Satu tahun berlalu, Rayhan dan Livia sudah lulus kuliah. Rayhan pun akan pulang ke negara asalnya, Qotarnus. Ares, Ella, dan Livia pergi ke Wakasi menggunakan helikopter untuk menjemput Rayhan.Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di Wakasi. Sebuah mobil seharga 70.000$ datang menjemput mereka. Ares memang memiliki beberapa aset dan properti di Wakasi. Karena bisnisnya pun melebar hingga ke Wakasi.Mereka pun langsung mendatangi kampus Rayhan untuk mengikuti acara wisuda Rayhan. Mereka tiba di kampus bertepatan dengan akan dimulainya acara wisuda. Mereka pun mengikuti rangkaian acara hingga berakhir.Di akhir acara, diadakan sesi foto. Ares dan Ella pun berfoto dengan Rayhan bergantian dengan Livia. Setelah selesai berfoto, mereka pun pergi ke sebuah restoran untuk makan-makan dan merayakan kelulusan Rayhan."Kakak bangga dengan kamu," ujar Ares kepada Rayhan.Ada rasa bangga di hati Ares ketika melihat Rayhan mengenakan pakaian wisuda. Ia bisa membuktikan bahwa ia
Pagi yang berbeda dari sebelumnya. Pagi ini, suasana rumah ramai karena kedatangan Livia dan kedua orangtuanya. Rencananya, Rayhan dan Livia akan tinggal di perumahan sebelah.Baru kali ini meja makan terasa penuh. Ada Ares, Ella, Saras, Rayhan, Livia, Lia, Bernard, dan Raymond. Mereka semua semalam menginap di mansion Ares. Hari ini, Lia akan pergi ke Varinda untuk melanjutkan kuliahnya. Randy juga akan pergi ke ibu kota untuk melanjutkan kuliahnya.Selesai sarapan, Livia dan Rayhan pamit kepada Ares dan Ella untuk pindah rumah. Mereka berdua pun diantar sopir. Sedangkan Saras dan Bernard akan mengantarkan Lia ke bandara."Aku pergi dulu ya, Kak," pamit Lia."Iya, hati-hati, ya," sahut Ella."Pasti, Kak. Bye." Lia dan Saras pun memasuki mobil lalu mobil mereka melaju meninggalkan pekarangan mansion Ares.Ella memandang kepergian Lia dengan sendu. Ia rindu ingin berkumpul dengan keluarganya. Meski sekarang, keluarganya tidak selengkap dulu.Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Ella. Ternya
Ella di temani Rahma pergi ke toko bunga Winda. Kini, toko itu telah berubah menjadi bangunan 2 lantai. Bagian bawah menjadi toko sedangkan bagian atas menjadi rumah Winda.Ella lah yang telah merenovasi bangunan itu. Sesuai janjinya 1 tahun lalu. Masing-masing dari Ella dan Rahma mendorong stroller memasuki toko Winda."Winda," panggil Ella.Setelah beberapa panggilan, munculah seorang wanita berumur 40 tahun lebih dengan sebagian rambut yang sudah memutih."Eh, Ella," sapanya riang."Wah, kamu datang dengan anak-anak kamu. Lucu sekali mereka.""Iya, Winda. Bagaimana kabar Winda? Sehat?""Puji Tuhan, Winda sehat.""Syukurlah.""Aku ingin membeli sebuket bunga mawar, vas bunga, dan sebuket bunga lavender," ucap Ella."Kamu ingin ke makam?" Winda bertanya."Bukan, aku ingin ke rumah kakek nenekku. Kebetulan mereka suka dengan bunga mawar dan bunga lavender," jawab Ella."Oh, tunggu sebentar!" Winda lalu memanggil salah satu karyawannya.Beberapa menit kemudian, karyawan Winda datang ke
"Siap?" Nadine bertanya yang dibalas anggukan oleh Ailee dan Abigail."Oke, lets go!"Nadine pun mengemudikan mobilnya keliling kota untuk mencari tunanetra, fakir miskin, anak terlantar, lansia terlantar untuk dibawa ke panti sosial. Di jalan raya, Nadine tak sengaja melihat seorang nenek yang terduduk menyender ke tiang listrik dengan sebuah karung di depannya. Nadine menebak bahwa nenek itu adalah pemulung."Eh, lihat nenek-nenek itu guys!" ujar Nadine seraya menunjuk nenek-nenek itu."Ayo kita kesana!" seru Ailee.Ailee dan Abigail pun mendatangi nenek-nenek itu sementara Nadine tetap berada di dalam mobil. Setelah berbincang-bincang selama beberapa menit, akhirnya Ailee dan Abigail memapah nenek itu menuju mobil. Nenek itu pun lalu masuk ke dalam mobil diikuti Ailee dan Abigail.Nadine pun lanjut mengemudikan mobilnya berkeliling kota."Minum dulu, Nek," ujar Ailee seraya menyerahkan sebotol air minum untuk nenek itu."Namanya siapa, Nek?" Nadine bertanya."Nama saya Nek Siti.""
Ella beserta Nadine dan teman-temannya berkumpul di ruang tamu panti sosial. Nadine dan teman-temannya baru saja selesai mengantarkan orang-orang yang membutuhkan ke panti sosial."Silahkan diminum," ucap Ella."Terima kasih, Ella," ucap Ailee."Aku yang seharusnya berterima kasih kepada kalian. Kalian sungguh berjasa. Hebat!""Jangan memuji begitu, Ella," ucap Ailee tak enak."Ini adalah salah satu cita-cita kami waktu SMA. Kami mewujudkannya demi Angel," tutur Nadine."Kamu sudah memilih keputusan yang tepat. Kau wajib berbahagia karena orang-orang yang kau tolong pasti sangat berterimakasih kepadamu," sahut Ella.Nadine menunduk, air matanya jatuh. "Ella… maafkan aku dulu. Aku dulu terlalu jahat kepadamu. Aku mohon maafkan aku.…" Nadine bersimpuh di kaki Ella.Ella buru-buru mencegah Nadine. "Jangan seperti ini, Nadine. Bangunlah! Aku sudah memaafkanmu.""Terima kasih banyak, Ella."•••Livia merasa lega setelah Airlangga pergi dari rumahnya. Kini, ia bisa leluasa berduaan dengan R
Hari ini adalah hari keberangkatan Nadine ke luar negeri untuk kembali melanjutkan kuliahnya. Nadine berangkat ke bandara diantar Ailee dan Abigail. Di perjalanan, mereka memutar lagu penyemangat agar mereka tetap semangat.Bukan lagi lagu rock yang diputar dengan volume kencang di mobil, kini mereka memutar lagu khas anak muda yang berisi tentang semangat dan cita-cita.Beberapa menit kemudian, mereka pun sampai di bandara. Ailee dan Abigail lalu memeluk Nadine erat-erat. Mereka sebenarnya ingin tetap bersama, tapi bagaimanapun kuliah Nadine lebih penting."Semangat, ya, Nadine. Kita akan selalu ada buat kamu," seru Abigail."Thanks guys," sahut Nadine."Kami tunggu kabar kelulusanmu," ujar Ailee.•••"Rayhan!" seru Livia seraya keluar dari kamar mandi."Apa?""Aku hamil, Rayhan," seru Livia."Serius?""Iya!"Rayhan pun memeluk Livia erat-erat. Tak terasa, air mata Rayhan menetes membasahi pipi."Terima kasih, ya, Tuhan," ucap Rayhan."Ayo kita belanja kebutuhan ibu hamil," ujar Rayh
"Livia! Livia!" Rayhan terus memanggil Livia seraya mengetuk pintu.Saat ini Rayhan sedang berusaha membujuk Livia untuk membukakan pintu kamar. Akibat kejadian tak mengenakkan di supermarket tadi, Livia mengunci diri di kamar.Seruan dari Rayhan sama sekali tak diindahkan Livia. Livia memasang earphone di telinganya lalu menutup telinganya dengan bantal.Rayhan pun pasrah dan memilih duduk di sofa ruang tamu. Rayhan menyugar ramburnya untuk menghilangkan stress.Lalu tangannya mengepal kuat. Ia sungguh marah saat ini. Bergegas ia membuka ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan untuk Lila.Rayhan: Jangan hubungi saya lagi!Rayhan: Gara-gara kamu, istri saya ngambekRayhan: Saya tidak kenal kamu, stop ganggu sayaRayhan lalu memblokir akun Lila."Kenapa jadi seperti ini ya Tuhan?"•••"Huek huek." Livia memuntahkan cairan bening di wastafel. Ia muntah-muntah sejak 5 menit yang lalu.Setelah puas memuntahkan isi perutnya, Livia pun berjalan pelan membuka pintu kamar. Ia celingak-celinguk
8 bulan kemudian, kandungan Livia sudah memasuki usia 9 bulan 5 hari. Perutnya sudah sangat besar. Ia jadi kesulitan bergerak bebas.Ia jadi lebih sering melakukan aktivitas dengan didampingi Rayhan. Seperti saat ini, Livia harus didampingi Rayhan untuk berjalan kesana kemari melakukan aktifitas sehari-hari. Mulai dari makan, mandi, berganti pakaian, berolahraga, dan lain-lain.Saat ini Livia sedang dipijat Rayhan setelah mandi."Bahuku pegal sekali, Rayhan. Tolong pijat bagian itu," ucap Livia.Rayhan pun menuruti Livia tanpa mengucap sepatah katapun. Tiba-tiba, Livia mengaduh kesakitan. Livia memegangi perutnya yang terasa mengeras."To-long, Rayhan…" lirih Livia.Rasa tidak nyaman menjalar ke seluruh bagian perut Livia. Dengan rasa panik, Rayhan menggendong Livia."Siapkan mobil cepat," teriak Rayhan seraya menuruni tangga."Kamu ikut, jaga Livia," ucap Rayhan kepada seorang pembantu.Rayhan pun segera membawa Livia masuk ke mobil lalu mereka melaju menuju rumah sakit.•••Rayhan m