"Kamu itu pegal di kaki, bukan buta," komentar Raiden dengan nada datar sambil melirik Elvina. "Dan membaca buku itu untuk dirimu sendiri, bukan untukku."Mendengar ucapan lugas itu, Elvina kesal setengah mati. Dia langsung melempar buku itu ke arahnya, lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.Raiden menangkap buku yang mendarat di dadanya dengan mudah. Dia mengusap keningnya, terlihat pasrah.Setelah selesai membaca sisa e-mail, Raiden menutup laptop dan berjalan ke sisi tempat tidur. Dia naik ke atas tempat tidur dan menarik Elvina beserta selimutnya ke dalam pelukannya. "Keluar. Kutemani kamu membaca."Selimut yang mereka pakai cukup tipis, dirancang khusus sebagai selimut musim panas. Bahkan dengan lapisan tipis itu, Elvina bisa merasakan dada bidang Raiden yang kokoh dengan jelas. Dia menggeliat sebentar sebelum akhirnya menarik selimut dari kepalanya.Raiden sudah membuka buku itu dan membalik halaman ke bagian yang diberi tanda oleh Elvina. Melihat wajahnya muncul
Raiden akhirnya menyerah karena Elvina terus mengganggunya. Dia menelepon restoran hotel. Sekitar 10 menit kemudian, seorang pelayan mengantarkan dua piring buah segar dan semangkuk es serut stroberi.Elvina memeluk es serut itu dengan senang hati sambil bersandar di dada Raiden, menikmati setiap suapannya dengan nyaman.Sementara itu, Raiden menatap layar tablet dan mengikuti tutorial kepang rambut. Dengan jari-jarinya yang terampil, dia membagi rambut panjang Elvina menjadi beberapa bagian dan mengepangnya menjadi model fishtail braid.Mata Elvina langsung berbinar ingin memuji keterampilannya, tetapi tangannya sibuk memegang sendok. Tanpa berkata apa-apa, dia menyodorkan sesendok es serut stroberi ke bibir Raiden.Raiden sedikit mengernyit. Dia memang tidak suka makanan manis. Namun, karena Elvina yang memberikannya, dia tetap menunduk dan memakannya.Setelah itu, dia menyentuh rambut lembut yang menempel di sudut bibir Elvina, lalu menggesernya perlahan. Dengan suara rendah, dia be
Elvina menarik tangan Raiden dan mengajaknya berkeliling jet pribadi itu dari ujung ke ujung. Selesai berkeliling, dia mengeluarkan ponselnya dan mengetik.[ Aku orang keberapa yang naik jet ini? ]Raiden melirik layar ponselnya sekilas dan menjawab santai, "Pesawat ini baru saja dibeli. Sebenarnya aku berencana memberikannya sebagai hadiah untuk Nenek supaya mudah bepergian begitu beberapa rute internasional selesai diurus. Tapi melihat kamu begitu menyukainya, nggak jadin. Aku akan menyiapkan hadiah lain untuk Nenek."Jadi, dia adalah orang pertama yang naik pesawat ini ....Hati Elvina tiba-tiba dipenuhi perasaan puas dan bahagia. Dia berjinjit dan mengecup pipi Raiden dengan semangat, lalu menariknya menuju ruang hiburan. Mereka berdua menonton satu film hingga selesai. Saat film berakhir, jet sudah mendarat di ibu kota.Setibanya di Riverview, saat pintu dibuka oleh Maya, Elvina langsung berlari kecil dan memeluknya. Dia menyandarkan kepalanya di bahu Maya dan menggosok-gosokkan k
Di Grup Libertix.Dexton terus menatap layar ponselnya. Ketika melihat pesan dari Elvina, dia tak kuasa termangu.[ Kamu nggak membawanya saat pulang ke rumah waktu itu? ][ Kamu menyuruh orang menghancurkan semuanya. Saat aku pulang, nggak ada apa-apa lagi. Kamu rasa aku bisa bawa apa dari sana? ]Dexton membenci Keluarga Kusuma, tetapi dia hanya menyuruh para bawahannya membersihkan semua jejak Elvina setelah Elvina mengambil barang-barangnya. Dia tidak pernah menyuruh mereka menghancurkan rumah Keluarga Kusuma.Dexton pun teringat pada Yessi yang memakai kalung favorit Elvina keesokan harinya. Sepertinya, wanita itu yang menyuruh orang-orang menghancurkan rumah Keluarga Kusuma, lalu mengambil semua perhiasan Elvina.Elvina mengirim pesan lagi.[ Bilang saja kalau sudah dijual. Aku bisa beli sendiri. ][ Sebentar, biar kutanya dulu. ]Setelah membalas pesan Elvina, Dexton menelepon asistennya. "Pergi ke rumah Yessi sekarang juga. Coba cari, ada biola berwarna merah kecokelatan nggak.
Setelah membalas pesan, Elvina melemparkan ponselnya dan turun dari ranjang untuk berganti pakaian.Di sisi paling kanan ruang ganti adalah lemari perhiasan yang besar. Sebelumnya kosong melompong, tetapi sekarang dipenuhi perhiasan yang dibeli oleh Raiden.Elvina membuka laci ketiga. Di dalamnya adalah perhiasan dari rumah Keluarga Kusuma yang disimpan oleh Maya untuknya. Sebelumnya, Elvina telah memberi beberapa perhiasan itu kepada Maya. Sisanya ini adalah hadiah dari ibunya. Karena terlalu berharga, Maya pun tidak bersedia menerimanya.Elvina memilih sebuah kalung, lalu pergi ke lemari untuk ambil baju. Setelah semuanya beres, dia pun keluar dari kamar."Nona, mau ke mana?" Maya sedang memasak sup di dapur. Dia tak kuasa bertanya saat melihat Elvina berganti pakaian.Elvina mengangguk, lalu mengetik sesuatu dan menunjukkan ponselnya kepada Maya.[ Bi, aku mau beli sesuatu di luar. Aku pulang agak malam ya. ]"Mau kutemani nggak?"[ Nggak perlu, aku bisa telepon Kak Owen kalau butuh
Dexton duduk di meja dekat jendela. Jarinya yang ramping mengetuk permukaan meja dengan ringan. Tatapannya tertuju pada pintu masuk.Ketika melihat staf membawa Elvina masuk, matanya berbinar-binar. Setelah keduanya mendekat, Dexton bangkit untuk menarik kursi untuk Elvina.Elvina mengabaikannya. Setelah melihat biolanya yang diletakkan di kursi seberang, dia menarik kursi itu dan duduk.Dexton pun tidak marah. Dia mendorong kursi itu kembali, lalu duduk di kursinya dan menyodorkan menu untuk Elvina. "Kamu mau makan apa?"Elvina meliriknya sekilas, lalu mengetik di ponselnya.[ Aku yang traktir kamu hari ini. Kamu boleh pesan apa saja. Aku nggak bakal makan. ]Ketika melihat Elvina mengetik di memo, Dexton pun termangu dan bertanya, "Tenggorokanmu kenapa?"Elvina tidak menanggapi dan meletakkan ponselnya di meja. Kemudian, dia bangkit dan hendak mengambil biolanya.Tatapan Dexton pun menjadi suram. Dia buru-buru menahan tangan Elvina dan bertanya dengan lembut, "Elvina, bukannya kamu m
Elvina termangu sejenak. Owen tidak berada di dekatnya. Bagaimana bisa Raiden tahu dia bersama Dexton?Elvina teringat pada kejadian di Kota Semi. Peter mungkin ke luar negeri. Raiden khawatir dirinya bertemu masalah, jadi diam-diam mengutus orang untuk mengawasinya.Jadi, Elvina segera mengenyahkan kebingungan dalam hatinya dan membalas pesan Raiden.[ Ya, kita di Restoran Point. Aku cari Dexton untuk mengambil barangku. ][ Sebentar lagi aku sampai. ]Elvina awalnya ingin mengetik sesuatu. Namun, ketika melihat Raiden hendak datang, dia hanya mengiakan dan mendongak menatap Dexton yang sedang makan dengan pelan. Dia ingin sekali memasukkan semua makanan itu ke mulut Dexton.Sambil menahan ketidaksabarannya, Elvina terus menunggu. Setelah Dexton selesai makan seporsi steik, Elvina bangkit dan hendak pergi. Dia pun hendak mengambil biola di seberangnya.Setelah membukanya, di dalamnya terlihat biola berwarna merah kecokelatan. Biola itu sudah lama tidak dipakai, tetapi tidak berdebu, s
Elvina mengemudikan mobilnya ke toko biola. Setelah membeli senar dan peralatan yang dibutuhkan, mereka pun pulang ke Riverview.Setelah masuk, Elvina malah tidak melihat Maya. Ketika melihat Elvina mencari-cari, Raiden berkata, "Waktu aku kemari, kamu lagi pergi. Aku suruh Bi Maya kembali ke Vila Swallow. Besok pagi dia balik."Elvina sungguh kehabisan kata-kata.[ Pelayan di Vila Swallow sangat banyak. Kamu nggak pernah komentar kok! ]"Para pelayan itu nggak naik ke lantai dua. Aku nggak suka ada pelayan mondar mandir saat aku ada di sini," ujar Raiden dengan tatapan suram.Seketika, Elvina teringat pada hari hujan itu dan hal yang mereka lakukan di ruang tamu. Telinganya pun memerah.Elvina berbalik dan menuju ke dapur supaya Raiden tidak melihat wajahnya yang merah. Mungkin karena Elvina memberi tahu Maya akan pulang lebih malam, jadi Maya hanya memasak sup.Setelah melihatnya, Elvina pun mengetik sesuatu untuk menanyakan pendapat Raiden.[ Cuma ada sup di sini. Mau pesan makan da
Raiden melihat bekas ciuman di bahu Elvina, lalu tersenyum. "Kalau begitu, aku gendong kamu ke kamar mandi ya?""Aku bisa pergi sendiri nanti," kata Elvina sambil mendengus setelah melihat dia tidak bertingkah macam-macam lagi. Kemudian, dia mengeluarkan amplop dari nakas dan menyerahkannya kepada Raiden.Raiden melihat amplop itu dan merasakan firasat buruk dalam hatinya. Dia memandang Elvina. Elvina lantas menggaruk dagu Raiden sambil tersenyum tipis. "Nggak mau lihat?""Nggak mau," jawab Raiden dengan suara parau, sementara jakunnya bergerak naik turun."Buka saja. Bagaimanapun, kita ini suami istri. Kamu harus lihat isi dokumen itu." Elvina menatap Raiden. "Atau biar aku yang membukanya?"Sambil berbicara, Elvina mulai membuka benang yang mengikat amplop itu. Raiden mengambil amplop itu dan berkata dengan suara berat, "Biar aku saja yang buka."Bagi Raiden, dokumen ini seperti bom waktu, tetapi dia hanya bisa menghadapinya. Dia lantas membuka benang itu dengan perlahan.Raiden mema
"Kak Raiden, kamu ngapain?" Elvina mendekat. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa meja dapur di sebelah Raiden berantakan dan penuh dengan tepung. Di sisi lain, ada kotak berisi pangsit dengan bentuk yang cukup aneh."Buat pangsit," jawab Raiden. Menyadari tatapan Elvina tertuju pada meja dapur yang berantakan, dia terlihat agak canggung. "Awalnya aku beli kulit pangsit, tapi rasanya agak tebal dan kurang enak. Jadi, aku cari tutorial untuk buat kulit pangsit sendiri."Ketika Raiden memiringkan tubuhnya, Elvina baru menyadari lengan dan pakaiannya penuh noda tepung, membuatnya terlihat seperti ibu rumah tangga.Elvina melirik ke panci kecil. Pangsit yang terlihat gemuk tampak mendidih dan menyebarkan aroma harum yang samar. Dia tertegun sesaat sebelum berujar, "Aku pikir kamu bakal pesan pangsit udang dari restoran. Ternyata kamu mau buat sendiri."Raiden mengangguk. "Buat isiannya mudah, tutorialnya ada takaran yang jelas. Tapi, buat kulitnya yang agak repot. Aku juga masak daging."
Ini adalah satu-satunya solusi yang diberikan Elvina. Dicky tahu jika dia tidak menyetujuinya, perusahaannya tidak akan bertahan lama. Dicky mencoba bernegosiasi dengan Elvina, "Gimana kalau 10%?"Elvina hanya tersenyum, lalu berjalan melewati Dicky dan membuka pintu kaca. Kemudian, dia memanggil Sisca dan menginstruksi, "Antar Pak Dicky dan Bu Karen keluar.""Baik." Sisca memberi isyarat tangan mempersilakan. "Silakan, Pak Dicky, Bu Karen. Aku akan mengantar kalian keluar."Saat melihat sikap tegas Elvina, Dicky hanya bisa diam-diam menggertakkan giginya. Dia merasa Elvina ini sama keras dan tegas seperti Raiden."Dua puluh persen." Demi menyelamatkan perusahaannya, Dicky terpaksa mengalah. Kemudian, dia menelepon sekretarisnya, memintanya memberi tahu pemegang saham lain dan segera menyiapkan kontrak untuk diantar kemari.Sementara itu, Elvina melambaikan tangannya kepada Sisca. Kemudian, dia menelepon Raiden."Ada apa?""Telepon para direktur dan minta mereka untuk jangan memutuskan
Mendengar ucapannya, tangan Karen yang bertumpu di lantai mulai bergetar hebat.Pagi ini, video Elvina dan Raiden keluar dari rumah sakit dan dikelilingi oleh para wartawan sudah beredar. Karen juga melihatnya. Dari video itu, dia bisa merasakan betapa Raiden sangat memanjakan Elvina.Belum lagi, ketegasan Raiden yang terkenal di industri. Dia adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jika harus memohon kepada Raiden, tidak akan ada ruang untuk negosiasi sama sekali!Di saat suasana tegang, pintu kaca ruang pertemuan terbuka. Sisca membawa masuk seorang pria paruh baya berpakaian rapi dengan setelan jas."Bu Elvina, Pak Dicky sudah tiba," kata Sisca.Dicky masuk ke ruang pertemuan. Melihat bahwa hanya ada Elvina dan Karen yang berlutut di lantai, dia tampak agak lega.Dia melangkah cepat dan langsung menampar wajah Karen dengan keras. "Lihat apa yang kamu lakukan! Sekretaris Bu Elvina cuma memintamu merekam video permintaan maaf saja masalah ini sudah selesai. Tapi kamu malah ngomon
Elvina mengusap alisnya dan berkata dengan tak berdaya, "Cuma masalah kecil, nggak usah sampai mutusin jalan rezeki seseorang." Dia tidak menyangka Raiden akan bertindak sekeras itu."Karen membuat video permintaan maaf, tapi malah balik menjelekkanmu dan memprovokasi netizen untuk mencacimu. Itu bukan masalah kecil lagi," Sisca mendengus dingin. "Dia pantas menerimanya!""Oh ya, Karen datang ke Grup Polaris. Apa kamu mau menemuinya?""Mau," jawab Elvina sambil meletakkan dokumen yang sudah ditandatangani ke samping. Matanya berkilat sejenak. "Bawa dia ke ruang rapat, aku akan ke sana nanti."Sisca mengangguk, lalu pergi.Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Elvina akhirnya menuju ruang pertemuan.Di sana, Karen sedang mondar-mandir dengan gelisah. Ketika melihat Elvina masuk, dia segera berjalan mendekat dengan senyum dipaksakan. "Bu Elvina, aku bersalah.""Aku nggak seharusnya mengatakan hal-hal itu waktu Pak Owen memintaku merekam video permintaan maaf. Mohon maafkan aku."Saat ini,
"Bukan," sahut Raiden tanpa berkedip. Suaranya terdengar rendah. "Beberapa hari lalu saat aku ke Kota Baria untuk mencarimu, mungkin ada yang melihatku. Kemudian, kemarin aku juga pergi ke acara lelang amal. Aku pakai kacamata hitam, tapi para bos itu masih mengenaliku dan datang menyapaku."Elvina merasa ucapan Raiden masuk akal. Banyak eksekutif perusahaan yang hadir di acara lelang amal semalam dan mereka memang mengenal Raiden. Ketika mereka pergi, masih ada reporter di luar hotel.Pihak rumah sakit mengatakan bahwa Raiden mungkin tidak akan siuman lagi. Orang-orang yang sekarang melihatnya hidup pasti tidak bisa menahan diri untuk memberi tahu orang lain.Elvina mengantar Raiden kembali ke Riverview, mengendarai mobil hingga ke basemen apartemen.Ketika Raiden keluar dari mobil, dia berbalik untuk bertanya, "Gimana kalau makan pangsit udang malam nanti?”Elvina mengangguk, lalu berkemudi ke perusahaan. Setibanya di perusahaan, begitu Elvina duduk, Sisca masuk dengan membawakan sec
Raiden yang sedang duduk di ruang tamu, sibuk dengan pekerjaannya. Tiba-tiba, Owen menelepon. "Pak, ada berita. Apa kamu sudah melihatnya?""Kamu kira aku punya banyak waktu luang?" Raiden mengernyit dengan kesal. "Kamu tangani saja sendiri.""Masalah ini sulit untuk kutangani sendiri. Ini berkaitan dengan Bu Elvina ...."Setelah Owen mengatakan itu, Raiden segera membuka internet dan melihat foto Elvina yang diambil saat menghadiri acara lelang amal semalam.Foto-foto yang diambil oleh kamera sangat jelas tanpa filter dan diambil dari jarak sangat dekat. Meskipun demikian, wajah Elvina terlihat sangat sempurna tidak peduli dari sudut mana pun.Setelah menggulir beberapa foto, Raiden baru menyadari bahwa gaun yang dikenakan Elvina semalam memiliki desain belakang yang terbuka, memperlihatkan punggung putihnya.Raiden merasakan urat nadi di pelipisnya berdenyut. Dia diam-diam menyimpan foto-foto itu, lalu mengirim pesan kepada Owen untuk mengurus semua foto Elvina saat berjalan di karpe
Supaya kaki Elvina terasa nyaman, Raiden membeli sandal berbahan kain. Sol sandalnya cukup tebal, tetapi saat berjalan di lantai, rasanya sangat lembut.Elvina tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Namun, ketika Raiden mengambil kotak untuk menyimpan sepatu hak tingginya dan menjulurkan tangan, dia mendekat dan membiarkan Raiden menggandengnya. Keduanya keluar bersama.Sisca mengambil kunci mobil dan juga menggandeng lengan Keanu. "Kak, kita juga pergi! Dasar mereka ini!"Keanu terkekeh-kekeh, merasa sangat senang. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan gadis yang imut seperti Sisca. Sejak masuk ke restoran seafood, senyuman di wajahnya tidak pernah hilang.Sisca mengantarkan Elvina dan Raiden terlebih dahulu ke Riverview, lalu mengantar Keanu.Elvina yang sibuk sepanjang hari, ditambah lagi menghabiskan waktu di acara lelang malam itu, merasa sangat lelah setelah makan malam dan pulang.Dia teringat kejadian di kamar mandi beberapa hari yang lalu sehingga menolak Raiden dan masuk ke kam
Sisca kesal mendengarnya. Dia hampir saja mengambil cangkir teh di dekatnya dan melemparkannya ke wajah Raiden."Apa salahnya kalau aku nggak punya pacar? Itu karena aku berhati-hati!" Sisca mendengus. "Aku nggak mau seperti Elvina yang punya suami posesif seperti Pak Raiden dan suka berpura-pura jadi korban. Sungguh menakutkan!""Betul." Keanu yang duduk di sampingnya sangat setuju. Dia tersenyum lebar. "Yang kamu katakan sama seperti yang ada di pikiranku."Keanu meletakkan daging kepiting yang sudah dikupas di piring Sisca, lalu mengelap tangan dengan handuk hangat. "Elvina Sayang, kalau suatu hari kamu cerai sama Kak Raiden, kasih tahu aku ya. Aku akan nikahi kamu. Aku jauh lebih perhatian dibanding Kak Raiden."Raiden menatapnya dengan dingin, lalu menyipitkan matanya yang terlihat berbahaya, "Kamu ingin mati ya?""Itu mulut dia, terserah dia mau bicara apa," bela Sisca. "Pak Raiden, kamu ini bukan cuma posesif, tapi juga sering ngancam orang."Keanu meletakkan tangannya di bahu S