"Pak Keanu." Owen memapah Maya untuk duduk di ranjang pasien. "Bibi ini keseleo, tolong periksa dia.""Hei, hei, aku ini bedah saraf, bukan ortopedi. Kenapa kamu jadi mirip bosmu ...," keluh Keanu setelah menutup telepon itu. "Kerabat siapa lagi bibi ini?""Pembantu Keluarga Kusuma." Owen menunjuk Elvina yang berdiri di sampingnya. Kemudian, dia bergegas maju untuk berbisik pada Keanu.Detik berikutnya, Keanu mendongak menatap Elvina dengan kaget. Elvina merasa tidak nyaman dengan tatapan Keanu. Sambil mengusap lengannya, Elvina berkata dengan segan, "Dokter, tolong bantu periksa bibiku ini.""Oke. Karena wanita cantik sudah minta tolong, mana mungkin aku nggak bantu?" Keanu terkekeh-kekeh, lalu menarik kembali pandangannya. Setelah itu, dia mengenakan sarung tangan dokter untuk memeriksa Maya.Hanya dengan menekannya beberapa kali dengan perlahan, terdengar suara derakan tulang dari punggung Maya. Tak lama kemudian, Maya sudah bisa berdiri tegak kembali.Maya berdiri dan berjalan bebe
Anak kecil itu tampak pucat, sepertinya sedang tidak enak badan. Saat perawat menusukkan jarum ke jarinya untuk mengambil darah, dia langsung menangis. Yessi merasa sangat sakit hati melihat anaknya menangis dan terus-menerus menghiburnya.Melihat Yessi begitu peduli pada anaknya, jelas sekali betapa besarnya dia mencintai Dexton ....Begitu Yessi melepas maskernya, Elvina langsung menahan emosinya, lalu mengambil ponsel dan merekamnya diam-diam. Yessi terlalu fokus pada anaknya sehingga tidak menyadari kehadiran Elvina. Setelah menerima hasil lab, dia pergi bersama anaknya.Tak lama kemudian, Keanu kembali dengan laporan hasil pemeriksaan Elvina. Keanu mencetak laporan hasil pemeriksaannya. Setelah melihatnya sekilas, dia menyerahkan laporan itu kepada Elvina. "Selain jumlah trombosit yang agak rendah, semua data lainnya normal.""Terima kasih," jawab Elvina sopan.Saat menerima hasil tes, tanpa sengaja dia melihat tumpukan salinan laporan hasil tes di jendela lab. Di bagian paling at
Elvina langsung tersadar saat melihat sesuatu di akta nikah itu. Dia menoleh pada Raiden dan berkata, "Pak Raiden, kamu ... lebih tua dariku ....""Ya, sembilan tahun," timpal Raiden dengan ekspresi dingin.Melihat usia pria itu di akta nikah dan teringat kembali dengan kejadian malam dari setengah bulan sebelumnya, Elvina sontak berpikir bahwa Raiden benar-benar tidak tahu usia!Bahkan jika Raiden dijebak orang malam itu, sepertinya dia juga tidak mabuk. Apa Raiden tidak bisa menolak Elvina waktu itu?Melihat ekspresi Elvina yang buruk, Raiden kembali mengangkat alisnya. "Kenapa? Kamu keberatan?""Nggak, kok. Cuma agak terkejut." Elvina segera mengenyahkan perasaan frustrasi dalam hatinya. Dia dan Raiden bukan suami istri sesungguhnya, tentu saja tidak perlu memedulikan soal perbedaan usia.Kedua orang itu keluar bersama-sama dari kantor catatan sipil. Tiba-tiba, Elvina teringat sesuatu. Dia mengatupkan bibir dan memanggil, "Pak Raiden ...."Namun, sebelum dia sempat menyelesaikan kal
Pada saat ini, manajer humas menelepon Dexton dengan cemas, "Pak Dexton, di internet tiba-tiba muncul video Yessi menggendong seorang anak laki-laki untuk berobat di rumah sakit. Video di acara gala sebelumnya juga sudah tersebar dan menjadi trending topic ....""Apa aku harus ajari kamu cara menangani berita seperti ini lagi?" Dexton menarik dasinya dengan gusar dan memaki dengan suara dingin, "Kalau nggak bisa tangani berita ini, kamu juga nggak usah kerja lagi!"Setelah telepon itu ditutup, emosi Dexton semakin meluap. Beberapa detik kemudian, dia menelepon Yessi."Dexton ....""Kalau Oliver nggak enak badan, kamu bisa suruh dokter keluarga untuk datang atau suruh pelayan untuk antarin dia ke rumah sakit saja. Kamu malah bawa dia berkeliaran, apa kamu merasa aku masih belum cukup pusing sekarang?" ujar Dexton dengan kesal."Sekarang ini videomu membawa seorang anak sudah tersebar di internet!"Mendengar hal itu, Yessi menjadi panik. "Aku nggak nyangka ada yang mengikutiku ....""Cuk
Raiden melihat kembali ke arah Elvina dengan senyuman tipis, "Kamu lumayan cerdik juga. Kali ini sudah bisa rekam video seru dengan ponselmu.""Aku sudah perintahkan bawahanku, video itu akan terus beredar di media besar selama seminggu. Berapa pun uang yang dihabiskan Dexton, dia nggak akan bisa menghapusnya.""Ternyata Kak Raiden yang bantu?" Elvina berkata dengan kaget, "Tadinya aku heran, video semalam bisa hilang secepat itu, tapi kenapa video kali ini malah beredar secepat ini ...."Elvina bahkan mengira kinerja departemen humas di Grup Libertix kurang bagus. Tak disangka, ternyata ini berkat campur tangan dari Raiden.Seolah-olah merasa ini bukan masalah besar, Raiden hanya bergumam sejenak menanggapinya. "Anggap saja hadiah pernikahan untukmu. Setelah ini, Nyonya Tjandra tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya."Mendengar panggilan "Nyonya Tjandra" ini, jantung Elvina berdegup kencang. Dia pun mengangguk mengiakannya, "Baik."Kini kesempatan sudah ada di depan mata, tentu saj
"Kak Raiden, kamu ini nggak tahu cara menghargai ya? Sup itu buatan Bu Elvina lho!" Peter baru mengikuti Elvina beberapa hari, tetapi sudah dekat dengannya. Jika memungkinkan, dia pasti sudah menjadikan Elvina sahabatnya.Pada akhirnya, Peter meneguk sup itu. Wajahnya sontak merengut. Raiden berpura-pura tidak melihatnya. Dia berkata, "Sepertinya kamu suka sekali. Kamu saja yang minum. Nggak usah sungkan-sungkan.""Apa rasanya seburuk itu?" gumam Elvina dengan jengkel. Dia pun menyesap sedikit. Alhasil, dia hampir sekarat dibuat rasa sup yang aneh itu.Peter sangat menjaga harga diri Elvina. Setelah membulatkan tekadnya menghabiskan sup ini, dia berucap, "Bu, masak itu kerjaan pelayan. Lain kali kamu nggak usah repot-repot masak. Kerjaan ini kurang cocok untukmu.""Kamu sudah minum sup buatanku, tapi masih mengomentariku?" Elvina tidak berani macam-macam pada Raiden, jadi menindas Peter. "Pokoknya kamu harus habiskan supnya. Kalau nggak, itu berarti kamu menghinaku."Peter menunjukkan
Sentuhan tangan yang makin panas membuat Elvina merasa makin tidak nyaman. Dia berucap, "Kamu boleh berpikiran seperti itu kalau mau."Lagi pula, nyawa Elvina di tangan Raiden. Kenapa harus keberatan kalau tidur dengan pria ini?Ketika melihat Elvina memejamkan mata dan bulu matanya bergetar, Raiden sontak menjadi penuh minat. Aroma teh putih yang samar membuat napasnya mulai memburu.Sesaat kemudian, Raiden menjauh. Dia melepaskan tangan dan berkata, "Keluar sana."Elvina termangu. Ketika melihat Raiden tidak melakukan apa-apa, dia bangkit dari bak mandi dan keluar. Setelah menutup pintu kamar mandi, jantungnya masih berdetak kencang.Elvina mengira Raiden membutuhkan tubuhnya, tetapi ternyata bukan .... Elvina menginjak celana di lantai saat ingin keluar. Dia memungut pakaian Raiden, lalu melihat sebuah kalung terjatuh.Itu kalung Tiffany & Co. Elvina mengira Dexton yang memberikannya untuknya, tetapi ternyata punya Raiden.Liontin kalung itu tidak sengaja terbuka. Elvina samar-samar
Elvina menyadari sesuatu. Dia membelalak sambil bertanya, "Kak, jangan-jangan semalam kamu menyuruhku ke kamarmu untuk bahas ini?""Memangnya bisa apa lagi? Menyuruhmu cuci rambutku?" sindir Raiden dengan senyuman tipis.Elvina teringat pada kejadian di kamar mandi. Dia bahkan mengira dirinya harus lebih berinisiatif saat di ranjang. Kini, dia merasa sangat malu dan canggung. Pantas saja, Raiden menanyakan tentang kuliahnya. Ternyata ingin mengatur pekerjaan untuknya."Kak, kamu ini gimana sih? Kalau istrimu mau kerja, langsung masuk saja. Ngapain diwawancara lagi? Para presdir di novel jauh lebih romantis daripadamu!" keluh Peter sambil mengunyah.Raiden terkekeh-kekeh sebelum menyahut, "Apa gunanya kalau dia nggak punya kemampuan? Pada akhirnya, dia bakal didepak dari perusahaan.""Nggak apa-apa, aku bisa kok." Elvina teringat pada ledekan Raiden semalam, jadi menambahkan, "Akan kubuktikan kemampuanku kepada kalian."Elvina tahu Grup Polaris sangat besar dan hebat. Selama bertahun-ta
"Jangan terus berdiri di sana. Nanti kakimu pegal," ujar Raiden untuk memperingatkan.Suara Raiden terdengar dingin, tetapi Daphney justru merasakan perhatian dari ucapannya. Seketika, rasa cemburu dalam hatinya pun sirna."Ya." Daphney tersenyum tipis, lalu menyuruh pelayan menyiapkan teh favorit Raiden.Sampai sekarang, Elvina masih belum bisa melupakan kepergian neneknya. Itu sebabnya, dia menjadi begitu manja terhadap Pamela. Pamela punya senyuman yang lembut dan dipenuhi kasih sayang.Elvina mengupas jeruk untuk Pamela sambil mengobrol dengan Pamela. Dia sudah lama tidak merasa sebahagia ini.Daphney juga duduk di ruang tamu. Dia tahu Pamela sedang asyik mengobrol dengan Elvina. Dia pun tidak ikut dalam pembicaraan dan hanya memotong apel untuk Raiden.Pamela melirik Daphney dan berkata, "Daphney, biar pelayan saja yang melakukannya. Jangan sampai pisaunya kena tanganmu.""Nggak apa-apa. Raiden dan Elvina sama-sama tamu." Daphney tersenyum tipis, lalu bertanya kepada Elvina, "Elvi
Ketika Elvina mendongak dan bertanya kepadanya, Raiden melihat dengan jelas alisnya yang terangkat dan senyuman di bibirnya. Tatapannya terlihat agak licik. Raiden tahu Elvina sengaja.Raiden hanya tahu Elvina kuliah di luar negeri selama beberapa tahun. Dia tidak tahu bahwa Elvina dan Daphney saling mengenal. Namun, dilihat dari ekspresi Elvina, sepertinya dia sudah tahu identitas Daphney sebelum kemari.Raiden menatap Daphney. Wanita ini tampak pucat dan menggigit bibirnya. Alisnya juga berkerut."Sayang?" Ketika melihat Raden tidak berbicara, Elvina tersenyum dan bertanya, "Kenapa diam saja?""Terserah kamu mau panggil gimana. Keluarga Tjandra nggak punya aturan seketat itu," timpal Raiden dengan nada datar. Kemudian, dia melepaskan tangan Elvina dan menepuk pinggang belakangnya. "Pergi sapa Nenek dulu."Elvina tersenyum mengejek. Di mengikuti arah pandang Raiden dan melihat seorang wanita tua yang tampak bersemangat sedang menghampiri mereka.Pamela mengenakan terusan berwarna gela
"Bunga anggrek ini pernah ikut lomba lho! Harganya puluhan juta!" Elvina menunjuk bibirnya dan tersenyum tipis. "Kalau bunga ini nggak cukup, masih ada mulutku. Pak Raiden, aku menikah denganmu untuk membuat nenekmu senang. Aku pasti akan menjalankan tugasku dengan baik."Raiden mengernyit mendengar panggilan formal Elvina. Namun, dia tidak mengatakan apa pun.Pukul 6.40 malam, mobil tiba di rumah Keluarga Tjandra. Rumah ini terletak di selatan kota. Dulunya adalah kediaman seorang pejabat.Nyonya Tua Keluarga Tjandra merasa bosan tinggal di Negara Hondria dan ingin pulang ke Kota Berza. Jadi, suaminya menggunakan koneksinya untuk membeli rumah ini, lalu mempekerjakan arsitektur terkenal untuk merenovasinya.Sejak saat itu, Nyonya Tua Keluarga Tjandra tinggal di sini. Setiap tahun baru, seluruh keturunan Keluarga Tjandra akan datang kemari untuk berkumpul.Mobil melewati gerbang dan terus maju. Elvina melihat pohon paulownia di kedua sisi jalan yang menghalangi sinar matahari. Suasana
Elvina belajar banyak hal dari mereka. Dia mendapat banyak wawasan siang ini.Setelah pulang kerja, Elvina berpamitan dengan para staf yang memperlakukannya dengan sangat ramah itu. Kemudian, dia menuju ke basemen dengan membawa sebuah kantong besar.Di antara begitu banyak mobil mewah, Maybach hitam dengan plat nomor seri terlihat paling mencolok. Demi pulang makan, Raiden menyuruh Owen membatalkan semua jadwalnya. Sebelum jam pulang kerja, dia pun sudah menunggu di dalam mobil. Dia menggunakan waktu yang ada untuk membaca beberapa email.Ketika mendengar suara pintu mobil dibuka, Raiden menoleh dan melihat Elvina masuk dengan membawa kantong belanjaan. Raiden menyuruh Owen menjalankan mobilnya, lalu melirik Elvina. "Bukannya kamu bilang mau berdandan seperti nona kaya yang elegan? Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?""Kak Owen, kita ke Toko Bunga Yuzu dulu." Setelah menginstruksi Owen, Elvina menaikkan partisi mobil dan mengeluarkan dua macam pakaian dari kantongnya. Dia menggoyangkann
"Aku sudah berhari-hari nggak ke kantor. Pasti kerjaanku menumpuk." Elvina mendorong kursinya dan bangkit. "Kak Raiden, nanti kutunggu kamu di basemen."Ketika melihat Elvina bersikeras ingin pergi bekerja, Raiden pun tidak menghentikannya. "Aku sudah suruh Owen selidiki tentang Jocelyn. Orang luar cuma tahu Dexton berniat jahat padamu di hotel."Elvina tersenyum. "Ya, aku pun takut orang-orang melibatkan kematian Jocelyn denganku. Nanti aku jadi nggak bisa kerja di Grup Polaris. Terima sudah membantuku membereskannya."Elvina menghampiri Raiden, lalu memberinya kecupan di pipi sebagai bentuk terima kasih. Raiden hanya bisa terperangah di tempat.Berita tentang pemimpin Grup Libertix yang mencoba meniduri mantan istrinya secara paksa, menghebohkan seluruh internet. Ketika Elvina tiba di Grup Polaris, semua orang sibuk menginterogasinya untuk mencari tahu kebenaran.Setelah Elvina memasuki departemen penerjemahan, rekan kerjanya pun langsung mengerumuninya. Mereka memaki Dexton sambil m
Raiden mencium aroma parfum yang samar dari tubuh Elvina. Dia mengernyit sambil membalas, "Terserah kamu saja.""Jangan begitu dong. Dia nenekmu. Aku harus memberi kesan pertama yang baik saat bertemu keluargamu." Sambil berbicara, Elvina mendekat dan menaruh satu tangannya di bahu Raiden. "Sepertinya aku lebih baik bersikap lembut saja. Orang tua suka menantu seperti ini.""Kamu sudah membuat keputusan. Ngapain tanya aku lagi?""Aku takut kamu keberatan." Usai berbicara, Elvina berbisik, "Tapi, kalau kamu suka yang nakal, aku bisa bawa baju ganti dan pakai khusus untukmu."Raiden meraih tangan Elvina yang lasak, lalu memicingkan mata menatap wajahnya. Kemudian, dia membungkuk sedikit untuk mendekat. "Ini karakter aslimu? Kamu memang suka menggoda pria ya? Atau mungkin obat itu merusak otakmu? Apa aku perlu menyuruh Keanu kemari?"Elvina langsung melingkari leher Raiden dan mengedipkan mata. "Memangnya salah kalau aku menggodamu? Kamu 'kan suamiku.""Oh ya." Elvina mengabaikan tatapan
Pukul 7.30 malam, Raiden dan Owen kembali ke Vila Swallow. Begitu masuk, Raiden langsung mendengar suara bising. Setelah memandang ke arah sumber suara, dia melihat Elvina dan Peter sedang bermain game di sofa.Dari sudut pandang Raiden, dia kebetulan bisa melihat Elvina yang duduk di sisi kanan sofa dengan kaki ditekuk. Sepertinya Elvina sangat suka warna hijau. Hari ini, dia mengenakan rok hijau yang menutupi paha mulusnya.Pergelangan kaki Elvina terlihat sangat rapuh. Jari kakinya sebentar ditekuk, sebentar direntangkan. Dia terlihat sangat lasak. Ketika melihat kaki putih itu, entah mengapa Raiden tak kuasa menelan ludahnya dua kali.Raiden menyerahkan jasnya kepada pelayan. Setelah masuk, dia duduk di sofa di depan Elvina dan bertanya, "Elvina, bisa duduk yang benar?"Seingat Raiden, Elvina selalu duduk dengan elegan, baik itu di ruang tamu ataupun di meja makan. Elvina adalah wanita yang punya sopan santun."Ini rumah, bukan perusahaan. Terserah aku mau duduk gimana dong. Lagian
Peter bisa merasakan keringat di dahinya. Dia menyeka keringat dan mengalihkan pandangan. "Maafkan aku, Elvina. Kamu jadi harus mengingat kenangan buruk itu gara-gara aku."Peter tahu segala hal yang dilakukan Dexton demi membuat Elvina meninggalkan rumah tanpa mengambil sepeser pun."Semua sudah berlalu." Elvina menunduk, lalu mendongak menatap Peter lagi. "Aku mengatakan semua ini supaya kamu nggak pikir macam-macam. Kalau kamu bersikeras mau pergi, aku nggak menganggapmu teman lagi."Peter pun menyeringai. "Kamu sudah bicara begini. Mana mungkin aku berani pergi lagi?"Elvina merasa lega. Dia ikut tersenyum. Penghalang di antara keduanya telah menghilang.Peter mengambil pir dari piring di meja, lalu duduk di pinggir ranjang dan berkata, "Dua hari ini, aku terus mencoba memulihkan obrolan di ponsel Jocelyn. Tapi, ada virus di ponselnya. Setiap kali aku mencoba memulihkan datanya, komputerku akan diserang virus.""Aku nggak ngerti apa yang kamu bilang. Yang jelas, orang di balik Joce
Netizen itu juga mengunggah sebuah foto pernikahan yang terlihat kabur. Entah di gereja mana acara pernikahan itu diadakan. Wajah si pria tidak terlihat, tetapi Daphney yang memakai gaun pengantin terlihat cukup jelas.Elvina menatap foto itu untuk beberapa saat. Tatapannya berangsur suram. Tangannya membeku untuk sesaat. Kemudian, dia mengambil tangkapan layar. Ketika hendak menyegarkan halaman, unggahan itu sudah hilang.Segera, Maya selesai memasak. Saat makan di ruang makan, Elvina melihat Owen membuat bekal untuk Peter. Dia bertanya, "Peter kenapa?""Katanya nggak enak badan. Mau makan di kamar," sahut Owen.Selama tiga hari ini, Elvina hanya diinfus sehingga dia merasa sangat lapar. Biasanya masakan Maya selalu tersisa, tetapi kali ini disapu hingga bersih oleh Elvina.Karena kekenyangan, Elvina duduk di sofa dulu. Sekitar pukul 2 siang, Owen mengambil jasnya dari gantungan baju dan berpesan, "Bu, Pak Raiden suruh aku ke kantor. Ada urusan. Kalau nggak enak badan, kamu telepon Pa