Share

[009] Tanpa Tujuan

Author: Chyruszair
last update Last Updated: 2021-09-17 00:04:19

Langkah kakinya kian cepat, cengkraman tangannya semakin menyakitkan.

"Um ... Tuan."

Aku mencoba memanggil namanya, tapi kerikil kecil membuatku tersandung dilangkah yang cepat. Aku tersandung dan cengkramannya semakin erat.

Tidak ada jawaban dari pria berjubah itu.

Hingga, membuatku meringis kesakitan ketika semua tubuh terasa ingin remuk sambil berkata dengan nada yang sedikit tinggi dari sebelumnya.

"Tuan, Anda membuat tangan saya sakit," ucapku.

Tangan kananku begitu sakit dan pergelangan tanganku sukses memerah. Jika terus-terusan seperti ini, bisa saja tangan ini menjadi lumpuh.

"Oh, maafkan aku."

Kali ini, panggilanku didengar olehnya. Dia menghentikan langkah kakinya, begitu juga denganku–menghentikan langkah kaki tepat di depannya. Aku menatap punggungnya yang lebar, lalu tiba-tiba pria itu membalikkan tubuhnya yang membuatku terperanjat kaget.

Tangan yang dicengkramnya kini ia lepas. Tampak terkejut, dia

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [010] Pergi atau Tetap

    Aku mengeluarkan kata jujur pada kenyataan pahit, lalu membuat hatiku semakin pedih."Tak ada tempat pulang yang pantas untukku," jawabku, disertai dengan senyum kecut. Semampuku untuk mengernyit dan menahan air mata yang akan keluar dari kelopak mata.Aku tahu siapapun yang mendengar jawaban tersebut akan terdiam, tidak berkutik.Ilkay menunjukkan eskpresi tidak percaya dan berkata, "Lalu ...." Dengan sangat hati-hati dia melanjutkan ucapannya. "Sekarang, kau akan ke mana?"Dia terlihat canggung, tapi mencoba untuk menepis nasib malang yang baru saja aku katakan. Aku menggeleng hebat untuk membalas pertanyaannya."Aku tidak tahu," balasku. "Hanya bertahan hiduplah tujuanku saat ini."Kutatap matanya yang indah, berwarna biru langit dan menenangkan. Seakan-akan warna teduh itu seharusnya berwarna hijau permata.'Aku tidak tahu ke mana aku akan pergi,' pikirku. Semakin merasa sendu dan menyakitkan. 'Untuk membalas dendam kepada Kerajaa

    Last Updated : 2021-09-19
  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [011] Pedagang Kaki Lima dan Apel

    "Kalau begitu, ada syaratnya."Kedua alisnya terangkat menunjukkan bahwa semua yang dikatakan Ilkay telah terencana. Tanpa sadar, aku menggertakkan gigiku dan mengepalkan kedua tangan dengan erat."Akan kuikuti seluruh permintaanmu," ucapku penuh lantang, dengan tatapan penuh keyakinan akan jawabanku.Tempat yang sepi. Tidak ada manusia yang menampakkan batang hidungnya di sini. Tepi desa yang telah ditinggalkan, Ilkay berdiri dengan mata menyipit."Baiklah," ucapnya.Pergerakan tangannya membuatku curiga. Ia merentangan kedua tangannya, seakan memberi isyarat untuk segera mendekatinya."Sekarang, peluk aku," sambungnya dengan santai.Seketika, tubuhku membeku mendengar ucapannya. Tangan yang merentang itu kutatap dengan tidak percaya, lalu beralih pada wajahnya. Tak ingin memeluknya, aku menunjukkan raut wajah penuh jijik kepadanya.Ah, aku menyesal mengatakan tawaranku kepadanya.Namun, kulihat dia menurunkan tangannya

    Last Updated : 2021-09-20
  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [012] Pelabuhan di Bawah Langit Senja

    "Karena tidak ada alasan untuk membantu orang-orang dalam kesulitan."Dia mengenakan jubah yang mewah, juga membawa kuda putih pada saat itu. sekantung koin emas selalu ia bawa ke sana kemari. Matanya indah seperti dewa–atau mungkin juga bisa setampan malaikat.Ilkay tersenyum, meskipun aku hanya melihat tudung kepalanya yang menyebalkan.'Dia mengingatkanku pada perlakuan para bandit kepada wanita tua waktu itu,' pikirku. 'Seharusnya, aku membantunya.'Lalu, penyesalan menghantuiku pada saat itu juga.-oOo-Langkah kaki kian menjauh dari kerumunan, kini berganti dengan rumah dan toko yang banyak. Bau amis ada di mana-mana, bunyi ombak terdengar jelas dari sini.Perjalanan semakin jauh dan sekarang aku yang terus-menerus ditarik olehnya akhirnya sampai di pelabuhan.Kepalaku menengadah di saat aku terus dibawa pergi oleh Ilkay. Mataku menatap kapal-kapal yang tinggi yang membuatku merasa ngilu ketika berada di atas sana.

    Last Updated : 2021-09-23
  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [013] Kejadian Kecil di Pelabuhan

    "Percepat langkah kakimu!" titahnya."B–baik!"Langkah kaki kami kian cepat. Berlari di bawah langit berwarna jingga, menatap matahari yang akan terbenam, lalu tatapan orang yang beragam tertuju hanya padaku.'Pelarian ini ....' Apakah pantas disebut pelarian?Tak ada rasa khawatir seperti pada saat berlari bersama seorang pemberontak. Membebaskan diri dari kurungan sangkar emas.Sangat berbeda.'Apa pilihanku kali ini ialah benar?' pikirku.Kuabaikan seluruh rasa khawatir yang samar, lalu memilih untuk memfokuskan pandangan pada pelabuhan yang indah ini. Matahari akan tenggelam dan tentu berganti dengan bulan. Malam mengerikan di istana dulu mungkin akan tergantikan dengan malam yang penuh dengan rasa bahagia.Berlari di bawah langit senja dengan suasan yang hangat bersama seorang pria yang belum terlalu kukenal.-oOo-Derap langkah kaki terdengar jelas. Suara napas pendek kesulitan untuk menarik udara. Ilk

    Last Updated : 2021-09-25
  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [014] Ksatria Lepas Tanggung Jawab

    "Berbicaralah pada orang itu," pintanya.Lantas, aku menoleh ke samping–tepat pada seorang pria berbadan tegap tengah berjalan semakin jauh dari kami. Ia menggunakan pakaian yang terbuat dari besi, sehingga menjelaskan bahwa pria tersebut merupakan seorang penjaga atau ksatria yang sedang berjaga di sekitar sini.Pandanganku berbalik pada Ilkay. Setelah permintaannya yang luar biasa aneh, aku menatap wajah Ilkay penuh pertanyaan."Kenapa aku?" Selagi Ilkay bisa berbicara dengan mudahnya pada orang yang tidak dikenal.Mengapa harus aku yang melakukannya?Ilkay menunjukkan matanya yang lagi-lagi menyipit. Dari balik penutup kepala dari jubahnya, warna emas pada rambut Ilkay benar-benar membuatku ingin menjambaknya."Ini salah satu cara untuk menghapus pikiran buruk orang-orang terhadapmu," jelasnya.Aku mengernyit. Apakah permintaannya dapat disebut sebagai 'penghapusan dosa'?'Tapi, kenapa harus aku ....' Masih tidak menge

    Last Updated : 2021-09-26
  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [015] Tempat Penginapan 1

    "Kau juga akan mati setelah aku mendapati luka yang tidak terlalu dalam." Ucapannya seakan mengancam dan nadanya terasa dingin. Aku bergidik ngeri mendengar suaranya yang berbeda dari sebelumnya. Sedangkan, pria bertubuh kekar itu membeku di tempat. Ia mengurungkan niat untuk mengangkat kaki yang akan mendekati Ilkay, tatapannya penuh dengan rasa takut. "Dengarlah kabar di hari esok, maka kau akan mengetahui jawabannya," ucap Ilkay, dingin. Sekali lagi, suaranya begitu dingin sampai menusuk tulang-belulangku. Aku merinding dan tak ingin menatap mata birunya yang terkesan dapat membekukan orang-orang yang sedang ditatapnya. Tak ada percakapan lain sehingga digantikan oleh angin berembus yang entah datang dari mana. Lalu– "Apa yang terjadi!?" Seseorang tiba menengahi perdebatan. Ialah seorang pria yang mengenakan pakaian besi yang sama dengan ksatria tadi. Tatapannya terlihat tegas, pria tersebut terkejut melihat teman ksatrianya

    Last Updated : 2021-09-28
  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [016] Kain Hitam Menutup Mulutnya

    Terlalu banyak pasang mata yang menatapku.Terdengar bunyi gelas saling beradu, kursi sengaja diderek, lalu derap langkah kaki yang tergesa-gesa. Duduk di atas kursi yang empuk tetap saja membuatku gelisah.Ada banyak orang yang berlalu-lalang. Mereka sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing, sedangkan aku hanya duduk manis sembari menunggu Ilkay tiba."Maaf, nona."Seseorang berdiri di hadapanku. Menutup penglihatanku untuk menyaksikan banyak orang yang mondar-mandir menyiapkan pesanan dari pelanggan.Aku menengadah. Menatap seorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan. Dia terlihat profesional dan penginapan ini juga terlihat terpandang."Y–ya?" Hampir saja aku lupa untuk menjawab panggilan dari wanita tersebut."Maaf telah menunggu lama, nona. Kami baru selesai melayani seorang bangsawan yang tiba tanpa diundang," ucapnya, jujur.Wanita itu terlihat jujur dan apa adanya. Senyumnya manis, penampilan yang bersih dan

    Last Updated : 2021-10-02
  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [017] Rumah Penginapan (1)

    "Kenapa kau bertanya seperti itu?"Ilkay terkekeh mendengar pertanyaanku barusan. Matanya menyipit dan hampir menyembunyikan iris mata birunya yang indah.Apa yang salah dengan pertanyaanku barusan?Kupilih untuk tidak melanjutkan pertanyaan dan membiarkan pria itu terkekeh dengan sendirinya. Kain hitam yang menutupi mulutnya itu benar-benar menggangguku."Lalu." Aku menarik napas dan mengaturnya. "Kenapa kau tidak membuka kain yang menutup mulutmu meskipun hanya ada aku dan kau di dalam rumah ini?"Ruangan ini kembali diam. Tak ada percakapan berlanjut dan Ilkay memilih untuk membungkam mulutnya dengan mata yang sedikit melebar.Sejenak, keheningan menguasai sebelum ia berdiri. Ilkay menyisir rambut emasnya sambil menampilkan sorot mata yang tajam."Kau tertarik untuk melihat wajahku yang menurutmu mempesona?" tanya Ilkay dengan penuh percaya diri.Lantas, aku menatap tajam padanya. 'Ada apa dengannya?' pikirku, masih tidak ha

    Last Updated : 2021-10-02

Latest chapter

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [063] Kenyataan yang Tak Terduga (2)

    “Siapa gadis itu, Yang Mulia?”Aku menutup mulutku dengan rapat. Kedua alis terangkat dan tubuhku seperti menjadi patung.Bisikan-bisikan semakin terdengar jelas dari belakang. Para pelayan itu semakin menunjukkan rasa penasarannya satu sama lain.Tak bisa berkata-kata, aku pun terus menatap punggung kekar Ilkay yang dibalut jubah kumuh.“Vander,” panggil Ilkay.Pria bernama Vander itu menatap Ilkay penuh penasaran. Tatapan seolah tidak ada tujuan untuk hidup, hanya mengikuti perintah dari seseorang.“Akan kujelaskan nanti setelah kita makan malam. Kau pastinya belum makan malam, bukan?” tanya Ilkay.Terlihat bahwa Vander tertegun. Dia membungkuk, tangan kirinya di letakkan di dada. Tanpa melihat Ilkay, pandangannya tertuju pada tanah.“Ya, Yang Mulia. Akan saya pinta pada kepala koki untuk memasakkannya,” balas Vander.Ilkay mengangguk. Dia berbalik secara tiba-tiba, membuatku terperanjat kaget.Wajah berseri tak pernah pudar di wajahnya setelah memasuki mansion ini. Matanya menatap

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [062] Kenyataan yang Tak Terduga (1)

    “Aku akan jelaskan nanti– jadi, kalian akan membiarkanku berdiri di sini?”Lantas, dua wanita yang tampaknya sangat mengenal Ilkay itu segera berdiri. Mereka beranjak, sambil membungkuk, dan salah satu mereka berjalan mendekati pintu.Pintu tersebut digedor, sampai seorang pria berzirah membuka pintu dengan raut wajah masamnya.Mulutnya hendak terbuka menanyakan apa yang terjadi, tapi kembali tertutup bersamaan dengan mata membelalak kaget.“Oh– Astaga– HORMAT SAYA PADA YANG MULIA.”Aku tercengang. Melihat ksatria tersebut juga menunjukkan sikap yang sama dengan dua pelayan wanita itu.‘Sebenarnya, apa yang terjadi?’Tidak mungkin jika pria di hadapanku saat ini merupakan orang yang disegani atau bisa dibilang dari keluarga kerajaan.Namun, jika dilihat-dilihat, perawakan yang berwibawa dengan senyum profesional, terlihat seperti bangsawan ataupun keluarga kerajaan yang telah diajarkan cara menyimpan masalah melalui senyum manis mereka.Pelajaran etika yang tidak pernah diajarkan pada

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [061] Tempat Peristirahatan (2)

    Aku hanya mengikutinya dari belakang. Lagi dan lagi, entah mengapa aku terlalu menurut pada pria itu.Langkah demi langkah, kudengar terus suara tebasan semak belukar yang ada di depanku. Hanya menggunakan pedang panjang, dia memotongnya dalam sekali tebasan. Begitu hebat dan kuat.Aku pun menengadah. Secara perlahan, langit mulai menggelap. Kini, langit berwarna jingga telah berubah menjadi biru gelap yang dihiasi oleh bintang-bintang.Suara hewan yang ada di hutan ini cukup mengerikan, sunyi senyap yang ditemani dengan suara lolongan.Ilkay tadi mengatakan akan membawanya ke tempat istirahat, tapi maksud dari istirahat tersebut apa?Tak berani mulutku bergerak untuk menanykanannya. Aku diam membisu seperti anak ayam yang baru saja dikenai berang sama induknya. Lalu, mengekor ke sana kemari dalam diam.“Kita sampai,” ucap Ilkay.Aku mengalihkan pandangan. Menatap kakinya yang tidak lagi melangkah. Aku pun ikut berhenti.Kutatap punggungnya yang lebar, lalu bergerak menyamping untuk m

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [060] Tempat Peristirahatan (1)

    “Kekuatan?” tanya Ilkay. Aku mengangguk. “Purnama bulan merah.” Dapat kurasakan keheningan yang mencekam. Melihat Ilkay dengan mata yang sedikit melebar, menunjukkan manik mata biru permata yang indah, lalu mulut tertutup rapat seakan dia terkejut mendengar ucapanku tadi. “Kau tahu cara mengendalikannya?” tanya Ilkay. Barusan, kekuatanku muncul bisa kemungkinan karena untuk melindungiku … tapi, dibilang melindungi, kenapa saat itu aku tidak dilindunginya? Tubuh yang mudah hancur ini tidak tahu cara mengeluarkan kekuatan, apalagi mengendalikannya. Aku pun menggeleng hebat. Menatap Ilkay dengan rasa penuh bersalah dengan kening mengernyit dan mulut cemberut. “Tidak. Aku tidak tahu. Kekuatan itu muncul begitu saja,” jawabku. Entah mengapa … aku merasa diriku yang dulu, bahkan yang sekarang sama-sama merepotkan. “Jadi, dia muncul saat-saat yang genting, huh?” Ilkay bergumam, tapi aku dapat mendengar ucapannya dengan jelas. Kepalaku terangkat untuk melihat wajahnya lagi. Sambil b

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [059] Bangkit Sementara (2)

    ‘Bajunya–’ Mata Ophelia melebar. Mulutnya sedikit ternganga. ‘Ledakan tadi pasti membuat Ilkay kehilangan fokus.’ Hingga, dia kembali pada keadaan Ilkay yang saat ini bertarung melawan Hydra.[]Ophelia POV‘Bajunya–’ Aku melebarkan mata dan bahkan mulutnya menganga melihat ujung bajunya sedikit robek dan penampilannya yang kusut.Kucoba untuk tenang, sambil menatap Ilkay.‘Ledakan tadi pasti membuat Ilkay kehilangan fokus.’Aku pun mengalihkan pandangan. Menjatuhkan pandanganku pada monster yang ternyata sudah menyadari keberadaan kami. Akan tetapi, Ilkay tampak tidak mengetahui ada monster yang sedang menatap kami dengan intens.Tanganku bergerak mengarah ke monster tersebut dan monster itu pun bergerak bersamaan aku memegang tangan kananku.Kedua bahuku terangkat, spontan mataku memejam melihat monster besar tersebut bergerak cepat.‘Bagaimana cara mengeluarkan kekuatan tadi!?’ pikirku.Pikiranku terus tertuju pada kejadian yang sebelumnya. Dimana secara tiba-tiba ledakan terjadi

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [058] Bangkit Sementara (1)

    “Apa tidak ada yang bisa aku bantu?" tanyaku, meskipun tak ada orang yang mendengar pertanyaanku. Lagi-lagi aku mendengus. Tapi, kali ini perasaanku berbeda dari sebelumnya. Tubuhku secara tiba-tiba menggigil dan sesuatu yang ada di belakangku membuat tubuhku membeku. Bayangan yang besar ada di bawah, dan aku dapat menduga siapa yang ada di belakang hanya dengan hangatnya nafas yang mengepul mengenai puncak kepalaku. Mataku melebar, mulutku terkunci, dan suaraku tercekat hanya untuk berteriak. Aku dapat menduga bahwa sesuatu yang besar mengancam nyawaku dan ketika aku berbalik– Ledakan pun terjadi. [] Ilkay berusaha menghindari serangan semburan api yang keluar dari mulut Hybrid. Dia terperanjat kaget ketika mendapati suara ledakan yang begitu nyaring dan besar berada di dekatnya. “Suara apa itu!?” tanyanya. Sempat untuk membalikkan tubuh, mengalihkan pandangan tepatnya pada tempat Ophelia bersembunyi. Ilkay melebarkan mata. Dia tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [057] Dua Monster (2)

    “Setidaknya, biarkan aku membantumu,” pintaku, seakan memelas kepada Ilkay.Namun, alih-alih mendapat izin, Ilkay justru tertawa sinis. Ya, aku yakin dia sedang merendahkanku.“Apa yang bisa kau lakukan?” tanya Ilkay.Pada saat itu, suara lolongan dari serigala terdengar dari dekat. Itu berasal dari monster yang baru saja datang ke tempat ini. Badannya sangat besar, tapi bisa dikatakan sebagai badak. Pada pundaknya, terdapat duri-duri seperti landak dengan ujungnya yang berwarna merah. Seolah merah merupakan darah para penjelajah atau pemburu yang gagal melawannya. Sedangkan wajahnya … seperti serigala dengan mulut yang panjang dan telinga seperti singa. Semua giginya merupakan gigi taring dan itu pun dipenuhi dengan lendir.‘Mo

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [056] Dua Monster (1)

    Aku pun menggeleng hebat yang membuat Ilkay mengernyit.“Kenapa?” tanya Ilkay meminta penjelasan akan sikapku.“Kau ingin melawannya?” tanyaku.Mendengar pertanyaan yang dilontarkan padanya, Ilkay pun menjawab,“Jika aku tidak melakukan itu, mereka akan tetap berada di sini.”Pandangannya berganti pada Hydra yang tak kunjung beranjak dari tempatnya. Sorot mata Ilkay menajam dan tangan yang disembunyikan dari jubah yang sedang dikenakan itu ia keluarkan. Terlihat jelas pedang yang pernah sekali ia gunakan.“Hydra dapat mencium bau manusia dan selama kita tidak muncul, mereka akan tetap berada di tempat ini.”

  • Catatan Setelah Kematian Putri Ophelia   [055] Hydra (2)

    "Kau ...."Ilkay mengeluarkan suaranya, tapi suara tersebut terhenti begitu saja, sampai tangannya bergerak menuju tangan dan menutup wajahnya. Ia mendengus sambil mengusap wajah dengan kasar.Sebenarnya, aku tidak peduli dengan reaksinya. Tapi, melihat pria pengembara itu terlihat frustasi, aku pun mengalihkan pandangan.Aku mencoba untuk berdiri dan membersihkan kedua tangan dengan baju, tapi– ah, sayang sekali jika baju ini kotor. Hanya ada satu baju yang tidak dapat diganti sebelum pria pengembara dengan rambut pirang itu mau membelikanku baju lagi; meskipun itu tidak mungkin.Ilkay yang ada di sampingku menjangkau tanganku, memegangnya dan membersihkannya dengan sapu tangan yang tiba-tiba ada dari dalam jubahnya.&

DMCA.com Protection Status