Share

Rena tersipu malu, aku terasa pilu

Author: Nona_Lyanna
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Part: 18

***

"Kenapa kalian tampak kaget begitu?" tanya Dokter Wiliam heran.

Aku cepat-cepat menstabilkan degub jantungku, dan Rena, ia tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.

Sedari tadi makanan yang dipesannya hanya diaduk-aduk tak karuan.

"Dokter mau melamar siapa?" Aku bertanya dengan hati-hati.

"Rahasia dong, kalian cukup katakan hal apa yang paling disukai kaum wanita!"

Rena masih tak bersuara, wajahnya tampak lesu seketika.

"Wanita itu suka kepastian, kalau memang Dokter mau melamar seseorang, cepatlah lakukan, karena menunggu terlalu lama itu membesonkan bagi wanita, dan satu lagi, wanita suka laki-laki yang jujur dan berani dalam menyatakan perasaan." Aku berlagak bijak kali ini.

Rena masih membisu, bahkan ia tidak tertarik untuk membahas topik ini.

Dokter Wiliam mengangguk mendengar perkataanku, ia juga memandang ke arah Rena yang tampak tak bersemangat.

"Gadis bawel, kenapa mendadak jadi pendiam?" Goda Dokter Wiliam.

Rena hanya menatap sekilas, lalu membuang kembali pandang
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Rena dan Dokter Wiliam hilang kabar

    Part: 19***Aku dan Rena bersemangat sekali hari ini, toko pakaianku pun sudah sangat ramai sekarang.Setelah jam makan siang, Dokter Wiliam menjemput Rena. "Hey, bos Suci! Apa saya boleh meminjam temanmu sebentar?" tanya Dokter Wiliam meminta izin."Tentu saja, tolong kembalikan lagi dengan utuh seperti ini!" Aku melempar candaan.Walau pun hati sebenarnya sedikit perih."Tenang saja, ayo Ren!"Rena hanya tersenyum, berbeda dengan biasanya, siang ini Rena bersikap sangat anggun.Dokter Wiliam dan Rena pergi, kini aku sendirian di toko.Selang beberapa saat, Mas Aryo menghampiriku."Kok sendiri aja, Dek? Temenmu mana?" tanya Mas Aryo."Rena lagi keluar," sahutku cuek."Kalau diperhatikan, sekarang kamu tambah manis Dek."Mas Aryo mencoba merayuku lagi, entah apa tujuannya. Jika dulu, aku pasti selalu klepek-klepek dengan gombalannya itu, tapi sekarang malah ingin muntah."Katakan saja ada perlu apa Mas ke sini?" "Jangan jutek begitu dong, Dek! Mas cuma mau hubungan kita baik-baik s

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Ada sesuatu yang Rena sembunyikan

    Part: 20***Hari semakin sore, aku menutup kembali toko pakaianku.Langkahku semakin lemah, kecemasanku semakin tak terbendung.Setelah sampai ke depan kontrakkan, aku tidak langsung masuk ke dalam.Langkahku beralih menuju rumah Dokter Wiliam, aku akan menanyakan pada Tante Ratna atau Jeniffer.Kini aku berada di depan pintu, bell aku tekan dengan cepat, Tante Ratna membukakan pintu."Suci," lirihnya."Maaf, Tante. Saya cuma mau menanyakan keberadaan Dokter Wiliam," ujarku tanpa basa-basi."Ayo masuk dulu," ajaknya.Aku menurut, kini kami telah berada di ruang tengah, Jeniffer dan Om Wilson juga ada."Tadi kamu bilang mau bertanya soal Wiliam kan?" Tante Ratna membuka suara."Benar, Tente.""Kami juga menunggu kepulangannya, kemarin dia pamit untuk ke luar kota," papar Tante Ratna."Tapi kemarin Dokter Wiliam membawa temen saya, Tante. Katanya hanya ingin mengajak Rena bicara di luar." Aku mengatakan yang sejujurnya.Tante Ratna dan yang lain sontak saling melempar pandangan.Aku ju

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Tiga bulan berjalan

    Part: 21***Hari sudah gelap, aku duduk di teras menunggu tukang bakso lewat.Aku sudah hafal jam Mang Sudir keliling, jadi aku menunggunya karena sebentar lagi pasti ia lewat sini."Bakso ... bakso!" Teriak Mang Sudir yang sudah kedengaran dari jauh.Kini langkahnya mulai mendekat ke arah depan kontrakkanku.Ia tersenyum sambil menghentikan dorongan gerobaknya."Semangkok ya, Mang! Seperti biasa," ucapku.Mang Sudir menggangguk dan bergegas membuatkan aku semangkok bakso.Setelah selesai ia menyerahkannya sembari berkata, "Dokter Wiliam biasanya selalu keluar jika mendengar saya sudah tiba.""Mungkin lagi diet," sahutku asal.Tak lama kemudian yang dibicarakan keluar, Dokter Wiliam berjalan ke arah sini."Buatin juga ya!" ujarnya pada Mang Sudir.Dokter Wiliam duduk di sebelahku. Perasaanku kembali tak karuan."Sorry ya, Ci. Kemarin saya dan Rena membuatmu cemas," ucanya menatapku penuh rasa bersalah."Sudahlah, lagian saya hanya takut kalian kenapa-napa. Cuma saya masih bingung den

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Pernyataan Rena

    Part: 22***Aku dan Dokter Wiliam mengobrol di ruang tamu. Perasaanku menjadi tak karuan, antara gugup dan senang."Sebenarnya saya ingin mengatakan ini dari jauh hari, tapi merasa sungkan," ujar Dokter Wiliam."Katakan saja, Dok!" Aku mencoba bersikap tenang."Dari awal kamu pindah ke sini, saya sudah menaruh simpati padamu.""Simpati? Saya rasa itu wajar, karena dokter mengetahui masalah saya yang sebenarnya," paparku."Iya memang, tapi lebih tepatnya saya menaruh hati padamu."Deg!Dentak jantungku mulai tak terkontrol lagi, apa sekarang aku tengah bermimpi?"Tetapi bukankah ....""Rena?" Dokter Wiliam memotong kalimatku.Aku mengangguk, karena aku fikir Dokter Wiliam menyukai Rena."Saya hanya menganggap Rena sebagai teman biasa. Kemarin saya mengajaknya pergi untuk menceritakan tentang ini. Jika tidak percaya tanyakan saja padanya," papar Dokter Wiliam.Aku tersenyum senang, rasanya hatiku dipenuhi bunga-bunga.Namun bagaimana dengan Rena?Apa perubahan sikapnya karena ini?"Lal

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Rena mengundurkan diri

    ***Air mataku ikut berjatuhan, logika dan hati bertolak belakang."Apa ini benar?" Aku bertanya dengan gemetar."Untuk apa aku berbohong untuk hal sebesar ini Ci," jawab Rena."Aku tidak tahu harus mempercayai siapa saat ini, Ren."Rena menatapku cukup lama, aku benar-benar tidak bisa menyimpulkan apa pun sekarang."Ci, martabak dari siapa ini?" Rena menatap ke arah meja."Dokter Wiliam." Aku menjawab jujur."Berarti dia tadi ke sini?" tanya Rena lagi.Aku mengangguk pelan, Rena menghapus air matanya dan meraih kedua tanganku."Aku tidak memaksamu untuk percaya Ci. Silahkan cari tahu sendiri kebenarannya. Namun, jangan sampai terjebak sepertiku. Sekarang aku sudah kehilangan masa depanku Ci," papar Rena."Aku akan mencari tahunya Ren. Jika yang kamu katakan terbukti benar, maka aku sendiri yang akan menuntut pertanggung jawaban dari Dokter Wiliam itu!"Aku memeluk Rena, aku memang belum bisa mempercayai ucapan Rena sepenuhnya. Namun, aku juga tak tega jika membiarkan Rena larut dalam

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Waktu berjalan, perubahan datang

    ***Saat sore hari, aku bersantai di depan teras setelah usai mandi. Ibu dan Mas Aryo akan berkunjung ke siniEh, bukan berkunjung! Lebih tepatnya ingin meminta tolong.Tak lama aku menunggu, kini terlihat sebuah mobil berhenti di depan kontrakkanku.Mas Aryo turun bersama Ibunya, sedangkan Desy tidak ikut serta."Silahkan masuk! Kita bicara di dalam saja," ucapku.Ibu memandang sekeliling ruang tamuku yang kecil. Namun, barang-barangku tentunya cukup banyak."Ini sofa mahal, kamu benar-benar hebat," puji Ibu.Aku hanya berdehem menanggapi ucapannya itu."Kamu juga sekarang tampak lebih cantik dan segar Dek," sambung Mas Aryo."Terima kasih, silahkan duduk dulu! Saya akan mengambil uangnya di kamar." Aku berlalu.Sampai di dalam kamar, aku mengambil uang yang tadi sudah aku tarik di ATM. Dengan santai aku berjalan mengahampiri mereka kembali, "ini, Bu ...." Aku menyodorkan uang yang ingin dipinjam Ibu itu."Wah, terima kasih. Kami akan membayar secepatnya," ujar Ibu.Mas Aryo tersen

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Berduka

    ***Ternyata ....Om Wilson, dan Tante Ratna sudah terbaring kaku, keduanya kehilangan nyawa.Jeniffer histeris, sedangkan aku langsung menghubungi Dokter Wiliam.Selang beberapa saat, Dokter Wiliam datang dan syok. "Apa yang terjadi?" tanya Dokter Wiliam dengan pucat."Saya tidak tahu, tadi saya mendengar jeritan Nyonya dan Tuan, lalu saya masuk ke dalam kondisi mereka sudah tersungkur di lantai," papar penjaga itu."Jen ...." Dokter Wiliam menatap ke arah Jeniffer."Jeniffer tadi bersama saya di kontrakkan, kami juga terkejut melihat ini," sambungku.Dokter Wiliam membuang nafas kasar. Namun, tak terlihat kesedihan yang dalam di matanya. Sangat berbeda dengan Jeniffer, tubuh gadis cantik itu gemetar, air matanya berjatuhan. Aku dapat merasakan bahwa Jeniffer sangat berduka saat ini."Sebaiknya lakukan otopsi!" ujarku."Tidak! Ini sudah ajal mereka, apa pun penyebabnya, saya tidak ingin orang luar mencari tahunya!" tolak Dokter Wiliam Aku terdiam ....Kenapa?Bukankah harus diperik

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   99 foto gadis di kamar rahasia

    ***Kini kami bertiga telah berada di rumah Mas Aryo. Mantan mertuaku itu tampak masih pucat, tapi tidak separah kemarin."Terima kasih kalian sudah bersedia datang ke sini," ucap Ibu."Sama-sama, Bu." Aku tersenyum"Kok sekarang berubah jadi baik banget ke kamu Ci," bisik Rena heran."Alhamdulillah dong Ren," sahutku pelan.Ibu dan Mas Aryo memang jauh berubah, aku turut senang melihatnya."Mas dengar acara pernikahamu tak lama lagi akan di gelar ya, Dek?" Mas Aryo membuka suaranya.Rena dan Indah saling tatap, aku hanya tersenyum getir mengingat calon suamiku itu pun masih mengundang teka-teki yang sulit aku pecahkan."Insya Allah, Mas. Jika Allah menghendaki maka kami akan segera bersatu dalam ikatan halal," jawabku dengan lembut.Ibu yang mendengar ucapanku langsung menunduk, entah apa yang beliau fikirkan."Desy mana?" tanya Rena."Desy telah memilih laki-laki lain yang lebih segalanya dan yang jelas bukan laki-laki mandul seperti saya!" Mas Aryo menunudukkan wajahnya juga."Jang

Pinakabagong kabanata

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Tamat.

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 25.***POV Reno.***Hari ini adalah hari paling membahagiakan sepanjang hidupku. Ibu akan berangkat umroh memenuhi impiannya. "Titip Sita ya, Ren. Tolong jaga dia dengan baik selama Ibu tidak di rumah," kata Ibu. Sebelum ia berangkat.Aku tersenyum mengiyakannya. Betapa Ibu sangat menyayangi Sita..Waktu berjalan, aku dan Sita kompak mengurusi usaha yang kini tengah naik daun."Rumah terasa sepi ya, Mas tanpa Ibu," ucap Sita sedih."Iya, Dek. Tapi Ibu kan tidak lama di sana," sahutku."Aku sudah tak bisa jauh-jauh dari Ibu," papar istriku.Aku meraihnya ke dalam dekapanku. "Terima kasih, Dek. Terima kasih karena telah membuat Mas begitu bangga padamu.".10 hari kemudian ....Ibu pulang dan kami kembali berkumpul. Rasanya sangat membahagiakan."Ibu," lirih Sita memeluk tubuh Ibu."Kenapa, sayang? Kau pasti merindukan Ibu kan?" Ibu tersenyum sambil membelai kepala Sita.Sita menangis tanpa menjawab. Sedangkan aku turut bergabung da

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Sejahtera. POV Sita.

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 24.***POV Sita.Sore itu aku mendapat pesan dari aplikasi biru yang sedang aku buka. Seorang teman lama mengajakku bertemu dengan dalih ingin memperkenalkan produk kosmetik ternama miliknya.Aku yang memang sedang bosan di rumah, akhirnya setuju dan menemuinya.Kami bertemu di restoran yang sudah disepakati."Hay, Sita! Kamu tampak lebih cantik sekarang," sapa Budi sekaligus memuji.Ya, namanya Budi. Teman sekolahku dulu waktu masih SMA."Hey, terima kasih.""Oya, langsung saja aku kasih kamu lihat tentang produkku ini."Budi mengeluarkan berbagai jenis skincare. Aku memeriksanya satu persatu. Namun, aku ragu dan tak tertarik."Hem, aku sebenarnya sudah cocok dengan skincare lamaku, Bud.""Cobain dulu aja! Atau kamu coba lipstik ini. Biar aku pasangkan."Budi dengan sigap ingin mengoleskan lipstik itu di bibirku, tapi aku menepis tangannya dengan cepat."Jangan kurangajar! Aku sudah menikah, dan jika ada yang melihat maka pasti akan

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kebenaran terungkap

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 23.***Aku menggeleng dan hendak berlalu dari gudang ini.Namun, pintu tak bisa dibuka."Tolong! Tolong!"Buk Fatma tiba-tiba menjerit minta tolong sembari merobek bajunya sendiri."Apa maksud Buk Fatma melakukan ini?" tanyaku dengan raut wajah entah bagaimana."Tolong! Tolong saya!" teriaknya lagi.Aku panik dan tak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali aku memutar gagang pintu.Namun, seketika Buk Fatma memelukku dari belakang."Tolong!""Lepas, Buk! Anda sudah kehilangan akal!" hardikku.Buk Fatma terus berteriak minta tolong sambil mendekapku erat.Hingga tiba-tiba pintu dibuka dari luar."Tolong saya," lirih Buk Fatma yang ambruk ke lantai."Buk Fatma, ayo cepat bantu Buk Fatma," ujar sekuriti.Saat ini di depan gudang sudah ramai para pegawai berkumpul. Mereka menatapku tajam serta memaki berbagai umpatan kasar."Dasar tak tahu terima kasih! Sudah diberi jabatan tinggi, malah ingin memperkosa atasan sendiri," ucap para wanita ya

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kembali harmonis dan kiriman aneh

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 22.***POV Reno. Sore ini aku pulang dengan penuh semangat. Rasa rinduku menumpuk ingin segera bertemu Sita. Hubungan kami yang renggang membuah aku begitu tersiksa. Dan perubahan sikap istriku sudah cukup mengobati lukaku yang sebelumnya tercipta..Sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar mencari keberadaan Sita. Namun, istriku tak ada di dalam kamarnya. Kemudian aku ke dapur untuk mengecek. "Bu, Sita ke mana?" tanyaku pada Ibu."Tadi katanya ada teman lamanya yang ngajak bertemu di luar. Ibu sudah menyuruh Sita untuk meminta izinmu terlebih dahulu," ujar Ibu."Oh, ya sudah kalau begitu." Aku tak ingin memperpanjang masalah kecil lagi. Mungkin Sita suntuk dan butuh hiburan di luar. Tentang izin dariku, aku mengerti Sita masih marah. Jadi mana mungkin dia mau menghubungiku terlebih dahulu..Hampir satu jam berlalu, Sita pulang dengan wajah sumringah."Kamu habis ketemu siapa, Dek?" tanyaku menyelidik."Seseorang, Mas

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   POV Fatma

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 21.***POV Fatma.Setelah mendapat alamat rumah orang tua Sita, aku langsung bergegas menemuinya di sana. Sebelumnya aku juga sudah mengatakan pada keluarga Reno.Sampai di kediaman orang tua Sita, aku dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangganya."Buk Fatma, dari mana tahu alamat rumah orang tuaku?" tanya Sita menatap sinis padaku."Dari siapa lagi kalau bukan dari Reno," jawabku santai.Sita semakin menatapku tak suka. Tak lama kemudian kedua orang tuanya turut bergabung duduk di dekat kami."Jadi kamu yang bernama Fatma?" tanya lelaki yang masih tampak gagah di usia yang tidak muda lagi itu.Aku mengangguk pelan sambil tersenyum."Wanita ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Pa. Dibalik sikap lembutnya, tersimpan racun yang berbisa," cibir Sita.Aku berdehem pelan menanggapi ucapannya. Senyumku masih terpasang. Menghadapi orang seperti Sita cukup dengan ketenangan."Sebelumnya saya minta maaf. Namun, saya tak mau berlama-lama m

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Perubahan sikap istriku

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 20***"Dalam rangka apa Ibu ingin mengundang Buk Fatma?" tanyaku menyelidik."Ingin meminta maaf. Ibu dan Sita sudah sepakat untuk meminta maaf secara langsung pada Fatma. Tolong kau undang dia malam ini ya, Ren." Lembut suara Ibu membuat aku tak bisa menolak."Baiklah, Bu."Aku berlalu ke dalam kamar dan meninggalkan mereka yang tengah sibuk memasak.Rasanya sedikit lega jika Sita benar-benar bisa menyayangi Ibuku seperti aku menyayanginya..Di dalam kamar, aku menelepon atasanku untuk memberitahu kabar bahagia ini.Panggilanku berdering dan dijawab dengan cepat."Halo, Ren! Tumben telepon. Ada apa?" tanya-nya terdengar senang."Iya, Buk Fatma. Maaf jika saya mengganggu. Saya hanya ingin mengundang Buk Fatma untuk makan malam. Ini adalah permintaan dari Ibu," ujarku."Alhamdulillah, saya senang sekali menerima undangan dari beliau. Saya pasti datang, Ren.""Terima kasih, Buk Fatma. Kami semua menunggu kedatangan Buk Fatma nanti mala

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Ada yang ganjil

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 19***"Sita sudah berubah jadi lebih baik. Tak pantas jika Ibu mencampakkannya. Silakan keluar, Ren. Bawa ponselmu ini! Ibu tak butuh bukti rekaman semacam ini."Langkahku terdorong mundur. Rasanya tak percaya mendapat tanggapan seperti ini dari Ibu.Kenapa Ibu dibutakan oleh Sita?Apa yang telah Sita katakan pada Ibu?Benarkah ada ancaman?Akhirnya aku berjalan menuju kamar. Di dalamnya tentu ada Sita yang sedang bersantai."Mas," lirihnya canggung saat melihat wajahku.Aku menatap matanya tajam tanpa sebuah senyuman. Hatiku telah panas, sepanas suasana siang hari di ibukota ini."Apa yang kau lakukan terhadap Ibuku? Kenapa Ibu seolah melindungimu walau kenyataannya telah membuktikan kau bersalah, Dek." Bergetar suaraku mengutarakan hal tersebut."Kenyataan apa maksudmu, Mas?" tanya Sita berlagak heran."Jangan pura-pura lagi, Sita! Lihatlah ini!"Aku melempar ponselku ke ranjang dan membiarkan rekaman itu terputar.Sita meraihnya da

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Kelicikan Sita

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 18***POV Reno.Aku ke kantor dengan perasaan resah dan gelisah. Melihat sikap Ibu yang bersikeras membela Sita, membuat aku ikut merasa bersalah.Kenapa aku sebagai seorang suami tak bisa mempercayainya sedikit saja seperti Ibu?Apakah istriku seburuk itu?.Sampai aku di kantor dan masuk ke dalam ruangan. Bukannya mengerjakan tugas, aku malah merenungi semua yang sedang terjadi.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanku. Dapat dipastikan yang datang adalah Buk Fatma."Masuk," lirihku dengan malas.Senyum indah Buk Fatma terukir saat menatap wajahku."Ren, maaf untuk keributan yang tercipta di rumahmu tadi. Saya benar-benar mengkhawatirkan Ibu. Tidak lebih dari itu Ren," ujarnya."Iya, Buk Fatma. Saya yang minta maaf atas sikap Ibu saya. Namun, biasanya beliau memang memiliki feeling yang kuat," paparku.Wajah Buk Fatma langsung berubah jadi kesal. Aku sadar, ucapanku mungkin sedikit menyinggungnya."Ibu terlalu baik d

  • Catatan Hati Sang Istri (Bukan Aku yang Mandul Mas)   Ibu mertuaku cerdas

    Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 17***POV Sita.Setelah suamiku berangkat ke kantor. Tak lama bel berbunyi. Aku mengintip dari balik tirai, ternyata wanita munafik itu yang datang."Nak, kenapa tak dibuka pintunya?" tanya Ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangku.Aku menarik pelan tangan Ibu untuk segera menjauh."Bu, di luar ada Buk Fatma. Apa Ibu mau bekerjasama denganku?"Alis Ibu mertua bertaut saat mendengar ucapanku."Bekerjasama apa, Sita?""Ibu bukain pintu, dan jangan bilang kalau aku sudah kembali. Aku ingin mendengar apa saja yang akan dia katakan.""Tapi, Nak. Ibu tidak terbiasa berbohong.""Ayolah, Bu. Aku hanya ingin membuktikan pada Ibu, kalau Buk Fatma itu tidak sebaik yang kalian kira."Dengan ragu, akhirnya Ibu mengangguk.Aku langsung bersembunyi di balik sudut pembatas ruangan.Setelah Ibu membuka pintu, keduanya pun segera duduk di sofa.Aku dapat melihat dengan jelas kalau saat ini Buk Fatma memasang wajah sedih dan sangat polos.Berbeda saat i

DMCA.com Protection Status