Share

PART 25: Superman

Author: Titi Chu
last update Huling Na-update: 2025-04-20 17:55:15

Tidak ada makanan di kulkas karena tempat itu sudah diacak-acak oleh debt collector dan dua algojonya. Hal itu terjadi saat Hiro dan Naga sedang membuat sandwich, itulah sebabnya kenapa kaos mereka penuh saos.

Dan tiba-tiba pintu dibuka paksa oleh debt collector hingga alat kombinasi password terlepas dari engselnya. Mereka mengobrak-abrik tempat tinggal kami mencari Mama, dan berpikir bahwa Mama sedang bersembunyi sehingga semua barang-barang menjadi sasaran.

Aku benar-benar marah dengan cerita si kembar, tidak masalah jika Mama mau memanfaatkan aku untuk mendapatkan uang, tapi kenapa dia harus membahayakan Hiro dan Naga, bahkan berniat menjadikan jaminan dan dibawa oleh debt collector?

"Petugas sudah mengkonfirmasi melalui CCTV tiga orang yang masuk ke apartemen kamu." Gun memberi informasi ketika para pihak berwajib datang lalu membantuku menghadapi mereka. Para pengawalnya bersama Ed pun datang dan kini berjaga mengelilingi unit kami hingga menjadi perhatian penghuni lain. "Se
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 26: Rolls Royce Phantom

    "Gun, sebentar." Tapi Gun tidak membutuhkan penolakan, dengan keras kepala dia membawa Naga masuk ke mobilnya, dan yang lebih tidak bisa ditoleransi adalah Ed membawa Rolls Royce Phantom, sehingga Naga tampak antusias saat melompat masuk ke sana. Padahal bukan ini mobil yang tadi dia bawa saat mengantarku ke apartemen, berapa banyak sebenarnya mobil yang dia punya? "Kamu di belakang Naga." "Siap Chef." Dengan patuh anakku nurut dan berpindah ke jok belakang. Hiro melotot di sisiku, harga diri, gengsi dan penasaran sepertinya sedang bergelut menjadi satu dalam dada anak itu. "Mama..." Dia menatapku dengan alis bertaut seolah aku seharusnya menyeret Naga keluar. Anak itu memang lebih mudah untuk dibujuk. "Kita harus bicara." Akhirnya aku memutar dan berdiri di depan Gun, tepat sebelum dia melompat ke sisi pengemudi. "Apalagi yang harus dibicarakan Mita?" "Kami nggak mungkin tinggal di rumah kamu." "Jadi di mana kalian akan tinggal?" "Aku akan cari airnb di dekat sini, selama

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 27: Water Heater

    "Aku rasa itu pertanyaan yang terlalu pribadi." Akhirnya susah payah aku menjawab di tengah hening yang tercipta. Gun tampak seperti mengembuskan napas berat. "Sorry," katanya kaku. "Saya nggak bermaksud untuk membuat kamu teringat kenangan buruk, tapi mereka masih sangat kecil." Gun juga tidak memiliki Papa, sudah meninggal saat dia masih berusia sepuluh tahun, mungkin Gun sedang berpikir bagaimana anak-anak kecil seperti si kembar sudah tidak mendapatkan kasih sayang seorang Papa. Gun mungkin berpikir dan mencoba melihat situasinya seperti dirinya dulu yang kehilangan. Tapi itu justru membuat dadaku sesak, perasaan bersalah karena tidak pernah membagi kabar bahwa mereka adalah anak-anaknya kembali menggelayuti bahuku seperti jubah. "Maaf..." Gun sontak menoleh, alisnya terangkat, aku buru-buru meralat. "Ya, itu udah lama terjadi." Perjalanan bersamanya entah kenapa terasa lama, atau mungkin karena aku gelisah dan bolak-balik mengecek arloji, saat mobil melaju di jalan

    Huling Na-update : 2025-04-21
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 28: Nutrisi Kentang

    Wangi, hangat, tenang. Aku menggeliat, meregangkan tangan, lalu perlahan membuka mata dan menatap langit-langit kamar berwarna biru terang dan seketika sadar bahwa aku tidak sedang berada di dalam kamar apartemen. Rasa pusing di kepala langsung menyerang saat aku duduk tegak, menyadari si kembar sudah tidak ada di sisiku. Dengan gusar aku segera beringsut bangkit, melotot pada jam digital di atas nakas yang menunjukkan angka setengah delapan pagi. Akibat overthinking memikirkan di mana nanti kami akan tinggal, hutang-hutang Mama dan yah ... Gun juga, aku tidur terlalu larut sehingga kini kesiangan! "Pagi." Aku meringis, sudah jelas bahwa itu adalah sindiran karena aku orang terakhir yang muncul di ruang sarapan. Sesuai pesan Gun semalam, seorang pelayan langsung mengarahkan aku untuk bergabung dengan si kembar yang sudah duduk manis di sana. "Mama!" Naga melompat di kursi makan, sudah berseragam rapi, aku melotot dan menyuruhnya duduk. "Mama mau cobain soup bikinan Chef Gun?"

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 29: Perusakan Property

    Tentu saja tidak, aku segera menyusuri koridor ke ruangan Gun, mengetuk pintu dua kali, menunggu sahutan dari dalam sebelum perlahan membukanya. "Bapak manggil saya?" "Masuklah," katanya. "Mita ini pengacara saya, Jerikho, dia yang akan membantu kamu dalam kasus perusakan property semalam, para debt collector itu sudah diketahui berasal dari salah satu Bank, dan mereka punya hak untuk melakukan penggeledahan karena Mama kamu selama ini selalu menghindari pembayaran." Aku megap-megap di sofa setelah berjabat tangan singkat dengan Jerikho. "Te-terus gimana?" Mendadak blank. "Kita hanya bisa mengajukan keluhan." Jerikho yang menjawab. "Tapi kami perlu saksi untuk melakukannya ke pihak Bank." "Saksi?" "Hiro dan Naga," kata Gun. Dadaku langsung terasa panas. Mana mungkin aku akan membiarkan anak kecil berhadapan dengan orang dewasa. Kejadian semalam bahkan bisa meninggalkan trauma, meski si kembar tampak ceria tapi bukan berarti mereka baik-baik saja jika harus berulang kali mence

    Huling Na-update : 2025-04-22
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 30: Jajanan Sekolah

    "Mama kembar." Here we go, panggilan alam akhirnya datang, seperti biasa trio Ibu Nuri, Yuli, Yuni menghampiri ketika aku menjemput Hiro dan Naga di sekolah. "Gimana si kembar jadi ikut jalan-jalan ke kebun binatang atau nggak? Saya belum nerima transferan." Aku meringis, mencoba mencari alasan untuk menolak, aku takut bahwa Hiro dan Naga sedih karena di antara teman-teman lain, mereka tidak ikut, sementara biayanya di luar kemampuanku saat ini. "Itu... apa menurut Ibu-Ibu biayanya nggak terlalu kemahalan?" "Loh, kan udah dijelasin ya tempo hari sama Ibu Nuri," kata Ibu Yuli. "Pulang dari kebun binatang anak-anak juga dapat goodie bag, lagian di sana nanti mereka bukan cuma lihat-lihat binatang tapi sekalian belajar." "Kita malah belum kasih tau soal seragam anak-anak loh Mom." Ibu Yuni menimpali. "Seragam?" "Iya biar gampang dikoordinasiinnya, anak-anak kan rawan hilang dari rombongan, makanya kita butuh seragam, jadi mudah dicari dan dibedain dari rombongan TK lain." Penjel

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 31: Fine Dinning

    Gelisah, ada alasan kenapa aku menyembunyikan kehamilan pada Gun, salah satunya karena karier laki-laki itu sedang berada di puncak ketika ini terjadi, kedua ibunya nggak menyukaiku. Beliau menganggap aku sebagai penghambat kesukesaan Gun, dan kehamilanku hanya membawa bencana. Lalu kalau ditanya apakah aku menyesali keputusan itu? Jawabannya tidak, aku justru akan menyesal kalau dulu menuruti keinginannya, sesuatu yang tidak akan termaafkan. Meski sulit, tapi aku menikmati setiap proses mengandung anak-anakku. Sakit, pusing, mual, kram, semua kulalui dengan hati gembira, dan hasilnya aku rasa anak-anakku tumbuh menjadi anak yang riang, saking riangnya kadang aku berpikir mereka melewati batas. Aku mulai meragukan diri sendiri, apakah mungkin saja apartemen memang diacak-acak oleh mereka dan bukannya debt collector? Sial, karena julukan banyak orang mereka liar dan nakal aku jadi terkontaminasi. "Hiro, Naga, kalian nggak boleh ngatain orang lain bodoh, itu sangat kasar," kataku be

    Huling Na-update : 2025-04-23
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 32: Main Course

    "Asisten Chef?" Aku tergagap di saat dia langsung masuk ke ruangan lalu dengan wajah puas duduk di kursi kebesarannya. "Terus gimana dengan kerjaan saya? Bukannya dwi jabatan sama nggak diperbolehkan? Saya nggak mungkin double jadi manajer dan asisten chef juga, Pak." "Siapa yang bilang kamu akan punya dua jabatan?" katanya santai. "Kamu nggak perlu jadi manajer saya, saya nggak butuh itu sekarang, semua pekerjaan syuting sudah ditangani Ed, dan kamu sepertinya lebih cocok jadi asisten chef." "Bapak bahkan nggak tau saya bisa masak atau nggak!" kataku melotot. Tapi alis Gun terangkat, kutelan kembali semua kalimat protesku. Tentu saja Gun tahu, pernah menjalin hubungan selama tiga tahun, jelas sedikit banyak dia sudah mengenalku. Dia tahu, meski bukan profesional dan tidak pernah sekolah masak sepertinya, aku diam-diam memiliki passion pada dunia kuliner. Dan Gun sepertinya sedang berusaha memanfaatkan impian yang sudah kupendam itu dalam-dalam. "Memang ada perbedaan besar menja

    Huling Na-update : 2025-04-24
  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 33: Ganti Rugi

    "Diam sebentar." Dia meremas pinggulku supaya aku berhenti bergerak-gerak di atas tubuhnya. Laki-laki itu mengerang lagi. Ya Tuhan. Aku benar-benar ngeri, tubuhku yang mungil mungkin tidak ada apa-apanya bagi Gun, tapi posisi jatuhnya mengkhawatirkan. Aku takut bahwa dia akan cedera. "Saya udah boleh bergerak?" "Belum." Gun merebahkan kepala, kedua matanya terpejam, keningnya mengernyit samar. Dari jarak sedekat ini, aku bisa memindai dengan jelas wajahnya. Pada bulu matanya yang lentik, rahangnya yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Hidungnya yang bangir, lalu bibirnya yang ranum dan merah muda. Tanpa sadar pipiku terasa merona. Aku pun bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang, atau itu adalah detak jantungku sendiri? Aku tidak yakin, tapi tubuh kami yang menempel, membuatku bahkan bisa merasakan sebagaian tubuhnya. Wajahku semakin gosong. "Pak? "Hm? "Saya sudah boleh bangun?" "Belum." "Kita harus cari bantuan." "Benar." "Bapak bisa bergerak

    Huling Na-update : 2025-04-24

Pinakabagong kabanata

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 35: Hot Nerd

    Aku benci bagaimana Gun selalu punya dampak seperti ini tiap kali dia menyebutkan namaku. Tubuhku akan merespon dengan getaran halus, dan detak jantungku langsung melonjak. Masalahnya dia kini berdiri di depan pintu ruangan tempat menyambut Prily. Laki-laki itu masih menggenakan kacamata baca. Dengan pakaian yang sama. Selain kemampuan memasaknya yang di atas rata-rata, Gun juga suka sekali membaca. Aku ingat dia punya ruang khusus perpustakaan di apartemennya dulu. Laki-laki ini sebenarnya adalah seorang nerd, atau lebih tepatnya hot nerd. Kalau bukan karena harus serumah, aku pasti tidak akan memiliki kesempatan untuk melihatnya seperti ini lagi. "Ini baru mau tidur, Pak." "Kenapa kamu malah berkeliaran? Kamu tahu jam berapa sekarang?" "Saya abis temenin anak-anak ngerjain tugas sekolah buat besok." Alisnya terangkat, lalu perlahan berjalan mendekat. "Mereka sudah tidur?" "Iya." "Biar saya lihat." "Sebaiknya jangan." Gun mengernyit karena aku menahan knop pintu.

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 34: Luas Lingkaran

    Aku penasaran apa sekiranya jawaban Gun, tapi sayang pendengaranku terinterupsi dengan Hiro yang mendorong kursi lalu melompat turun. Hingga tidak ada yang bisa kudengar selain gumaman. Namun Naga pun diam saja, dia cenderung tidak merespon, dan seperti orang yang mematung menatap perempuan itu. "Aku mau ngerjain tugas," kata Hiro melenggang masuk ke kamar. "Naga sebaiknya kita selesain PR hari ini." Naga masih ragu-ragu di depan pintu. "Naga, ayo cepat." "Hallo?" Prily menyapa, dia menaiki undakan lalu dengan gemas mengacak rambut Naga diikuti Gun di belakangnya. "Siapa nama kamu, anak manis?" Naga segera menepisnya. "Duh, gemasnya. Jangan malu-malu ya, kamu bisa panggil Aunty Prily." "Mohon maaf saya nggak punya Uncle yang menikah sama kamu." "Uhm." Prily tampak terkejut karena sikap lancang Naga. "Memanggil orang lain Aunty bukan berarti harus karena menikah dengan Uncle kok, kamu bisa—" Naga langsung melengos, berlari masuk, menabrak tubuhku yang melangkah mendekati mer

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 33: Ganti Rugi

    "Diam sebentar." Dia meremas pinggulku supaya aku berhenti bergerak-gerak di atas tubuhnya. Laki-laki itu mengerang lagi. Ya Tuhan. Aku benar-benar ngeri, tubuhku yang mungil mungkin tidak ada apa-apanya bagi Gun, tapi posisi jatuhnya mengkhawatirkan. Aku takut bahwa dia akan cedera. "Saya udah boleh bergerak?" "Belum." Gun merebahkan kepala, kedua matanya terpejam, keningnya mengernyit samar. Dari jarak sedekat ini, aku bisa memindai dengan jelas wajahnya. Pada bulu matanya yang lentik, rahangnya yang mulus dan sedikit ditumbuhi bulu-bulu halus. Hidungnya yang bangir, lalu bibirnya yang ranum dan merah muda. Tanpa sadar pipiku terasa merona. Aku pun bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang, atau itu adalah detak jantungku sendiri? Aku tidak yakin, tapi tubuh kami yang menempel, membuatku bahkan bisa merasakan sebagaian tubuhnya. Wajahku semakin gosong. "Pak? "Hm? "Saya sudah boleh bangun?" "Belum." "Kita harus cari bantuan." "Benar." "Bapak bisa bergerak

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 32: Main Course

    "Asisten Chef?" Aku tergagap di saat dia langsung masuk ke ruangan lalu dengan wajah puas duduk di kursi kebesarannya. "Terus gimana dengan kerjaan saya? Bukannya dwi jabatan sama nggak diperbolehkan? Saya nggak mungkin double jadi manajer dan asisten chef juga, Pak." "Siapa yang bilang kamu akan punya dua jabatan?" katanya santai. "Kamu nggak perlu jadi manajer saya, saya nggak butuh itu sekarang, semua pekerjaan syuting sudah ditangani Ed, dan kamu sepertinya lebih cocok jadi asisten chef." "Bapak bahkan nggak tau saya bisa masak atau nggak!" kataku melotot. Tapi alis Gun terangkat, kutelan kembali semua kalimat protesku. Tentu saja Gun tahu, pernah menjalin hubungan selama tiga tahun, jelas sedikit banyak dia sudah mengenalku. Dia tahu, meski bukan profesional dan tidak pernah sekolah masak sepertinya, aku diam-diam memiliki passion pada dunia kuliner. Dan Gun sepertinya sedang berusaha memanfaatkan impian yang sudah kupendam itu dalam-dalam. "Memang ada perbedaan besar menja

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 31: Fine Dinning

    Gelisah, ada alasan kenapa aku menyembunyikan kehamilan pada Gun, salah satunya karena karier laki-laki itu sedang berada di puncak ketika ini terjadi, kedua ibunya nggak menyukaiku. Beliau menganggap aku sebagai penghambat kesukesaan Gun, dan kehamilanku hanya membawa bencana. Lalu kalau ditanya apakah aku menyesali keputusan itu? Jawabannya tidak, aku justru akan menyesal kalau dulu menuruti keinginannya, sesuatu yang tidak akan termaafkan. Meski sulit, tapi aku menikmati setiap proses mengandung anak-anakku. Sakit, pusing, mual, kram, semua kulalui dengan hati gembira, dan hasilnya aku rasa anak-anakku tumbuh menjadi anak yang riang, saking riangnya kadang aku berpikir mereka melewati batas. Aku mulai meragukan diri sendiri, apakah mungkin saja apartemen memang diacak-acak oleh mereka dan bukannya debt collector? Sial, karena julukan banyak orang mereka liar dan nakal aku jadi terkontaminasi. "Hiro, Naga, kalian nggak boleh ngatain orang lain bodoh, itu sangat kasar," kataku be

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 30: Jajanan Sekolah

    "Mama kembar." Here we go, panggilan alam akhirnya datang, seperti biasa trio Ibu Nuri, Yuli, Yuni menghampiri ketika aku menjemput Hiro dan Naga di sekolah. "Gimana si kembar jadi ikut jalan-jalan ke kebun binatang atau nggak? Saya belum nerima transferan." Aku meringis, mencoba mencari alasan untuk menolak, aku takut bahwa Hiro dan Naga sedih karena di antara teman-teman lain, mereka tidak ikut, sementara biayanya di luar kemampuanku saat ini. "Itu... apa menurut Ibu-Ibu biayanya nggak terlalu kemahalan?" "Loh, kan udah dijelasin ya tempo hari sama Ibu Nuri," kata Ibu Yuli. "Pulang dari kebun binatang anak-anak juga dapat goodie bag, lagian di sana nanti mereka bukan cuma lihat-lihat binatang tapi sekalian belajar." "Kita malah belum kasih tau soal seragam anak-anak loh Mom." Ibu Yuni menimpali. "Seragam?" "Iya biar gampang dikoordinasiinnya, anak-anak kan rawan hilang dari rombongan, makanya kita butuh seragam, jadi mudah dicari dan dibedain dari rombongan TK lain." Penjel

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 29: Perusakan Property

    Tentu saja tidak, aku segera menyusuri koridor ke ruangan Gun, mengetuk pintu dua kali, menunggu sahutan dari dalam sebelum perlahan membukanya. "Bapak manggil saya?" "Masuklah," katanya. "Mita ini pengacara saya, Jerikho, dia yang akan membantu kamu dalam kasus perusakan property semalam, para debt collector itu sudah diketahui berasal dari salah satu Bank, dan mereka punya hak untuk melakukan penggeledahan karena Mama kamu selama ini selalu menghindari pembayaran." Aku megap-megap di sofa setelah berjabat tangan singkat dengan Jerikho. "Te-terus gimana?" Mendadak blank. "Kita hanya bisa mengajukan keluhan." Jerikho yang menjawab. "Tapi kami perlu saksi untuk melakukannya ke pihak Bank." "Saksi?" "Hiro dan Naga," kata Gun. Dadaku langsung terasa panas. Mana mungkin aku akan membiarkan anak kecil berhadapan dengan orang dewasa. Kejadian semalam bahkan bisa meninggalkan trauma, meski si kembar tampak ceria tapi bukan berarti mereka baik-baik saja jika harus berulang kali mence

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 28: Nutrisi Kentang

    Wangi, hangat, tenang. Aku menggeliat, meregangkan tangan, lalu perlahan membuka mata dan menatap langit-langit kamar berwarna biru terang dan seketika sadar bahwa aku tidak sedang berada di dalam kamar apartemen. Rasa pusing di kepala langsung menyerang saat aku duduk tegak, menyadari si kembar sudah tidak ada di sisiku. Dengan gusar aku segera beringsut bangkit, melotot pada jam digital di atas nakas yang menunjukkan angka setengah delapan pagi. Akibat overthinking memikirkan di mana nanti kami akan tinggal, hutang-hutang Mama dan yah ... Gun juga, aku tidur terlalu larut sehingga kini kesiangan! "Pagi." Aku meringis, sudah jelas bahwa itu adalah sindiran karena aku orang terakhir yang muncul di ruang sarapan. Sesuai pesan Gun semalam, seorang pelayan langsung mengarahkan aku untuk bergabung dengan si kembar yang sudah duduk manis di sana. "Mama!" Naga melompat di kursi makan, sudah berseragam rapi, aku melotot dan menyuruhnya duduk. "Mama mau cobain soup bikinan Chef Gun?"

  • Chef Galak Itu Mantan Pacarku   PART 27: Water Heater

    "Aku rasa itu pertanyaan yang terlalu pribadi." Akhirnya susah payah aku menjawab di tengah hening yang tercipta. Gun tampak seperti mengembuskan napas berat. "Sorry," katanya kaku. "Saya nggak bermaksud untuk membuat kamu teringat kenangan buruk, tapi mereka masih sangat kecil." Gun juga tidak memiliki Papa, sudah meninggal saat dia masih berusia sepuluh tahun, mungkin Gun sedang berpikir bagaimana anak-anak kecil seperti si kembar sudah tidak mendapatkan kasih sayang seorang Papa. Gun mungkin berpikir dan mencoba melihat situasinya seperti dirinya dulu yang kehilangan. Tapi itu justru membuat dadaku sesak, perasaan bersalah karena tidak pernah membagi kabar bahwa mereka adalah anak-anaknya kembali menggelayuti bahuku seperti jubah. "Maaf..." Gun sontak menoleh, alisnya terangkat, aku buru-buru meralat. "Ya, itu udah lama terjadi." Perjalanan bersamanya entah kenapa terasa lama, atau mungkin karena aku gelisah dan bolak-balik mengecek arloji, saat mobil melaju di jalan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status