Veronica keluar dari bilik toiletnya setelah memuntahkan seluruh isi perutnya. Sambil memegangi perutnya, ia berjalan pelan menuju wastafel untuk mencuci tangan dan kumur. Jika diibaratkan seperti apa rasanya menaiki motor bersama Bianca, ia akan mengandaikannya seperti menaiki roller coster. Semengerikan itu. Bianca menggunakan kecepatan penuh, membuatnya harus memeluk Bianca sambil gemetar ketakutan karena takut terjatuh dari motornya. Dengan mulusnya, wanita itu menyalip melewati kendaraan-kendaraan di jalan raya. Bagusnya sih ada, karena mereka tiba di kafe tempat biasa mereka nongkrong hanya dalam waktu sepuluh menit. Biasanya ia akan menggunakan bus kota lalu melanjutkan sisa perjalanannya dengan berjalan kaki setelah berhenti di dua pemberhentian. Ongkosnya akan jauh lebih murah jika ia mengambil opsi itu, walaupun sebagai gantinya ia harus menghabiskan waktu tiga puluh menit—apalagi jika ia berangkat dari apa
Stephen memejamkan kedua mata birunya yang sudah kehilangan binar pesonanya, duduk menyandar di pintu kamarnya. Pikirannya dipenuhi oleh rutukan, celaan, dan hinaan yang ditujukan pada kegagalannya di misi beberapa hari yang lalu. Kegagalan yang nyaris mengirimkan Petra pada maut. Kecerobohan yang tidak layak mendapatkan pengampunan dari kawanannya. Sebagai seorang alpha dari keluarga Laurent, harusnya ia bisa menjamin keselamatan para kawanannya dan berhasil menyelesaikan misi. Ini kegagalan kedua setelah ia gagal membawa kembali kakaknya pada ibunya, dan berakhir dengan kematian ibunya beberapa bulan kemudian tanpa sempat melihat Sean selamanya.Bibir tipisnya mengulum, semakin mempertipis bibirnya hingga seakan lenyap. Dibiarkannya makanan yang diantar oleh Fabiola sejak beberapa jam lalu—yang pastinya sudah dingin itu—di depan kamarnya karena mendapatinya terus mengurung diri di kamar.Ia beranjak dari tempatnya men
Kepala Theo berdenyut nyeri mendengar banyaknya protes yang ia dengar sejak lima belas menit yang lalu ia memasuki ruang rapat. Mempeributkan hal yang sama seperti biasanya, seolah tidak bosan dengan topik permintaan pengunduran dirinya. Para pemimpin dari kelompok-kelompok kecil yang bergabung bersama keluarga Pedrosa kembali melayangkan gugatan untuk menurunkannya. Seperti biasa, mereka meributkan perihal statusnya sebagai anak haram dan juga merupakan cara licik dari ayah tercinta untuk menyingkirkannya secara tidak terhormat dari keluarga Pedrosa tanpa mengotori kedua tangannya.Dan keributan pagi ini disebabkan oleh bukti yang baru ia temukan bersama Erick dan Isabella—salah satu informannya—setelah mereka menghabiskan beberapa hari mereka untuk mencari tahu penyebab di balik hancurnya gedung penjara Pedrosa. Dugaan awalny
Bianca menggerutu kesal, memukuli helmnya berulang kali sambil terus menahan jengkel memandang pada pasangan yang tengah berdiri tidak jauh darinya—Erna dan pria yang tidak ingin ia ketahui atau bahkan ia ingat namanya. Di matanya, kemesraan mereka begitu menjengkelkan. Hatinya dipenuhi rasa kesal dan kekecewaan berat, sehingga sedari tadi ia terus menyindir Erna. Ia tidak kuat berlama-lama di tempat itu, menghadapi dua orang yang paling tidak ingin ia lihat untuk saat ini. Kalau bukan karena Karl yang memaksanya untuk tetap tinggal di sana, mungkin ia sudah menghabiskan waktunya ke pantai yang terletak di ujung kota Waterford untuk menenangkan dirinya.Tidak ingin terlihat konyol di depan Erna yang kini tidak lagi memedulikannya, ia berhenti memukul helmnya, mengenakan helmnya dan menyalakan mesin motornya. Ia mendongak
Tubuh Bianca membeku seketika. Skenario buruk terbesit di pikirannya. Ia berjalan menghampiri bawahan ayahnya, mendorong mereka mundur namun gagal karena perbedaan level kekuatan mereka.Telinganya semakin bisa mendengar suara Theodore. Kali ini bukan suara jeritan kesakitan kakaknya, melainkan suara Theodore yang berbicara dengan nada datar yang belum pernah ia dengar sebelumnya.Bersama Erick dan Isabella yang lega melihat keberadaannya, sekali lagi ia mencoba menerobos masuk ke dalam pintu itu.“Kalian bertiga, minggir,” ujar Karl, yang baru tiba di sana.
Veronica kebingungan saat Karl meminta seorang wanita muda berwajah bulat dengan kacamata berbingkai merah marun yang rambutnya diikat ekor kuda, mengenakan pakaian formal menjauh dari ruangan yang tidak ia ketahui. Matanya menangkap sosok seorang pria berwajah Asia bernama Erick yang tampak panik dan ketakutan, terus berusaha melawan beberapa orang pria bertubuh besar yang berdiri di sekitar pintu ruangan itu. Wajah pacarnya sama tegangnya seperti Erick, dan Bianca yang sudah tiba di sana sambil terus mencoba menerobos pintu itu juga berteriak memanggil nama kakak laki-lakinya. Rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya saat ia sempat mendengar suara teriakan penuh amarah yang meluap dari seorang pria tua dari dalam ruangannya itu, sebelum wanita yang diminta Karl untuk membawanya pergi dari tempat itu menariknya ke tempat lain.
Perhatian Veronica kini tertuju pada Bianca yang mendekap sambil menggenggam tangan seorang pria yang berbaring di atas tempat tidur dengan pakaian yang penuh darah, bernapas dengan irama yang pelan sehingga membuatnya sempat mengira bahwa pria itu sudah tidak lagi bersama Bianca. Ada semburat kelegaan di wajah sahabatnya itu saat melihat kakaknya. Lalu wanita itu berbalik, menyadari kehadirannya. Matanya berkaca-kaca, dan wanita itu menggunakan punggung tangannya yang menyisakan sedikit noda darah itu untuk mengusap air matanya.“Maaf. Aku sampai lupa sama kamu. Malah ngelihat kejadian yang tidak mengenakkan kayak gini …,” Bianca tertawa canggung, berdiri menjauh dari pria itu. Sekilas, ia mengamati pria yang berbaring di sana. Waktu awal ia bertemu dengan pria itu, ia mendapat kesan bahwa pria itu telah melalui banyak k
Hari ini genap seminggu sejak upaya pembunuhan yang dilakukan Phillip Pedrosa pada pacarnya, Theodore Pedrosa.Erick menarik kursi yang ada di dekat tempat tidur Theo, membuka halaman buku novel favorit Theo yang berjudul Being Henry David karya Cal Armistead yang sudah lusuh. Semua orang yang melihat buku lusuh itu pasti tahu seberapa sering pria itu membacanya. Sejenak ia mengalihkan pandangannya dari buku itu, memandang Theo yang masih belum juga siuman.Adegan yang ia baca saat ini adalah salah satu adegan favorit Theo, saat tokoh utamanya yang kehilangan ingatannya bertemu dengan seorang anak perempuan populer di sebuah sekolah di kota tempat Henry David pernah tinggal. Theo selalu mengatakan bahwa pertemuan kedua toko
Veronica melihat wajah Bianca yang mengerjap penuh ketakjuban saat memasuki mansion Karl. Setelah acara makan malamnya lagi-lagi gagal, akhirnya hari ini pacarnya baru bisa mengadakan acara makan malam tersebut. Erna sendiri membawa Alec, yang datang bersama seorang pria tua yang dari tampilan luarnya, memiliki watak keras dan pembawaan ala bangsawan Inggris era Edwardia—lengkap dengan pakaian serba hitam yang dikenakannya.“Sebelah sini,” Rebecca menghampiri mereka sambil memberi salam hormat pada mereka semua. Khusus untuk malam ini, Rebecca menutupi sebelah wajahnya menggunakan topeng, mengundang keheranan dari Erna dan Alec, namun tidak dengan pria tua di samping Alec yang seakan memahami kondisi Rebecca.“Mana Karl?” tanyanya pada Re
Nicholas tidak percaya apa yang baru saja mereka dengar dari bibir Schneider barusan karena dia baru saja selesai makan siang yang disiapkan Askarovich beberapa menit yang lalu. Matanya melebar, berkedip tak percaya, menatap sosok yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi di wajahnya yang menciptakan rasa takut yang kuat dalam dirinya. Semua sel di tubuhnya seakan berhenti bergerak dengan otaknya sulit mencerna situasi saat ini. "Aku sudah selesai denganmu. Apa yang baru saja kukatakan cukup jelas untukmu, Nicholas Southampton?" Pria itu mengulangi kata-kata yang berhasil memberikan efek serangan yang kuat padanya. Dia menundukkan kepalanya, berusaha untuk tidak menangis di depannya. Apakah itu berarti mereka dibuang oleh William, seperti benda, setelah apa yang dia berikan kepada William Schneider — termasuk semua kekayaannya serta rumah besar miliknya milik pria itu? "Apa yang kamu lakukan di belakangku adalah mengacaukan rencana kita. Aku juga tidak ingin melakukannya karena ba
Ketika Erna membuka kedua matanya, dia menemukan bahwa dia tidak lagi berdiri di kamar tidurnya seperti yang terakhir dia ingat, tetapi sedang berbaring di tempat tidurnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Pusing menyerangnya saat dia memaksa dirinya untuk bangun dari tempatnya. Dia melihat sekeliling, tidak melihat Bianca bersamanya di sini. Ingatannya yang hilang memang telah kembali, berhasil mengisi kekosongan yang dia rasakan selama ini. Dari saat ia dan Alec terpaksa meninggalkan kediaman setelah menemukan keberadaan monster dengan wujud yang sulit untuk dideskripsikan, ia berhasil membunuh semua penjaga yang ditempatkan di kediamannya, serta para pelayannya. Darah menggenang di hampir setiap sudut ruangan, dengan ekspresi masing-masing mayat yang dipenuhi rasa takut hingga sulit untuk dilupakan. Dia tidak bisa membayangkan rasa sakit yang mereka rasakan sebelum menghadapi kematian mereka sendiri. Mungkin mereka berteriak kesakitan. Atau mungkin monster itu membunuh mereka
Stephen meletakkan jarinya di sisi kanan tabletnya, membuka kunci layar. Sekarang layar tidak lagi menampilkan layar hitam kosong, menunjukkan kepada mereka titik-titik lokasi terjadinya serangan. Jari-jari Karl menggerakkan layar, sesekali mencubit untuk memperbesar atau memperkecil ukuran denah area Laurent, dan untungnya, Karl berbaik hati memberinya lebih banyak ruang sehingga dia juga bisa melihat apa yang ada di layar tablet. Ada banyak titik merah di sana—pertanda bahwa area tersebut telah berhasil diambil alih oleh kelompok musuh, menyisakan dua titik hijau yang menjadi satu-satunya area yang tersisa.Artinya, Schneider berada di balik serangan ini, gumamnya pada dirinya sendiri.Perhatian Stephen kemudian beralih padanya, menatapnya dengan tatapan bersalah. "Dan untuk informasi Anda, saya memberi tahu Anda bahwa tidak ada sesi latihan dengan Isabella hari ini, bukan karena saya melarang Anda--seperti yang mungkin Anda pikirkan--""Dan itulah yang kupikirkan," dia menyela, seka
Pria itu masih menatapnya dengan alis terangkat ketika dia mendengar kata-katanya, sementara dia berdehem, mencoba menghentikan suasana canggung yang tercipta begitu dia selesai berbicara. "Kamu bilang apa? Kamu sudah tahu tentang itu?" Dia mengangguk, membenarkan kata-kata pacarnya. Pria itu bergumam dengan suara yang lebih rendah pada dirinya sendiri, berbicara dalam bahasa yang terdengar asing di telinganya sebelum wajahnya berubah muram. "Apakah kamu baik-baik saja?" "Daripada itu, kenapa kamu tidak memberitahuku tentang kakak laki-laki Stephen?" dia meludah, berusaha menahan amarah yang dia tidak tahu mengapa mulai muncul di dalam dirinya. "Kenapa kamu tidak memberitahuku bahwa makhluk yang menyerangku berumur dua belas tahun bukanlah serigala biasa, tapi manusia serigala?" Pria itu tidak mengatakan sepatah kata pun. Diam saja, seolah laki-laki itu ingin memberinya kesempatan melampiaskan seluruh amarahnya pada laki-laki itu. Sikap pacarnya saat ini sedikit mengingatkannya pa
Sejak hari itu, semuanya telah berubah. Itu tidak seperti dulu.Mata Veronica tertuju pada Stephen yang sedang berbicara dengan beberapa orang di depan pintu masuk dengan wajah tegang, tidak langsung mengajak mereka masuk ke dalam mansion. Tangannya mencengkeram smartphone-nya erat-erat, membiarkan saluran TV di ruang tamu memutar serial N*****x favoritnya, Shadowhunters, dengan episode terakhir Season 4 yang tak lagi menarik baginya."Situasinya terlalu berisiko bagi kami, Bos."Dia mendengar salah satu orang berbicara dengan nada yang sedikit lebih tinggi daripada yang lain di sekitarnya yang berbicara dengan nada setengah berbisik — kemungkinan besar permintaan Stephen untuk memastikan dia tidak mendengar apa yang mereka diskusikan di pintu masuk mansion. . Lagipula, Stephen sudah aneh sejak awal. Jika pria itu tidak ingin dia mendengar seluruh percakapan 'rahasia', mengapa dia tidak membawa 'tamu' ke ruang pertemuan dan mengunci ruangan dengan rapat agar dia tidak mendengar semuany
Agak bingung dengan apa yang dikatakan Bianca atau apa yang terjadi, dia tetap menuruti permintaan Bianca yang sudah berjalan di depannya dengan langkah cemas melewati koridor. Dia merasa sedikit keberatan dengan alasan harus meninggalkan teh yang baru saja diisi ulang oleh salah satu pelayan yang bertugas mengisi ulang tehnya jika teh di cangkirnya habis tanpa perlu memberi tahu pelayan apa yang harus dilakukan. lakukan (berbeda dengan pelayan di rumahnya yang kurang responsif ketika datang ke hal seperti ini), dan harus meninggalkan jajanan lokal yang dia tidak tahu namanya tetapi dia tetap menyukainya karena rasanya yang tidak biasa dan berhasil membuatnya ingin terus menggigitnya lagi dan lagi. Selama dia mengenal Bianca sejak mereka bertemu di sekolah menengah hingga sekarang, satu hal yang dia ketahui dengan baik dari Bianca adalah bahwa sahabatnya tidak akan menjelaskan apa yang dia alami atau apa yang mengganggunya, seberapa besar masalahnya atau seberapa besar masalahnya. kua
Erna menyilangkan tangan di depan dadanya, menyembunyikan kekesalannya. Sudah hampir tiga jam sejak mereka dipaksa untuk kembali ke kediaman keluarga Zhang, diam-diam di ruang tamu ditemani oleh para pelayan keluarga Zhang – keluarga besar kakak Bianca, Erick Zhang – yang berdiri di sekitar mereka, menemani oleh aneka jajanan lokal dan teh hangat yang dari baunya saja ia langsung tahu bahwa itu adalah teh Biluochun, tanpa mendengarkan penjelasan apapun dari Bianca yang mondar-mandir di ruang tamu. Yang menahannya untuk tidak melampiaskan kekesalannya adalah ekspresi Bianca yang tampak gelisah, tidak seperti Bianca yang selalu bisa menghadapi situasi apapun dengan santai sebesar apapun masalahnya. Misalnya saat mereka duduk di bangku kelas tiga SMA dan pusing karena harus memikirkan ujian akhir dan juga persiapan masuk universitas dengan seleksi nilai yang sangat ketat. Alih-alih memfokuskan perhatiannya untuk belajar dan merencanakan masa depan seperti yang dia dan Vero lakukan, wanit
Tidak ada yang bisa dilakukan olehnya saat ini selain membiarkan Stephen berada di dalam pelukannya sampai perasaan pria itu membaik. Tiba-tiba ia merasa menyesal karena sudah memaksa pria werewolf itu untuk menjawab pertanyaan yang pasti bagi pria itu membuka luka lama yang tertanam di dalam hati pria itu. "I am sorry, Nikki ..." Again, Nikki menemukan Stephen kembali menggumamkan kata-kata yang membuat perasaan bersalah di dalam dirinya semakin bertambah. Tangannya bergerak mengusap puncak kepala Stephen, berharap bahwa apa yang ia lakukan barusan berhasil membuat Stephen merasa lebih baik. "It's not your fault--" "No, Nikki. It's my fault," Stephen menyela perkataannya sebelum ia sempat menyelesaikan perkataannya, melepaskan pelukannya sambil menyeka air matanya yang sedikit keluar membasahi pipi pria itu. Kedua mata pria itu menatap sayu ke arahnya, membuatnya sedikit lega karena akhirnya pria itu tidak lagi menghindar bertatapan mata dengannya. "Half of them was my fault," u
Erick memandangi sosok Theo yang kini duduk meringkuk di sudut ruangan dengan bibir gemetar, menggumamkan kalimat yang tidak bisa tertangkap jelas oleh telinganya saking kecilnya suara pria itu. Ia mengulum bibir bawahnya. Ia paham. Bagi Theo, ini pasti adalah fakta yang memukul telak pria yang selama ini hidup dengan membenci ibu tirinya tanpa mengetahui fakta yang sebenarnya. Memang, ia tidak akan bisa memahami apa yang dirasakan oleh pacar laki-lakinya saat ini, karena semua hal itu tidak terjadi padanya. Dibandingkan dengannya yang hidup di keluarga latin yang selalu menjunjung tinggi keluarga dan mementingkan satu sama lain, keluarga besar Pedrosa di Waterford city jauh lebih rumit. "Tetap kondisikan dia agar tetap tenang saat menerima kenyataan yang sebenarnya. Aku tahu ini tugas yang sulit, tapi kurasa ini saat yang tepat untuk memberitahunya. Aku tidak mau semua usaha yang dilakukan Indri untuk melindungi anak-anaknya lenyap begitu saja." Kemarin, saat mereka tiba di kedia