasan.Melihat pria itu tertidur lelap, Elvina tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Raiden jika suatu hari dia terbangun dan mengetahui dirinya mungkin tidak bisa berjalan lagi. Apakah dia akan mampu menerima kenyataan, atau dia akan hancur secara emosional?Elvina menggenggam tangan Raiden dengan erat, seolah-olah itu adalah satu-satunya cara untuk meredakan rasa sakit yang menghimpit dadanya. Meski dia masih bernapas, rasanya seperti ada sesuatu yang menekan jantungnya hingga sulit untuk bernapas dengan bebas.Siapa sangka satu tindakan yang dia lakukan malam itu telah menyebab
Dexton berhasil menjalin hubungan dengan salah satu eksekutif senior dari Grup Santoso. Demi uang, eksekutif tersebut membocorkan informasi rahasia terkait penawaran harga proyek penting kepada Dexton.Dexton kemudian memberi tahu Elvina tentang informasi ini, sekaligus mengingatkan bahwa Grup Polaris juga ikut dalam tender proyek tersebut.Mendengar hal itu, Elvina segera menghubungi tim internalnya, meminta mereka menawar dengan harga yang sedikit lebih rendah dari Grup Santoso. Hasilnya, Grup Polaris berhasil memenangkan proyek tersebut.Setelah proyek itu berhasil diamankan, Dexton memberi tahu Elvina bahwa Grup Santoso sebelumnya telah menginvestasikan banyak dana operasional untuk proyek tersebut. Dengan bocornya penawaran mereka dan kekalahan di tender, kerugian yang diderita Grup Santoso sangat besar.Elvina tersenyum puas. Dendamnya atas kejadian di klub malam saat itu akhirnya terbalaskan.Sebulan setelah mengambil alih Grup Polaris, Elvina mulai menunjukkan kemampuannya. Dar
"Kalau aku sudah berhasil diterima jadi sekretaris, itu artinya aku punya bakat besar untuk pekerjaan ini. Aku nggak bisa berhenti setengah jalan, dong!" seru Sisca dengan penuh semangat. "Sambil kerja aku bisa dapat uang untuk bayar utang ke kamu, dan bonusnya aku bisa terus bareng kamu. Sempurna, 'kan!"Dia melanjutkan tanpa jeda, "Elvina, kamu nggak tahu seberapa menderitanya aku. Selama di luar negeri, aku nggak punya banyak teman. Budaya dan kebiasaan mereka beda banget, jadi nggak nyambung kalau ngobrol. Begitu aku pulang ke sini, teman-teman lama pun susah dihubungi.""Selama sebulan lebih ini, selain sibuk cari kerja dan menggambar desain, aku cuma di rumah nonton drama atau main game. Hidupku benar-benar membosankan.""Elvina, kamu harus pertahankan aku di sini! Aku ini bisa diandalkan, satu Sisca setara tiga sekretaris biasa!"Sikap cerewet Sisca mengingatkan Elvina pada Dexton. Jika Sisca dan Dexton berbicara di telinganya bersamaan, Elvina yakin itu akan seperti perang duni
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S