Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran) Part: 18.***Aku dan Polisi menempuh perjalanan sekitar satu setengah jam, untuk bisa sampai ke bangunan tua tersebut.Jalanan yang kami tempuh benar-benar sunyi. Aku sungguh berharap Bunga di temukan dalam keada'an baik-baik saja.Setelah aku dan team kepolisian sampai di lokasi tersebut. Salah satu dari anak buah, Pak Hermansyah yang merupakan pimpinan kepolisian yang bertugas mencari keberada'an Bunga, menyusup ke dalam untuk mengecek keada'an di sana."Masuk dan berhati-hatilah. Kabari saya terus, dan selipkan camera ini di bagian yang tak kasat mata," ucap Pak Hermansyah pada salah satu anak buahnya."Siap komandan," sahutnya.Sementara itu aku dan team yang lain menunggu kabar di tempat yang aman. Setengah jam berlalu, aku semakin gelisah menunggu hasil pengecekan di dalam.Ddddrrrtttt ... Ddddrrrtttt ....Ponsel pak Hermansyah bergetar. Sebuah pesan dari anak buahnya.[ Seluruh ruangan bawah aman. Tidak ada orang satupun. Saya seg
Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran) Part: 19. ***Aku dan Tuan Reza sampai di rumah kurang lebih pukul 20:00 WIB. Terlihat semua keluarga sudah berkumpul menunggu ke pulanganku."Bunga ...." Teriak Ibu, sambil berlari memelukku."Bunga anakku," kini Ayah juga mendekatiku.Aku, Ibu, dan Ayah saling berpelukan. Rasanya seperti mimpi bisa bebas dari penculikan itu. Kedua mertuaku pun turut mendekati aku. Mama meraihku ke dalam pelukannya. Berkali-kali mereka mengucap syukur atas ke pulanganku.Setelah itu, Tuan Reza mengiringku masuk ke kamar.!!"Biarkan bunga istirahat di kamarnya dulu Ma." Ucap Tuan Reza pada mama.Aku pun menuruti perintahnya. Sampai di kamar, aku membersihkan diri terlebih dahulu. Setelah selesai, baru lah aku membentangkan alas untuk tidurku."Mau ngapain kamu?" tanya Tuan Reza."Mau tidur Tuan," jawabku."Apa saya menyuruhmu tidur di bawah malam ini?" tanya-nya lagi."Maksudnya gimana Tuan?" Aku kembali bertanya."Tidurlah di sini ... Saya akan beri pemb
Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 20.***POV Bunga:Aku masih penasaran dengan pintu misterius itu. Aku berniat menanyakan hal ini pada Mama. Mungkin saja Mama mengetahuinya.!!"Ma. Ada yang mau Bunga tanyakan," ucapku sambil duduk di sebelah Mama."Silahkan, sayang!" Sahut Mama tersenyum."Apa Mama tau tentang ruangan khusus di kamar Bunga itu?" Tanyaku hati-hati."Hmmm ... Mama juga gak tau. Reza memang tidak pernah memberi izin siapa pun masuk ke sana," jawab Mama."Oh begitu. Tapi, Ma. Mas Reza setiap malam jika terbangun dari tidurnya pasti pergi ke ruangan itu," ucapku jujur."Biarkan saja. Reza dulunya sempat prustasi," papar Mama."Kenapa Ma?" Tanyaku penasaran."Dulu, Reza memiliki seorang kekasih. Namanya, Fiona. Reza dan Fiona saling mencintai. Mereka sudah memutuskan untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang pernikahan ...." Mama menceritakan, sambil menarik nafas panjang."Lalu ....?" Tanyaku lagi."Orang tua Fiona tidak merestui. Alasannya, karna Rez
Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 21.***Kini aku dan Tuan Reza sudah tiba di pesta. Sebuah pesta yang begitu meriah. Banyak wanita-wanita cantik yang hadir. Orang-orang kelas atas, semua berkumpul."Selamat datang, Pak Reza. Sungguh saya sangat berterima kasih, karna Pak Reza sudah menyempatkan diri untuk hadir," ucap seorang laki-laki yang ku tafsir seumur dengan Tuan Reza."Tentu saja, Pak Roni. Mana mungkin saya tidak menghadiri acara dari rekan bisnis saya yang hebat ini," sahut Tuan Reza sambil memuji."Pak Reza bisa aja..! Oh ya ini istri, Pak Reza?" tanya-nya sambil tersenyum ke arahku."Iya, Pak. Ini istri saya, namanya Bunga," sahut Tuan Reza.Aku hanya tersenyum. Tuan Reza terlihat sibuk berbincang-bincang dengan sesama para pembisnis. Aku hanya diam, sesekali ikut tersenyum...!Setelah dua jam berlalu. Akhirnya aku dan Tuan Reza kembali ke rumah.***Sampai di rumah. Aku dan Tuan Reza segera beristirahat di kamar..!!"Untuk malam ini dan seterusnya, silah
Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 22.Ayo tuliskan jawaban kalian di kolom komentar!***Tuan Reza sudah tiba di rumah. Terlihat ia begitu panik ...."Ma. Kalian tidak apa-apa kan?" tanya Tuan Reza cemas."Mama gapapa, Za. Tapi istri kamu ketakutan. Kamu tenangin dia ya," papar Mama."Iya, Ma. Sekarang Mama juga istirahat ya, jangan keluar rumah sebelum Papa kembali," ucap Tuan Reza pada Mama."Iya. Mama ke kamar dulu," sahut Mama sambil berlalu.Kini Tuan Reza menatap serius ke arahku. Aku hanya menunduk sambil gemetar ...!"Jangan takut. Selama ada saya di sini, semua akan baik-baik saja," ucap Tuan Reza menenangkan."Apa salah saya? Kenapa orang itu ingin mencelakakan saya?" tanyaku sambil menangis."Terkadang orang bisa berbuat jahat tanpa alasan. Namun, untuk kasus yang ini sepertinya orang tersebut punya tujuan tertentu," jawab Tuan Reza sambil meraih ponselku yang tergeletak di tempat tidur.Aku hanya terdiam mendengarkan penuturan Tuan Reza. Rasanya aku ingin
Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 23.***Tubuhku ambruk ke lantai mendengar kabar tersebut. Mama berlari ke arahku ...."Apa orang itu mengancammu lagi Nak?" tanya Mama cemas, sambil merangkul tubuhku."Bukan itu, Ma. Tadi orang dari kantor Mas Reza yang telefon," sahutku dengan tatapan kosong."Apa katanya?" tanya Mama serius."Kebakaran Ma," sahutku lagi."Apanya yang kebakaran?" Mama bertanya lagi memastikan."Kantor Mas Reza. Ma," ucapku lemah."Apa ...?"Mama pun ikut lemah. Papa yang ternyata mendengar percakapan kami, langsung menghampiri. Beliau mencoba menenangkan. Kemudian Papa juga memberi tau ini pada Tuan Reza.Kami semua pun segera menuju kantor Tuan Reza. Dengan kecepatan yang tinggi, aku dan keluarga Tuan Reza kini sudah berada di depan kantor tersebut."Pak Reza ...." ucap Mona yang terlihat panik."Bagaimana ini bisa terjadi Mon?" tanya Tuan Reza heran."Saya juga tidak tau, Pak. Api berasal dari arus listrik yang konslet di ruangan Bapak!" sahut Mo
Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 24.***Setelah memberi tau tentang orang aneh yang keluar dari pintu belakang kantor Tuan Reza tersebut, kini aku dan Tuan Reza kembali merebahkan diri untuk beristirahat.Aku masih memikirkan tentang kejadian hari ini. Bagaimana bisa orang yang ku lihat di kantor Tuan Reza tadi, memakai pakaian yang sama persis dengan orang yang melemparkan kertas ancaman di taman. Rasanya sangat mustahil jika semua kejadian ini hanya kebetulan."Kamu belum tidur?" tanya Tuan Reza yang kini berbalik badan ke arahku."Belum, Tuan!" sahutku jujur."Ada yang kamu fikirkan?" tanya-nya lagi memastikan."Tidak, Tuan. Hanya belum mengantuk," jawabku berbohong.Tiba-tiba Tuan Reza menepis guling pembatas antara kami. Tuan Reza menggenggam tanganku dengan lembut. Jantungku berdebar kencang, mungkin Tuan Reza dapat mendengarnya. Keringat dinginku keluar dari dahi serta telapak tangan. Aku sungguh gugup, untuk pertama kalinya ada seorang laki-laki menyentuh ta
Judul: Sepuluh juta perbulan (Gadis bayaran)Part: 25.***POV Mona: Bagaimana ini? Aku takut Pak Reza tau kalau semua ini akibat kelalaianku. Kemarin, sebelum peristiwa kebakaran itu terjadi. Aku membuka pintu ruangan kerja Pak Reza. Namun, sebelum aku melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam terdengar suara jatuhan benda yang keras dibagian pintu belakang. Aku memutar langkahku, segera aku mengecek kearah suara itu. Aku lupa menutup kembali pintu ruangan Pak Reza. Ketika aku kembali, ternyata ruangan itu sudah dipenuhi dengan kobaran api.Aku ingin jujur pada Pak Reza. Akan tetapi, aku sungguh takut Pak Reza marah. Aku tidak sanggup menerima kemarahan darinya. Jujur saja, aku memang memendam rasa sedari dulu padanya!***Sementara aku bergegas pulang ke rumah. Rasanya aku ingin berbagi pada Bunga tentang ini. Akan ku lihat kan rekaman cctv orang berjubah aneh itu. Mama dan Papa juga harus tau.Ku tancap gas mobilku dengan kecepatan yang penuh. Namun, ada yang lain dengan kendaraanku
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 25.***POV Reno.***Hari ini adalah hari paling membahagiakan sepanjang hidupku. Ibu akan berangkat umroh memenuhi impiannya. "Titip Sita ya, Ren. Tolong jaga dia dengan baik selama Ibu tidak di rumah," kata Ibu. Sebelum ia berangkat.Aku tersenyum mengiyakannya. Betapa Ibu sangat menyayangi Sita..Waktu berjalan, aku dan Sita kompak mengurusi usaha yang kini tengah naik daun."Rumah terasa sepi ya, Mas tanpa Ibu," ucap Sita sedih."Iya, Dek. Tapi Ibu kan tidak lama di sana," sahutku."Aku sudah tak bisa jauh-jauh dari Ibu," papar istriku.Aku meraihnya ke dalam dekapanku. "Terima kasih, Dek. Terima kasih karena telah membuat Mas begitu bangga padamu.".10 hari kemudian ....Ibu pulang dan kami kembali berkumpul. Rasanya sangat membahagiakan."Ibu," lirih Sita memeluk tubuh Ibu."Kenapa, sayang? Kau pasti merindukan Ibu kan?" Ibu tersenyum sambil membelai kepala Sita.Sita menangis tanpa menjawab. Sedangkan aku turut bergabung da
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 24.***POV Sita.Sore itu aku mendapat pesan dari aplikasi biru yang sedang aku buka. Seorang teman lama mengajakku bertemu dengan dalih ingin memperkenalkan produk kosmetik ternama miliknya.Aku yang memang sedang bosan di rumah, akhirnya setuju dan menemuinya.Kami bertemu di restoran yang sudah disepakati."Hay, Sita! Kamu tampak lebih cantik sekarang," sapa Budi sekaligus memuji.Ya, namanya Budi. Teman sekolahku dulu waktu masih SMA."Hey, terima kasih.""Oya, langsung saja aku kasih kamu lihat tentang produkku ini."Budi mengeluarkan berbagai jenis skincare. Aku memeriksanya satu persatu. Namun, aku ragu dan tak tertarik."Hem, aku sebenarnya sudah cocok dengan skincare lamaku, Bud.""Cobain dulu aja! Atau kamu coba lipstik ini. Biar aku pasangkan."Budi dengan sigap ingin mengoleskan lipstik itu di bibirku, tapi aku menepis tangannya dengan cepat."Jangan kurangajar! Aku sudah menikah, dan jika ada yang melihat maka pasti akan
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 23.***Aku menggeleng dan hendak berlalu dari gudang ini.Namun, pintu tak bisa dibuka."Tolong! Tolong!"Buk Fatma tiba-tiba menjerit minta tolong sembari merobek bajunya sendiri."Apa maksud Buk Fatma melakukan ini?" tanyaku dengan raut wajah entah bagaimana."Tolong! Tolong saya!" teriaknya lagi.Aku panik dan tak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali aku memutar gagang pintu.Namun, seketika Buk Fatma memelukku dari belakang."Tolong!""Lepas, Buk! Anda sudah kehilangan akal!" hardikku.Buk Fatma terus berteriak minta tolong sambil mendekapku erat.Hingga tiba-tiba pintu dibuka dari luar."Tolong saya," lirih Buk Fatma yang ambruk ke lantai."Buk Fatma, ayo cepat bantu Buk Fatma," ujar sekuriti.Saat ini di depan gudang sudah ramai para pegawai berkumpul. Mereka menatapku tajam serta memaki berbagai umpatan kasar."Dasar tak tahu terima kasih! Sudah diberi jabatan tinggi, malah ingin memperkosa atasan sendiri," ucap para wanita ya
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 22.***POV Reno. Sore ini aku pulang dengan penuh semangat. Rasa rinduku menumpuk ingin segera bertemu Sita. Hubungan kami yang renggang membuah aku begitu tersiksa. Dan perubahan sikap istriku sudah cukup mengobati lukaku yang sebelumnya tercipta..Sampai di rumah, aku langsung masuk ke dalam kamar mencari keberadaan Sita. Namun, istriku tak ada di dalam kamarnya. Kemudian aku ke dapur untuk mengecek. "Bu, Sita ke mana?" tanyaku pada Ibu."Tadi katanya ada teman lamanya yang ngajak bertemu di luar. Ibu sudah menyuruh Sita untuk meminta izinmu terlebih dahulu," ujar Ibu."Oh, ya sudah kalau begitu." Aku tak ingin memperpanjang masalah kecil lagi. Mungkin Sita suntuk dan butuh hiburan di luar. Tentang izin dariku, aku mengerti Sita masih marah. Jadi mana mungkin dia mau menghubungiku terlebih dahulu..Hampir satu jam berlalu, Sita pulang dengan wajah sumringah."Kamu habis ketemu siapa, Dek?" tanyaku menyelidik."Seseorang, Mas
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 21.***POV Fatma.Setelah mendapat alamat rumah orang tua Sita, aku langsung bergegas menemuinya di sana. Sebelumnya aku juga sudah mengatakan pada keluarga Reno.Sampai di kediaman orang tua Sita, aku dipersilakan masuk oleh asisten rumah tangganya."Buk Fatma, dari mana tahu alamat rumah orang tuaku?" tanya Sita menatap sinis padaku."Dari siapa lagi kalau bukan dari Reno," jawabku santai.Sita semakin menatapku tak suka. Tak lama kemudian kedua orang tuanya turut bergabung duduk di dekat kami."Jadi kamu yang bernama Fatma?" tanya lelaki yang masih tampak gagah di usia yang tidak muda lagi itu.Aku mengangguk pelan sambil tersenyum."Wanita ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Pa. Dibalik sikap lembutnya, tersimpan racun yang berbisa," cibir Sita.Aku berdehem pelan menanggapi ucapannya. Senyumku masih terpasang. Menghadapi orang seperti Sita cukup dengan ketenangan."Sebelumnya saya minta maaf. Namun, saya tak mau berlama-lama m
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 20***"Dalam rangka apa Ibu ingin mengundang Buk Fatma?" tanyaku menyelidik."Ingin meminta maaf. Ibu dan Sita sudah sepakat untuk meminta maaf secara langsung pada Fatma. Tolong kau undang dia malam ini ya, Ren." Lembut suara Ibu membuat aku tak bisa menolak."Baiklah, Bu."Aku berlalu ke dalam kamar dan meninggalkan mereka yang tengah sibuk memasak.Rasanya sedikit lega jika Sita benar-benar bisa menyayangi Ibuku seperti aku menyayanginya..Di dalam kamar, aku menelepon atasanku untuk memberitahu kabar bahagia ini.Panggilanku berdering dan dijawab dengan cepat."Halo, Ren! Tumben telepon. Ada apa?" tanya-nya terdengar senang."Iya, Buk Fatma. Maaf jika saya mengganggu. Saya hanya ingin mengundang Buk Fatma untuk makan malam. Ini adalah permintaan dari Ibu," ujarku."Alhamdulillah, saya senang sekali menerima undangan dari beliau. Saya pasti datang, Ren.""Terima kasih, Buk Fatma. Kami semua menunggu kedatangan Buk Fatma nanti mala
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 19***"Sita sudah berubah jadi lebih baik. Tak pantas jika Ibu mencampakkannya. Silakan keluar, Ren. Bawa ponselmu ini! Ibu tak butuh bukti rekaman semacam ini."Langkahku terdorong mundur. Rasanya tak percaya mendapat tanggapan seperti ini dari Ibu.Kenapa Ibu dibutakan oleh Sita?Apa yang telah Sita katakan pada Ibu?Benarkah ada ancaman?Akhirnya aku berjalan menuju kamar. Di dalamnya tentu ada Sita yang sedang bersantai."Mas," lirihnya canggung saat melihat wajahku.Aku menatap matanya tajam tanpa sebuah senyuman. Hatiku telah panas, sepanas suasana siang hari di ibukota ini."Apa yang kau lakukan terhadap Ibuku? Kenapa Ibu seolah melindungimu walau kenyataannya telah membuktikan kau bersalah, Dek." Bergetar suaraku mengutarakan hal tersebut."Kenyataan apa maksudmu, Mas?" tanya Sita berlagak heran."Jangan pura-pura lagi, Sita! Lihatlah ini!"Aku melempar ponselku ke ranjang dan membiarkan rekaman itu terputar.Sita meraihnya da
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 18***POV Reno.Aku ke kantor dengan perasaan resah dan gelisah. Melihat sikap Ibu yang bersikeras membela Sita, membuat aku ikut merasa bersalah.Kenapa aku sebagai seorang suami tak bisa mempercayainya sedikit saja seperti Ibu?Apakah istriku seburuk itu?.Sampai aku di kantor dan masuk ke dalam ruangan. Bukannya mengerjakan tugas, aku malah merenungi semua yang sedang terjadi.Tok! Tok! Tok!Suara ketukan pintu menyadarkan lamunanku. Dapat dipastikan yang datang adalah Buk Fatma."Masuk," lirihku dengan malas.Senyum indah Buk Fatma terukir saat menatap wajahku."Ren, maaf untuk keributan yang tercipta di rumahmu tadi. Saya benar-benar mengkhawatirkan Ibu. Tidak lebih dari itu Ren," ujarnya."Iya, Buk Fatma. Saya yang minta maaf atas sikap Ibu saya. Namun, biasanya beliau memang memiliki feeling yang kuat," paparku.Wajah Buk Fatma langsung berubah jadi kesal. Aku sadar, ucapanku mungkin sedikit menyinggungnya."Ibu terlalu baik d
Judul: Ibuku teraniaya di rumahnya sendiri.Part: 17***POV Sita.Setelah suamiku berangkat ke kantor. Tak lama bel berbunyi. Aku mengintip dari balik tirai, ternyata wanita munafik itu yang datang."Nak, kenapa tak dibuka pintunya?" tanya Ibu yang tiba-tiba berdiri di belakangku.Aku menarik pelan tangan Ibu untuk segera menjauh."Bu, di luar ada Buk Fatma. Apa Ibu mau bekerjasama denganku?"Alis Ibu mertua bertaut saat mendengar ucapanku."Bekerjasama apa, Sita?""Ibu bukain pintu, dan jangan bilang kalau aku sudah kembali. Aku ingin mendengar apa saja yang akan dia katakan.""Tapi, Nak. Ibu tidak terbiasa berbohong.""Ayolah, Bu. Aku hanya ingin membuktikan pada Ibu, kalau Buk Fatma itu tidak sebaik yang kalian kira."Dengan ragu, akhirnya Ibu mengangguk.Aku langsung bersembunyi di balik sudut pembatas ruangan.Setelah Ibu membuka pintu, keduanya pun segera duduk di sofa.Aku dapat melihat dengan jelas kalau saat ini Buk Fatma memasang wajah sedih dan sangat polos.Berbeda saat i