Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 1Jangan lupa tekan love dan tinggalkan komentar!***"Ibu bisa masak tidak?""Maaf, Nak. Ibu tadi lupa ngecelin apinya pas lagi motong sayuran. Maklum sudah tua, jadi agak pikun."Aku yang memutar langkahku kembali ke dalam rumah, mendengar suara keributan itu. Dengan setengah berjinjit aku melangkah penuh hati-hati. Dari balik sudut ruangan pembatas dapur, aku dapat melihat Sita, istri yang baru aku nikahi tiga bulan itu menunjuk-nunjuk ke arah wajah Ibu."Halah! Alasan saja. Aku sudah lapar, Bu. Cepat masakan aku daging yang baru!" bentak Sita memerintah Ibu dengan sangat kurangajar.Gerakan dadaku naik turun, rasanya darah sudah mendidih hingga ke ubun-ubun.Selama dua bulan terakhir, aku sudah mendapat aduan dari tetangga. Kata mereka Sita sering marah pada Ibu, bahkan Sita tidak segan untuk membentaknya di tempat umum.Aku selalu menanyakan hat tersebut pada Sita, tapi ia berkilah dan mampu membuat aku percaya dan kembali luluh
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 2***Aku bangkit, dan menatap serius ke arah wajah Sita.Ia tampak gelisah serta salah tingkah."Sebutkan kesalahan apa yang sering Ibuku perbuat?" tanyaku mengulang kalimat yang sama."Ibu ... Ibu sering gosong ketika memasak daging, Mas. Kadang Ibu juga suka menaruh pel sembarangan. Aku lelah membereskan tugasnya yang tak pernah dikerjakan dengan benar," papar Sita.Rahangku mengeras mendengar penjelasan Sita. Ibu yang berada di sampingku sepertinya menyadari akan amarahku yang kembali memuncak.Dengan penuh kasih sayang, Ibu menggenggam lembut tanganku.Kutatap matanya, ada keteduhan yang sangat menentramkan hatiku."Ibu yang salah, Nak. Jangan diperpanjang lagi! Berangkatlah ke kantor sekarang!" ujar Ibu."Tidak, Bu. Ini bukan salah Ibu, tapi semua adalah kesalahanku. Aku bersalah karena terlalu mempercayai Sita. Sedangkan bisikan tetangga sudah sering memperingatiku dan memberitahuku tentang sikap Sita terhadap Ibu.""Mas, aku m
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 3***"Itu tadi tangan Ibu kebakar, Mas!" sambung Sita yang tiba-tiba menyusul ke depan.Alisku bertaut mendengar jawabannya. "Kebakar bagaimana?""Em anu, Ren. Tadi Ibu panik ketika dagingnya gosong, jadi Ibu mengangkatnya tanpa alas tangan," papar Ibu."Astagfirullah, Bu. Lain kali hati-hati. Ibu tak usah memasak lagi! Sekarang kan sudah ada Sita, biarkan dia yang mengerjakan tugas itu, Bu.""Iya, Mas. Aku juga sudah sering berkata demikian pada Ibu," sahut Sita."Mas sudah telat, Dek. Jadi tolong kamu yang obati tangan Ibu, ya." "Baik, Mas."Aku melangkah dengan ragu-ragu. Semoga Sita benar-benar memperlakukan Ibu dengan baik setelah aku pergi.Kejadian hari ini masih bisa aku maafkan, karena Ibu juga masih membenarkan pembelaan Sita.Untuk selanjutnya aku tak bisa percaya begitu saja. Aku akan tetap mengawasi, jangan sampai surgaku terluka hatinya karena kelalaianku sebagai seorang suami dalam mendidik istri.--Di kantor. Aku ha
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 4.***Semua bersorak riang mendengar keputusan Buk Fatma."Selamat, Ren. Kau memang pantas mendapatkannya," ujar Tejo.Aku tersenyum penuh haru. Mereka semua sangat baik dan mendukungku."Terima kasih."Semua ini berkat doa tulus Ibu. Aku bukan apa-apa tanpa restu darinya..Jam istirahat, aku makan di kantin bersama yang lain."Lho, Ren. Kamu kan sekarang sudah jadi asisten pribadi Buk Fatma, kok masih mau makan di sini bareng kita," ujar Rama, temanku juga."Apa salahnya. Lagian aku tetaplah Reno yang sama," sahutku."Kamu memang yang terbaik, Ren. Syukurlah Buk Fatma memecat Pak Budi, karena dia sudah banyak melakukan korupsi," ujar Tejo pula.Aku mendengar cerita mereka, akhirnya aku pun tahu alasan Buk Fatma memecatnya. Selama ini aku bekerja, sangat jarang sekali ikut mendengarkan berita miring tentang siapa pun termasuk Pak Budi. --Jam pulang kerja."Ren, mulai besok kamu berangkat menggunakan mobil kantor saja! Tidak perlu
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 5***"Lihat tangan Ibu ini, Dek! Tidak ada bekas obat yang kau berikan! Malah Ibu masih mencuci piring dengan tangan yang harusnya tak boleh terkena air! Tadi Adek bilang apa? Sudah mengerjakan semuanya? Lalu kenapa Ibu masih mencuci banyak piring?""Cukup, Mas! Aku bukan pembantu!" hardik istriku dengan nada tinggi yang membuat aku terkejut.Gerakan dada Sita naik turun dengan napas yang memburu. Ia tampak marah, tapi kenapa?Bukankah harusnya aku yang marah?"Mas menikahiku hanya untuk dijadikan budak di rumah ini? Begitu, Mas?""Sita, jangan bicara seperti itu, Nak! Tidak baik," sambung Ibu."Diam, Bu! Hari ini Ibu senang kan? Ibu berhasil membuat rumah tangga kami bersitegang! Ibu sengaja? Ibu tidak suka padaku? Ibu memang ....""Hentikan, Sita!" sanggahku. "Dia Ibuku, dan kau tak pantas bicara sekeras itu padanya!" "Memang, Mas. Dia memang Ibumu, tapi bukan Ibuku. Itulah alasannya, kenapa Ibu tak pernah menyayangi aku. Ibu seng
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 6***POV Sita.Aku sampai di rumah Mama dengan menggunakan taksi. Perasaanku kesal sekali, punya suami tapi lebih memihak ke Ibunya ketimbang istri."Sita, tumben ke sini malam-malam," ujar Mama dengan heran.Aku membuang napas kasar sembari duduk di sofa empuk milik orang tuaku."Mas Reno berniat memulangkan aku ke sini, Ma. Daripada harga diriku terinjak-injak, aku lebih memilih pulang sendiri.""Apa?" Mata Mama melotot.Aku mengangguk dengan malas."Semua pasti ada alasannya, Sita. Katakan apa yang sudah kau perbuat hingga Reno menjadi semurka itu?" tanya Mama.Dasar payah. Aku pulang untuk tenang, malah dibuat semakin runyam."Apa lagi masalahku kalau bukan berselisih dengan mertua, Ma. Tahu sendiri gimana hidup serumah dengan Ibu mertua. Menyebalkan," ucapku geram."Mama mengenal mertuamu cukup baik. Beliau sangat sabar, lemah lembut, dan penyayang. Apa masalahmu dengannya?"Bahkan Mamaku sendiri malah membela Ibu mertua. "Sita
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 7***POV Sita.Pagi harinya.Aku bangun seperti biasa. Semua sarapan telah tersedia.Tumben tak ada drama Mas Reno yang meminta aku untuk membantu menyiapkan sarapan.Perlahan aku menarik kursi dan duduk. Mas Reno menghampiriku dengan wajah datar."Mas, kenapa tidak membangunkan aku?""Hem, tidurmu terlalu nyenyak."Dingin terdengar nada suara suamiku itu."Mas, aku minta maaf. Jangan marah lagi, ya.""Ucapan maaf saja tidak cukup, Dek. Mas ingin kau berubah, dan menyadari bagian mana yang salah dari sikapmu!"Aku mengangguk dengan terpaksa.Tak lama Ibu muncul dengan seorang wanita yang usianya kutafsir sekitar 40 tahunan."Sita, mulai hari ini kita sudah memiliki asisten rumah tangga. Bik Asih ini yang akan membantu kita mengerjakan pekerjaan rumah, Nak." Keningku berkerut mendengarnya. Ternyata Mas Reno benar-benar memperkerjakan pembantu.Dasar sok mampu. Uang bulananku pastinya akan berkurang nanti."Mas, mau bayar pakai apa? G
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 8***POV Reno.Saat jam pulang kantor, Buk Fatma menghampiriku."Ren, boleh saya mampir ke rumahmu?" tanya-nya yang membuat aku menelan ludah dengan cepat.Kenapa Buk Fatma mendadak ingin ke rumah?"Bo-boleh, Buk. Tapi ada gerangan apakah kiranya yang membuat Buk Fatma mau mampir ke rumah?"Atasan mudaku itu tersenyum seperti biasa. Setiap hari wajahnya selalu sumringah. Jarang sekali ia marah atau pun berbicara dengan nada tinggi.Jika ingin tahu bagaimana sosoknya, lihat saja artis Naysila Mirdad. Buk Fatma sangat mirip dengannya, dan juga karakternya. "Saya ingin bertemu dengan Ibumu. Sebab, saya sering mendengar kamu menyebutnya dalam setiap keberhasilanmu. Saya yakin, beliau pasti sosok yang sangat istimewa."Aku ikut tersenyum mendengar ucapan manis Buk Fatma.Detik berikutnya kami pulang bersama. Sedangkan sopir yang biasa menjemput dikabarkan untuk libur sore ini. Itu berarti aku juga yang akan mengantar Buk Fatma pulang nant
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 25.***POV Reno.***Hari ini adalah hari paling membahagiakan sepanjang hidupku. Ibu akan berangkat umroh memenuhi impiannya. "Titip Sita ya, Ren. Tolong jaga dia dengan baik selama Ibu tidak di rumah," kata Ibu. Sebelum ia berangkat.Aku tersenyum mengiyakannya. Betapa Ibu sangat menyayangi Sita..Waktu berjalan, aku dan Sita kompak mengurusi usaha yang kini tengah naik daun."Rumah terasa sepi ya, Mas tanpa Ibu," ucap Sita sedih."Iya, Dek. Tapi Ibu kan tidak lama di sana," sahutku."Aku sudah tak bisa jauh-jauh dari Ibu," papar istriku.Aku meraihnya ke dalam dekapanku. "Terima kasih, Dek. Terima kasih karena telah membuat Mas begitu bangga padamu.".10 hari kemudian ....Ibu pulang dan kami kembali berkumpul. Rasanya sangat membahagiakan."Ibu," lirih Sita memeluk tubuh Ibu."Kenapa, sayang? Kau pasti merindukan Ibu kan?" Ibu tersenyum sambil membelai kepala Sita.Sita menangis tanpa menjawab. Sedangkan aku turut bergabung da
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 24.***POV Sita.Sore itu aku mendapat pesan dari aplikasi biru yang sedang aku buka. Seorang teman lama mengajakku bertemu dengan dalih ingin memperkenalkan produk kosmetik ternama miliknya.Aku yang memang sedang bosan di rumah, akhirnya setuju dan menemuinya.Kami bertemu di restoran yang sudah disepakati."Hay, Sita! Kamu tampak lebih cantik sekarang," sapa Budi sekaligus memuji.Ya, namanya Budi. Teman sekolahku dulu waktu masih SMA."Hey, terima kasih.""Oya, langsung saja aku kasih kamu lihat tentang produkku ini."Budi mengeluarkan berbagai jenis skincare. Aku memeriksanya satu persatu. Namun, aku ragu dan tak tertarik."Hem, aku sebenarnya sudah cocok dengan skincare lamaku, Bud.""Cobain dulu aja! Atau kamu coba lipstik ini. Biar aku pasangkan."Budi dengan sigap ingin mengoleskan lipstik itu di bibirku, tapi aku menepis tangannya dengan cepat."Jangan kurangajar! Aku sudah menikah, dan jika ada yang melihat maka pasti akan
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 23.***Aku menggeleng dan hendak berlalu dari gudang ini.Namun, pintu tak bisa dibuka."Tolong! Tolong!"Buk Fatma tiba-tiba menjerit minta tolong sembari merobek bajunya sendiri."Apa maksud Buk Fatma melakukan ini?" tanyaku dengan raut wajah entah bagaimana."Tolong! Tolong saya!" teriaknya lagi.Aku panik dan tak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali aku memutar gagang pintu.Namun, seketika Buk Fatma memelukku dari belakang."Tolong!""Lepas, Buk! Anda sudah kehilangan akal!" hardikku.Buk Fatma terus berteriak minta tolong sambil mendekapku erat.Hingga tiba-tiba pintu dibuka dari luar."Tolong saya," lirih Buk Fatma yang ambruk ke lantai."Buk Fatma, ayo cepat bantu Buk Fatma," ujar sekuriti.Saat ini di depan gudang sudah ramai para pegawai berkumpul. Mereka menatapku tajam serta memaki berbagai umpatan kasar."Dasar tak tahu terima kasih! Sudah diberi jabatan tinggi, malah ingin memperkosa atasan sendiri," ucap para wanita ya
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 22.***POV Reno. Sore ini aku pulang dengan penuh semangat. Rasa rinduku menumpuk ingin segera bertemu Sita. Hubungan kami yang renggang membuah aku begitu tersiksa. Dan perubahan sikap istriku sudah cukup mengobati lukaku yang sebelumnya tercipta..Sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar mencari keberadaan Sita. Namun, istriku tak ada di dalam kamarnya. Kemudian aku ke dapur untuk mengecek. "Bu, Sita ke mana?" tanyaku pada Ibu."Tadi katanya ada teman lamanya yang ngajak bertemu di luar. Ibu sudah menyuruh Sita untuk meminta izinmu terlebih dahulu," ujar Ibu."Oh, ya sudah kalau begitu." Aku tak ingin memperpanjang masalah kecil lagi. Mungkin Sita suntuk dan butuh hiburan di luar. Tentang izin dariku, aku mengerti Sita masih marah. Jadi mana mungkin dia mau menghubungiku terlebih dahulu..Hampir satu jam berlalu, Sita pulang dengan wajah sumringah."Kamu habis ketemu siapa, Dek?" tanyaku menyelidik."Seseorang, Mas
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 21.***POV Fatma.Setelah mendapat alamat rumah orang tua Sita, aku langsung bergegas menemuinya di sana. Sebelumnya aku juga sudah mengatakan pada keluarga Reno.Sampai di kediaman orang tua Sita, aku dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangganya."Buk Fatma, dari mana tahu alamat rumah orang tuaku?" tanya Sita menatap sinis padaku."Dari siapa lagi kalau bukan dari Reno," jawabku santai.Sita semakin menatapku tak suka. Tak lama kemudian kedua orang tuanya turut bergabung duduk di dekat kami."Jadi kamu yang bernama Fatma?" tanya lelaki yang masih tampak gagah di usia yang tidak muda lagi itu.Aku mengangguk pelan sambil tersenyum."Wanita ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Pa. Dibalik sikap lembutnya, tersimpan racun yang berbisa," cibir Sita.Aku berdehem pelan menanggapi ucapannya. Senyumku masih terpasang. Menghadapi orang seperti Sita cukup dengan ketenangan."Sebelumnya saya minta maaf. Namun, saya tak mau berlama-lama m
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 20***"Dalam rangka apa Ibu ingin mengundang Buk Fatma?" tanyaku menyelidik."Ingin meminta maaf. Ibu dan Sita sudah sepakat untuk meminta maaf secara langsung pada Fatma. Tolong kau undang dia malam ini ya, Ren." Lembut suara Ibu membuat aku tak bisa menolak."Baiklah, Bu."Aku berlalu ke dalam kamar dan meninggalkan mereka yang tengah sibuk memasak.Rasanya sedikit lega jika Sita benar-benar bisa menyayangi Ibuku seperti aku menyayanginya..Di dalam kamar, aku menelepon atasanku untuk memberitahu kabar bahagia ini.Panggilanku berdering dan dijawab dengan cepat."Halo, Ren! Tumben telepon. Ada apa?" tanya-nya terdengar senang."Iya, Buk Fatma. Maaf jika saya mengganggu. Saya hanya ingin mengundang Buk Fatma untuk makan malam. Ini adalah permintaan dari Ibu," ujarku."Alhamdulillah, saya senang sekali menerima undangan dari beliau. Saya pasti datang, Ren.""Terima kasih, Buk Fatma. Kami semua menunggu kedatangan Buk Fatma nanti mala
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 19***"Sita sudah berubah jadi lebih baik. Tak pantas jika Ibu mencampakkannya. Silakan keluar, Ren. Bawa ponselmu ini! Ibu tak butuh bukti rekaman semacam ini."Langkahku terdorong mundur. Rasanya tak percaya mendapat tanggapan seperti ini dari Ibu.Kenapa Ibu dibutakan oleh Sita?Apa yang telah Sita katakan pada Ibu?Benarkah ada ancaman?Akhirnya aku berjalan menuju kamar. Di dalamnya tentu ada Sita yang sedang bersantai."Mas," lirihnya canggung saat melihat wajahku.Aku menatap matanya tajam tanpa sebuah senyuman. Hatiku telah panas, sepanas suasana siang hari di ibukota ini."Apa yang kau lakukan terhadap Ibuku? Kenapa Ibu seolah melindungimu walau kenyataannya telah membuktikan kau bersalah, Dek." Bergetar suaraku mengutarakan hal tersebut."Kenyataan apa maksudmu, Mas?" tanya Sita berlagak heran."Jangan pura-pura lagi, Sita! Lihatlah ini!"Aku melempar ponselku ke ranjang dan membiarkan rekaman itu terputar.Sita meraihnya da
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 18***POV Reno.Aku ke kantor dengan perasaan resah dan gelisah. Melihat sikap Ibu yang bersikeras membela Sita, membuat aku ikut merasa bersalah.Kenapa aku sebagai seorang suami tak bisa mempercayainya sedikit saja seperti Ibu?Apakah istriku seburuk itu?.Sampai aku di kantor dan masuk ke dalam ruangan. Bukannya mengerjakan tugas, aku malah merenungi semua yang sedang terjadi.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanku. Dapat dipastikan yang datang adalah Buk Fatma."Masuk," lirihku dengan malas.Senyum indah Buk Fatma terukir saat menatap wajahku."Ren, maaf untuk keributan yang tercipta di rumahmu tadi. Saya benar-benar mengkhawatirkan Ibu. Tidak lebih dari itu Ren," ujarnya."Iya, Buk Fatma. Saya yang minta maaf atas sikap Ibu saya. Namun, biasanya beliau memang memiliki feeling yang kuat," paparku.Wajah Buk Fatma langsung berubah jadi kesal. Aku sadar, ucapanku mungkin sedikit menyinggungnya."Ibu terlalu baik d
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 17***POV Sita.Setelah suamiku berangkat ke kantor. Tak lama bel berbunyi. Aku mengintip dari balik tirai, ternyata wanita munafik itu yang datang."Nak, kenapa tak dibuka pintunya?" tanya Ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangku.Aku menarik pelan tangan Ibu untuk segera menjauh."Bu, di luar ada Buk Fatma. Apa Ibu mau bekerjasama denganku?"Alis Ibu mertua bertaut saat mendengar ucapanku."Bekerjasama apa, Sita?""Ibu bukain pintu, dan jangan bilang kalau aku sudah kembali. Aku ingin mendengar apa saja yang akan dia katakan.""Tapi, Nak. Ibu tidak terbiasa berbohong.""Ayolah, Bu. Aku hanya ingin membuktikan pada Ibu, kalau Buk Fatma itu tidak sebaik yang kalian kira."Dengan ragu, akhirnya Ibu mengangguk.Aku langsung bersembunyi di balik sudut pembatas ruangan.Setelah Ibu membuka pintu, keduanya pun segera duduk di sofa.Aku dapat melihat dengan jelas kalau saat ini Buk Fatma memasang wajah sedih dan sangat polos.Berbeda saat i