Raiden melihat kembali ke arah Elvina dengan senyuman tipis, "Kamu lumayan cerdik juga. Kali ini sudah bisa rekam video seru dengan ponselmu.""Aku sudah perintahkan bawahanku, video itu akan terus beredar di media besar selama seminggu. Berapa pun uang yang dihabiskan Dexton, dia nggak akan bisa menghapusnya.""Ternyata Kak Raiden yang bantu?" Elvina berkata dengan kaget, "Tadinya aku heran, video semalam bisa hilang secepat itu, tapi kenapa video kali ini malah beredar secepat ini ...."Elvina bahkan mengira kinerja departemen humas di Grup Libertix kurang bagus. Tak disangka, ternyata ini berkat campur tangan dari Raiden.Seolah-olah merasa ini bukan masalah besar, Raiden hanya bergumam sejenak menanggapinya. "Anggap saja hadiah pernikahan untukmu. Setelah ini, Nyonya Tjandra tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya."Mendengar panggilan "Nyonya Tjandra" ini, jantung Elvina berdegup kencang. Dia pun mengangguk mengiakannya, "Baik."Kini kesempatan sudah ada di depan mata, tentu saj
"Kak Raiden, kamu ini nggak tahu cara menghargai ya? Sup itu buatan Bu Elvina lho!" Peter baru mengikuti Elvina beberapa hari, tetapi sudah dekat dengannya. Jika memungkinkan, dia pasti sudah menjadikan Elvina sahabatnya.Pada akhirnya, Peter meneguk sup itu. Wajahnya sontak merengut. Raiden berpura-pura tidak melihatnya. Dia berkata, "Sepertinya kamu suka sekali. Kamu saja yang minum. Nggak usah sungkan-sungkan.""Apa rasanya seburuk itu?" gumam Elvina dengan jengkel. Dia pun menyesap sedikit. Alhasil, dia hampir sekarat dibuat rasa sup yang aneh itu.Peter sangat menjaga harga diri Elvina. Setelah membulatkan tekadnya menghabiskan sup ini, dia berucap, "Bu, masak itu kerjaan pelayan. Lain kali kamu nggak usah repot-repot masak. Kerjaan ini kurang cocok untukmu.""Kamu sudah minum sup buatanku, tapi masih mengomentariku?" Elvina tidak berani macam-macam pada Raiden, jadi menindas Peter. "Pokoknya kamu harus habiskan supnya. Kalau nggak, itu berarti kamu menghinaku."Peter menunjukkan
Sentuhan tangan yang makin panas membuat Elvina merasa makin tidak nyaman. Dia berucap, "Kamu boleh berpikiran seperti itu kalau mau."Lagi pula, nyawa Elvina di tangan Raiden. Kenapa harus keberatan kalau tidur dengan pria ini?Ketika melihat Elvina memejamkan mata dan bulu matanya bergetar, Raiden sontak menjadi penuh minat. Aroma teh putih yang samar membuat napasnya mulai memburu.Sesaat kemudian, Raiden menjauh. Dia melepaskan tangan dan berkata, "Keluar sana."Elvina termangu. Ketika melihat Raiden tidak melakukan apa-apa, dia bangkit dari bak mandi dan keluar. Setelah menutup pintu kamar mandi, jantungnya masih berdetak kencang.Elvina mengira Raiden membutuhkan tubuhnya, tetapi ternyata bukan .... Elvina menginjak celana di lantai saat ingin keluar. Dia memungut pakaian Raiden, lalu melihat sebuah kalung terjatuh.Itu kalung Tiffany & Co. Elvina mengira Dexton yang memberikannya untuknya, tetapi ternyata punya Raiden.Liontin kalung itu tidak sengaja terbuka. Elvina samar-samar
Elvina menyadari sesuatu. Dia membelalak sambil bertanya, "Kak, jangan-jangan semalam kamu menyuruhku ke kamarmu untuk bahas ini?""Memangnya bisa apa lagi? Menyuruhmu cuci rambutku?" sindir Raiden dengan senyuman tipis.Elvina teringat pada kejadian di kamar mandi. Dia bahkan mengira dirinya harus lebih berinisiatif saat di ranjang. Kini, dia merasa sangat malu dan canggung. Pantas saja, Raiden menanyakan tentang kuliahnya. Ternyata ingin mengatur pekerjaan untuknya."Kak, kamu ini gimana sih? Kalau istrimu mau kerja, langsung masuk saja. Ngapain diwawancara lagi? Para presdir di novel jauh lebih romantis daripadamu!" keluh Peter sambil mengunyah.Raiden terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Apa gunanya kalau dia nggak punya kemampuan? Pada akhirnya, dia bakal didepak dari perusahaan.""Nggak apa-apa, aku bisa kok." Elvina teringat pada ledekan Raiden semalam, jadi menambahkan, "Akan kubuktikan kemampuanku kepada kalian."Elvina tahu Grup Polaris sangat besar dan hebat. Selama bertahun-ta
Sekarang jam kerja. Sepertinya orang itu sedang bekerja. Tanpa berbasa-basi, Elvina langsung mengirim dua video dan beberapa foto. Orang itu segera membalasnya.Selesai bernegosiasi, Elvina mentransfer uang untuknya. Setelah mencapai kesepakatan, Elvina pun merasa lega, tetapi tiba-tiba menyadari sesuatu lagi.Ketika memberinya kartu ini, Raiden pasti sudah menebak apa yang akan dilakukan Elvina. Kalau dipikir-pikir, sepertinya Raiden tahu setiap langkah yang ingin diambilnya. Saat Elvina ditabrak dan Owen tiba-tiba muncul untuk menolongnya, atau saat dirinya mempermalukan Dexton dan Yessi dengan video di pesta ...."Pe ... Peter, apa aku pernah menyinggung Kak Raiden?" tanya Elvina dengan gugup.Peter berpikir sejenak sebelum mengangguk. "Ada. Bukannya kalian sempat berdebat saat makan? Kulihat Kak Raiden lumayan kesal."Setelah memikirkan ini, Elvina ingin sekali meninju diri sendiri. Pria ini terlalu menakutkan. Lain kali, dia harus menutup mulutnya rapat-rapat. Dia tidak boleh mela
Pamela, Nyonya Tua Keluarga Tjandra, yang berdiri di samping mengamati Elvina dengan sudut matanya. Dia salut dengan tindakan Elvina.Sebenarnya saat melihat Elvina memasuki toko, Pamela langsung mengenalinya. Mateo telah melaporkan semuanya kepada Pamela, juga membawa informasi dan berita tentang Elvina.Pamela memang ingin Raiden segera menikah, tetapi Keluarga Tjandra adalah keluarga terkemuka. Elvina tidak punya latar belakang yang bagus, bahkan reputasinya kurang baik. Pamela tentu menentang hubungan ini.Pamela ingin menyuruh Raiden membawa Elvina pulang, lalu dia akan menyulitkan Elvina untuk membuatnya mundur. Tanpa disangka, Pamela yang keluar untuk membelikan Raiden jas, malah bertemu Elvina di sini. Tindakan Elvina ini pun membuat Pamela berubah pikiran tentangnya.Sepertinya Raiden tidak bermain tipu muslihat dengannya kali ini, bahkan mencarikannya menantu yang baik.Ketika Elvina berdebat dengan staf, Peter menghampiri dengan membawa barang-barang di tangan. Dia langsung
Pamela sangat menyukai semua model dan warna jas yang dipilih Elvina, jadi membeli semuanya. Elvina juga sudah memilih jas untuk Raiden. Kemudian, dia melihat dasi bagus dan memilih beberapa untuk Raiden lagi."Nek, dua dasi ini sangat cocok dengan jas tadi." Usai berbicara, Elvina menyerahkan kartu hitamnya kepada staf dan berkata, "Yang dua ini tolong dibungkus dengan baik. Mau dikasih ke orang.""Biar aku saja, masa kamu yang bayar," ucap Pamela segera."Nggak apa-apa, dasinya nggak mahal kok." Elvina mendorong tangan Pamela sambil meneruskan, "Anggap ini hadiah untukmu karena kamu menemaniku mengobrol dari tadi.""Nggak boleh begitu dong. Itu dua hal yang berbeda," sahut Pamela.Elvina merenung sesaat, lalu mengusulkan, "Nek, di lantai atas ada toko gaun. Gimana kalau kamu belikan aku gaun sebagai balasannya?""Oke." Pamela tersenyum bahagia.Model gaun di sini bukan hanya indah, tetapi kualitasnya juga terbaik. Semuanya adalah hasil bordir tangan.Pamela mengelus gaun di depannya
Elvina dan Peter tiba di kafe seberang Hotel Orchid. Dia memesan banyak makanan. Keduanya makan dengan gembira.Sesaat kemudian, terlihat sebuah taksi berhenti di pinggir jalan. Ketika melihat Dexton turun dengan wajah masam, Elvina tak kuasa tersenyum. Dia mengirim sebuah pesan, lalu bangkit dan berkata, "Peter, saatnya nonton pertunjukan seru!"Dexton menaiki lift dan segera tiba di depan kamar 2588. Dia teringat pada kejadian setengah bulan lalu. Seketika, wajahnya menjadi makin masam. Apa ini perbuatan Elvina?Ketika Dexton larut dalam pikirannya, samar-samar terdengar desahan wanita dari dalam kamar. Dia menggertakkan giginya, lalu sontak menendang pintu kamar.Setelah beberapa tendangan, pintu akhirnya terbuka. Dexton melangkah masuk. Kedua insan yang sedang bergumul di ranjang terlalu berhasrat, sampai-sampai tidak mendengar suara apa pun. Keduanya bahkan tidak menyadari Dexton sudah berdiri di hadapan mereka.Dengan wajah suram, Dexton mengangkat lampu di nakas dan menghantamka