Share

Sepakat untuk rujuk

Author: Nona_Lyanna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

***

Setelah aku selesai dari toilet, aku bergegas menghampiri Indah dan yang lain.

"Mbak Suci, ini siapa?" tanya Indah polos, melirik pria yang sudah duduk di sebelahnya.

"Saya juga belum sempat berkenalan tadi, he-he ...," sahutku merasa konyol.

"Oya, perkenalkan nama saya Reyhan Adik kandung dari Mas Rian," ujar pemuda tampan itu.

"Oh, pantas sedikit mirip," sambungku tersenyum.

Indah terlihat malu-malu, dan Reyhan juga terlihat begitu. Kali ini sepertiny aku harus menjadi Mak comblang.

"Oya, Reyhan! Kenalin ini adalah Adik angkat saya." Aku merangkul Indah sembari memperkenalkannya.

Raihan tersenyum menatap ke arah Indah, dan berkata. "Hai senang bisa berkenalan denganmu."

Wajah Indah berubah jadi merah merona. Aku dapat mengerti tentang apa yang sedang dirasakan Indah sekarang. Karena, aku juga pernah muda dulu.

Sedangkan Mas Aryo hanya tersenyum menanggapi obrolan kami ini. Ia tak lagi banyak bicara.

Aku menjadi sedih seketika. Cobaan yang dilalui, Mas Aryo memanglah berat.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Bahagia dan air mata

    ***Hari yang ditunggu kini telah tiba. Aku telah memakai kebaya cantik yang berwarna coklat muda. Mas Aryo sudah berjabat tangan dengan Pak penghulu. Janji Suci kini kembali diucap. Mas Aryo melakukan ritual ijab qabul yang kedua bersamaku.Semua berjalan lancar Indah dan Rena juga turut menjadi saksi utuhnya kembali rumah tanggaku dengan Mas Aryo.Setelah semua proses pernikahan selesai, kami duduk bersama. Acara memang tidak begitu mewah, hanya mengundang kerabat dekat saja. Bukan tidak mampu, tapi memang aku ingin yang sederhana."Terima kasih ya, Dek! Mas berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi," ucap Mas Aryo sambil menggenggam erat tanganku."Iya, Mas. Adek percaya, bawa Mas tidak akan mengingkarinya lagi kali ini.""Mbak Rena Mbak Suci kalian sudah menemukan bahagia kalian masing-masing. Sedangkan saya ...." sambung Indah dengan menunduk.Aku tersenyum mendengar ucapan polos Indah itu, begitupun Rena."Hey, Reyhan! Itu adalah sebuah kode, harusnya kamu peka," u

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Mas Aryo tak terselamatkan

    ***Aku berlari ke ruangan rawat Mas Aryo. Terlihat ibu sudah terisak tangis di samping Mas Aryo."Bu, apa yang terjadi?" tanyaku bingung."Suci," lirih Ibu dengan Isak tangis yang menjadi.Tak lama dokter datang. Aku langsung bsrtanya kembali pada dokter."Dok, suami saya baik-baik saja kan? Kenapa dia tak membuka mata?"Dokter hanya diam sambil menundukan wajahya."Dok, katakan!" teriakku."Maaf, Buk Suci. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi Allah berkehendak lain. Pak Aryo tak bisa kami selamatkan."Degh!Detak jantungku seakan berhenti berfungsi ketika mendengar pernyataan dokter. Air mataku tak mau lagi menetes.Ibu perlahan menggeser kursi rodanya meraih tanganku."Aryo sudah meninggalkan kita Nak," lirih Ibu.Aku bergeming, tak tahu harus berbuat apa. Kenyataan ini sungguh meruntuhkan pertahananku.Rena dan Indah memelukku erat, mereka mecoba menguatkan aku."Suci, kamu harus ikhlas. Ini sudah takdir dari yang Maha Kuasa, garis kehidupan kita sudah ditentukan oleh-Nya,

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Pria mirip almarhum Mas Aryo

    ***Sepulang dari mall, aku jadi tak banyak bicara. Pria itu sangat mirip dengan Mas Aryo."Suci, kamu kenapa?" tanya Ibu."Gapapa, Bu." Aku mencoba tersenyum.Dengan perasaan yang tak menentu, kini aku melangkah masuk ke kamar. Pikiranku melayang-layang, kenapa aku bisa bertemu dengan seseorang yang begitu mirip dengan almarhum suamiku.Saat aku masih memikirkan perkara pertemuan tadi, tiba-tiba Rena mengirim pesan.[Ci, jangan lupa, nanti malam ada pameran busana. Aku sudah memilih beberapa gamis cantik yang dirancang sendiri dari tanganku. Itung-itung nyalurin bakat.]Aku hampir lupa, Rena sudah mulai membuat gamis dengan jahitannya sendiri. Menurutku Rena sangat handal. Kebetulan malam ini ada pameran busana hasil tangan sendiri. Semoga saja gamis dari butikku bisa menang.[Siap, Ren.] Aku membalas pesan Rena.***Waktu berjalan, tepat pukul delapan malam aku sudah siap untuk berangkat ke pameran.Aku pergi bersama Ibu, sedangkan Rena telah sampai duluan dengan Indah.Sampai di s

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Tawaran gila istri Mas Arifin

    ***Aku melepaskan pelukan Laura perlahan."Tawaran apa?" tanyaku bingung.Laura menunduk, wajahnya tampak sedih."Tawaran ini sungguh menggadai harga diri saya Mbak," ucapnya.Aku semakin bingung. "Maksudnya? Saya tidak mengerti.""Saya akan menerima Mbak Suci sebagai istri kedua Mas Arifin, tapi sebagai gantinya Mbak Suci harus memberikan saya uang senilai 500juta," papar Laura.Mataku terbelakak mendengar ucapannya, aku sungguh tak bisa mempercayai apa yang aku dengar saat ini."Apa kamu masih waras?" tanyaku mulai emosi.Laura terisak, ia menangis memeluk lututku."Tolong, Mbak! Jangan menolak ini, saya sedang membutuhkan uang," ujarnya pula."Uang sebanyak itu untuk apa?" Aku masih dalam emosi yang tak terkendali."Perusahaan Mas Arifin bangkrut, saya tidak bisa hidup susah. Saya ingin membuka usaha, saya rela menggadaikannya pada Mbak Suci."Aku terdiam, Laura sungguh keterlaluan.Mas Arifin memang sangat mirip dengan Mas Aryo, tapi bukan berarti aku ingin menikah dengannya."M

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Saudara kembar Mas Aryo

    ***Aku sangat cemas di rumah sakit. Kini kuputuskan untuk menghubungi Laura.Akhirnya Laura menuju ke sini."Lakukan saja operasi secepatnya, Dok!" perintahku."Baiklah, Buk. Tetapi anda harus mengurus administrasinya terlebih dahulu," ujar dokter itu.Aku mengangguk tanpa berpikir panjang. Kini aku melangkah mengurus semua pembayaran. Totalnya sangat besar.Tak lama kemudian Laura datang bersama dengan putrinya."Bagaimana keadaan Mas Arifin, Mbak?" tanya Laura cemas."Suamimu harus dioperasi," sahutku jujur."Ya, Allah. Bagaimana cara saya membayar biayanya." Laura luruh ke lantai."Tenanglah, saya sudah mengurus pembayaran.""Terima kasih, Mbak. Pasti jumlahnya sangat besar. Maka dari itu saya akan tepati janji saya untuk menerima Mbak Suci sebagai istri Mas Arifin."Lagi-lagi Laura membahas tentang hal itu. Aku hanya diam tak ingin berdebat kali ini. Jujur saja aku sangat merasa khawatir. Apa lagi pengalamanku yang pernah kehilangan Mas Aryo dulu membuat aku sedikit trauma.Wajah

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Selesai

    ***Sebulan setelah aku pindah rumah. Ibu sering mengeluhkan tentang uang padaku."Ci, Ibu pinjam uangmu lagi ya, Nak. 50juta saja! Arifin mau membuka usaha bersama Laura, kasian mereka." Ibu berkata sambil menggenggam tanganku.Aku bergeming. Lima puluh juta bukan nominal yang kecil. Walaupun aku punya simpanan yang lebih dari itu, tetap saja aku tak bisa sembarangan memberikan pinjaman."Maaf, Bu. Saya sudah investasikan semua tabungan saya," ucapku mengelak.Ibu tampak kesal, wajahnya mendadak jadi murung.Tak lama kemudian Laura dan Mas Arifin datang ke butikku."Bagaimana, Bu? Apakah Ibu sudah bilang ke Mbak Suci?" tanya Laura antusias."Sudah, tapi Suci tak punya uangnya," sahut Ibu."Mana mungkin Mbak Suci tidak punya uang segitu." Laura menatap ke arahku. "Suci, kami akan menggantinya nanti. Tolong berikan pinjaman itu!" Mas Arifin memohon.Aku semakin muak melihat sikap Mas Arifin. Seburuk-buruknya almarhum suamiku pernah berbuat salah dulu. Namun, tak pernah memaksaku untu

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Hari yang melelahkan.

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 1.***Namaku Bunga. Aku berusia 18 tahun, dan aku hanya lulusan SD, aku tidak bisa melanjutkan pendidikanku karena kurangnya biaya!Ayahku beberapa tahun belakangan ini mengalami stroke dan tidak bisa lagi mencari nafkah. Lalu tugas Ayah di ambil alih oleh Ibuku. Semenjak Ayah terbaring sakit, setiap hari Ibu membuat kue untuk di jual keliling ....Aku yang membantu Ibu menjual kue keliling kampung!Seperti biasa hari ini aku bersiap-siap untuk menjajakan dagangan kue Ibu."Bunga sayang sudah siap Nak?""Iyaa bu ... Bunga sudah siap." Aku bergegas menghampiri Ibu dan Segera membawa kue untuk di jual keliling."Bunga pamit Bu, doain ya semoga laris hari ini.""Pasti dong sayang Ibu selalu do'akan."Aku berjalan kaki mengitari kampung."Kue ... kue ....""Kue nya Buk?" tawarku pada sekerumunan Ibu-Ibu yang sedang asyik bergosip."Berapa dek?" tanya salah seorang Ibu itu."Seribuan saja Buk!" jawabku sambil tersenyum."Bungkusin sepula

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Pria sombong itu ternyata ....

    Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 2.***"Reza! Kamu kok bisa ada di sini?" tanya Mbak Luna yang terdengar begitu akrab."Iya, Mbak. ada urusan yang berhubungan dengan pekerjaanku," sahutnya."Oh begitu, mobilmu kenapa?" tanya Mbak Luna lagi."Gak tau Mbak, tiba-tiba mogok," jawabnya pasrah."Hmmm ... Gak jauh dari sini ada bengkel kok," sambungku."Eh, kamuu!" Pria itu terlihat kaget saat melihatku."Kalian saling kenal?" tanya Mbak Luna heran.Bukan kenal! Tetapi sial. Pria ini telah berbuat salah, tetapi malah menghinaku. Menyebalkan!"Tadi pas Bunga lagi jualan kue keliling, Bunga terkena cipratan genangan air akibat pria sombong ini Mbak," jawabku dengan kesal."Eh, Bunga! Yang sopan kamu bicara sama Reza. Dia ini tetangga Mbak di kota," jelas Mbak Luna."Apa Mbak?" Aku sontak kaget," berarti di kota aku bakalan sering bertemu dengan pria menyebalkan ini," keluhku dalam hati.Pria yang bernama Reza itu tersenyum sinis mendapat pembelaan dari Mbak Luna. Moodku men

Latest chapter

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Tamat.

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 25.***POV Reno.***Hari ini adalah hari paling membahagiakan sepanjang hidupku. Ibu akan berangkat umroh memenuhi impiannya. "Titip Sita ya, Ren. Tolong jaga dia dengan baik selama Ibu tidak di rumah," kata Ibu. Sebelum ia berangkat.Aku tersenyum mengiyakannya. Betapa Ibu sangat menyayangi Sita..Waktu berjalan, aku dan Sita kompak mengurusi usaha yang kini tengah naik daun."Rumah terasa sepi ya, Mas tanpa Ibu," ucap Sita sedih."Iya, Dek. Tapi Ibu kan tidak lama di sana," sahutku."Aku sudah tak bisa jauh-jauh dari Ibu," papar istriku.Aku meraihnya ke dalam dekapanku. "Terima kasih, Dek. Terima kasih karena telah membuat Mas begitu bangga padamu.".10 hari kemudian ....Ibu pulang dan kami kembali berkumpul. Rasanya sangat membahagiakan."Ibu," lirih Sita memeluk tubuh Ibu."Kenapa, sayang? Kau pasti merindukan Ibu kan?" Ibu tersenyum sambil membelai kepala Sita.Sita menangis tanpa menjawab. Sedangkan aku turut bergabung da

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Sejahtera. POV Sita.

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 24.***POV Sita.Sore itu aku mendapat pesan dari aplikasi biru yang sedang aku buka. Seorang teman lama mengajakku bertemu dengan dalih ingin memperkenalkan produk kosmetik ternama miliknya.Aku yang memang sedang bosan di rumah, akhirnya setuju dan menemuinya.Kami bertemu di restoran yang sudah disepakati."Hay, Sita! Kamu tampak lebih cantik sekarang," sapa Budi sekaligus memuji.Ya, namanya Budi. Teman sekolahku dulu waktu masih SMA."Hey, terima kasih.""Oya, langsung saja aku kasih kamu lihat tentang produkku ini."Budi mengeluarkan berbagai jenis skincare. Aku memeriksanya satu persatu. Namun, aku ragu dan tak tertarik."Hem, aku sebenarnya sudah cocok dengan skincare lamaku, Bud.""Cobain dulu aja! Atau kamu coba lipstik ini. Biar aku pasangkan."Budi dengan sigap ingin mengoleskan lipstik itu di bibirku, tapi aku menepis tangannya dengan cepat."Jangan kurangajar! Aku sudah menikah, dan jika ada yang melihat maka pasti akan

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kebenaran terungkap

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 23.***Aku menggeleng dan hendak berlalu dari gudang ini.Namun, pintu tak bisa dibuka."Tolong! Tolong!"Buk Fatma tiba-tiba menjerit minta tolong sembari merobek bajunya sendiri."Apa maksud Buk Fatma melakukan ini?" tanyaku dengan raut wajah entah bagaimana."Tolong! Tolong saya!" teriaknya lagi.Aku panik dan tak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali aku memutar gagang pintu.Namun, seketika Buk Fatma memelukku dari belakang."Tolong!""Lepas, Buk! Anda sudah kehilangan akal!" hardikku.Buk Fatma terus berteriak minta tolong sambil mendekapku erat.Hingga tiba-tiba pintu dibuka dari luar."Tolong saya," lirih Buk Fatma yang ambruk ke lantai."Buk Fatma, ayo cepat bantu Buk Fatma," ujar sekuriti.Saat ini di depan gudang sudah ramai para pegawai berkumpul. Mereka menatapku tajam serta memaki berbagai umpatan kasar."Dasar tak tahu terima kasih! Sudah diberi jabatan tinggi, malah ingin memperkosa atasan sendiri," ucap para wanita ya

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kembali harmonis dan kiriman aneh

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 22.***POV Reno. Sore ini aku pulang dengan penuh semangat. Rasa rinduku menumpuk ingin segera bertemu Sita. Hubungan kami yang renggang membuah aku begitu tersiksa. Dan perubahan sikap istriku sudah cukup mengobati lukaku yang sebelumnya tercipta..Sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar mencari keberadaan Sita. Namun, istriku tak ada di dalam kamarnya. Kemudian aku ke dapur untuk mengecek. "Bu, Sita ke mana?" tanyaku pada Ibu."Tadi katanya ada teman lamanya yang ngajak bertemu di luar. Ibu sudah menyuruh Sita untuk meminta izinmu terlebih dahulu," ujar Ibu."Oh, ya sudah kalau begitu." Aku tak ingin memperpanjang masalah kecil lagi. Mungkin Sita suntuk dan butuh hiburan di luar. Tentang izin dariku, aku mengerti Sita masih marah. Jadi mana mungkin dia mau menghubungiku terlebih dahulu..Hampir satu jam berlalu, Sita pulang dengan wajah sumringah."Kamu habis ketemu siapa, Dek?" tanyaku menyelidik."Seseorang, Mas

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   POV Fatma

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 21.***POV Fatma.Setelah mendapat alamat rumah orang tua Sita, aku langsung bergegas menemuinya di sana. Sebelumnya aku juga sudah mengatakan pada keluarga Reno.Sampai di kediaman orang tua Sita, aku dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangganya."Buk Fatma, dari mana tahu alamat rumah orang tuaku?" tanya Sita menatap sinis padaku."Dari siapa lagi kalau bukan dari Reno," jawabku santai.Sita semakin menatapku tak suka. Tak lama kemudian kedua orang tuanya turut bergabung duduk di dekat kami."Jadi kamu yang bernama Fatma?" tanya lelaki yang masih tampak gagah di usia yang tidak muda lagi itu.Aku mengangguk pelan sambil tersenyum."Wanita ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Pa. Dibalik sikap lembutnya, tersimpan racun yang berbisa," cibir Sita.Aku berdehem pelan menanggapi ucapannya. Senyumku masih terpasang. Menghadapi orang seperti Sita cukup dengan ketenangan."Sebelumnya saya minta maaf. Namun, saya tak mau berlama-lama m

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Perubahan sikap istriku

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 20***"Dalam rangka apa Ibu ingin mengundang Buk Fatma?" tanyaku menyelidik."Ingin meminta maaf. Ibu dan Sita sudah sepakat untuk meminta maaf secara langsung pada Fatma. Tolong kau undang dia malam ini ya, Ren." Lembut suara Ibu membuat aku tak bisa menolak."Baiklah, Bu."Aku berlalu ke dalam kamar dan meninggalkan mereka yang tengah sibuk memasak.Rasanya sedikit lega jika Sita benar-benar bisa menyayangi Ibuku seperti aku menyayanginya..Di dalam kamar, aku menelepon atasanku untuk memberitahu kabar bahagia ini.Panggilanku berdering dan dijawab dengan cepat."Halo, Ren! Tumben telepon. Ada apa?" tanya-nya terdengar senang."Iya, Buk Fatma. Maaf jika saya mengganggu. Saya hanya ingin mengundang Buk Fatma untuk makan malam. Ini adalah permintaan dari Ibu," ujarku."Alhamdulillah, saya senang sekali menerima undangan dari beliau. Saya pasti datang, Ren.""Terima kasih, Buk Fatma. Kami semua menunggu kedatangan Buk Fatma nanti mala

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Ada yang ganjil

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 19***"Sita sudah berubah jadi lebih baik. Tak pantas jika Ibu mencampakkannya. Silakan keluar, Ren. Bawa ponselmu ini! Ibu tak butuh bukti rekaman semacam ini."Langkahku terdorong mundur. Rasanya tak percaya mendapat tanggapan seperti ini dari Ibu.Kenapa Ibu dibutakan oleh Sita?Apa yang telah Sita katakan pada Ibu?Benarkah ada ancaman?Akhirnya aku berjalan menuju kamar. Di dalamnya tentu ada Sita yang sedang bersantai."Mas," lirihnya canggung saat melihat wajahku.Aku menatap matanya tajam tanpa sebuah senyuman. Hatiku telah panas, sepanas suasana siang hari di ibukota ini."Apa yang kau lakukan terhadap Ibuku? Kenapa Ibu seolah melindungimu walau kenyataannya telah membuktikan kau bersalah, Dek." Bergetar suaraku mengutarakan hal tersebut."Kenyataan apa maksudmu, Mas?" tanya Sita berlagak heran."Jangan pura-pura lagi, Sita! Lihatlah ini!"Aku melempar ponselku ke ranjang dan membiarkan rekaman itu terputar.Sita meraihnya da

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kelicikan Sita

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 18***POV Reno.Aku ke kantor dengan perasaan resah dan gelisah. Melihat sikap Ibu yang bersikeras membela Sita, membuat aku ikut merasa bersalah.Kenapa aku sebagai seorang suami tak bisa mempercayainya sedikit saja seperti Ibu?Apakah istriku seburuk itu?.Sampai aku di kantor dan masuk ke dalam ruangan. Bukannya mengerjakan tugas, aku malah merenungi semua yang sedang terjadi.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanku. Dapat dipastikan yang datang adalah Buk Fatma."Masuk," lirihku dengan malas.Senyum indah Buk Fatma terukir saat menatap wajahku."Ren, maaf untuk keributan yang tercipta di rumahmu tadi. Saya benar-benar mengkhawatirkan Ibu. Tidak lebih dari itu Ren," ujarnya."Iya, Buk Fatma. Saya yang minta maaf atas sikap Ibu saya. Namun, biasanya beliau memang memiliki feeling yang kuat," paparku.Wajah Buk Fatma langsung berubah jadi kesal. Aku sadar, ucapanku mungkin sedikit menyinggungnya."Ibu terlalu baik d

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Ibu mertuaku cerdas

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 17***POV Sita.Setelah suamiku berangkat ke kantor. Tak lama bel berbunyi. Aku mengintip dari balik tirai, ternyata wanita munafik itu yang datang."Nak, kenapa tak dibuka pintunya?" tanya Ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangku.Aku menarik pelan tangan Ibu untuk segera menjauh."Bu, di luar ada Buk Fatma. Apa Ibu mau bekerjasama denganku?"Alis Ibu mertua bertaut saat mendengar ucapanku."Bekerjasama apa, Sita?""Ibu bukain pintu, dan jangan bilang kalau aku sudah kembali. Aku ingin mendengar apa saja yang akan dia katakan.""Tapi, Nak. Ibu tidak terbiasa berbohong.""Ayolah, Bu. Aku hanya ingin membuktikan pada Ibu, kalau Buk Fatma itu tidak sebaik yang kalian kira."Dengan ragu, akhirnya Ibu mengangguk.Aku langsung bersembunyi di balik sudut pembatas ruangan.Setelah Ibu membuka pintu, keduanya pun segera duduk di sofa.Aku dapat melihat dengan jelas kalau saat ini Buk Fatma memasang wajah sedih dan sangat polos.Berbeda saat i

DMCA.com Protection Status