Kami mulai berkuda, dia menunggangi seekor kuda berwarna putih. Dia memimpin di depan. Aku hanya mengikutinya begitu saja. Entah ke mana dia akan membawaku pergi? Aku masih heran, mengapa aku mau melakukan hal ini? Mengapa aku mengikutinya? Seperti ada daya tarik, yang membuatku melakukannya begitu saja. Di tengah perjalanan aku melihat ikat rambut yang menyanggulnya lepas begitu saja. Sehingga rambutnya terurai. Meskipun tampak dari belakang, wanita ini begitu memesona dengan rambutnya yang terurai. Angin membuat rambutnya berterbangan. Sejujurnya aku ingin melihat tampangnya dari depan dengan rambut terurai. Kami menelusuri hutan dengan jalanan penuh dengan sampah-sampah daun kering. Jalanan ini seperti jarang terjamah oleh orang-orang. Hawa dingin mulai menusuk kulitku karena hembusan angin sangat terasa menyentuh kulitku. Sinar matahari cukup sulit untuk menembus wilayah ini karena tertutup oleh pepohonan yang rindang. Suara serangga mulai menggema di hutan ini dan saling bersahu
Meskipun kini aku berada di ruangan perapian, udara malam ini cukup dingin. Aku menikmati secangkir teh dan menatap lukisan kedua orang tuaku yang terpajang di atas perapian. Ibuku sangat cantik, sebagian orang mengatakan jika aku mirip dengan ibuku. Aku tidak pernah tahu bagaimana ayah dan ibuku bertemu. Apakah ayah akan menerima jika aku menikah dengan gadis biasa yang bukan dari kalangan bangsawan? Ah, mengapa aku berpikir sampai sana? Wanita itu akan menikah dengan sahabatku sendiri. Sudahlah lupakan saja! Ibuku sudah meninggal, dia meninggalkanku ketika aku masih anak-anak. Aku sangat terpuruk kala itu. Hanya ibu yang selalu menemaniku. Ayahku sibuk dengan tahtanya. Meskipun aku kedatangan dua orang yang sebaya denganku, aku tidak terhibur sama sekali. Mereka hanya bermain berdua, tidak pernah mengajakku sama sekali. Aku pun demikian, tidak bisa berbaur dengannya—dan aku tidak menyukai mereka. Namun, juga tidak membencinya. Kami seperti terhalangi oleh tembok besar, dan aku tida
Dia menguraikan rambutnya. Aku bisa melihat pesonanya begitu indah. Terlalu bersinar. Aku langsung bersembunyi ketika dia menoleh hampir ke arahku. Berharap dia tidak melihatku sama sekali. Aku mencoba membalikkan badanku, mengintip dari sisi yang jauh untuk mengamatinya. Namun, wanita itu kini telah berada di hadapanku. Ah, aku harus bersikap seperti biasanya."Tuan. Akhirnya kau kembali. Apakah perjalananmu kali ini menyenangkan?"Dia mengira aku telah pergi berkelana. Padahal aku hanya di sini mengamatinya secara diam-diam. Aku mengabaikan pertanyaannya."Mengapa kau menguraikan rambutmu?"Dia menarik ujung rambutnya. "Um, akan ada pesta malam ini di sini. Sudah lama aku tidak mengikutinya."Begitu rupanya.Pesta rakyat biasanya dilakukan setahun sekali, ketika musim gugur akan segera berakhir. Tidak akan lama lagi, musim dingin akan segera tiba. Aku tidak pernah mengikuti bagaimana pesta rakyat, bukan kewenanganku. Bukan membedakan antara rakyat dan bangsawan. Hanya saja peraturan
"Di mana ibumu? Apakah kau tersesat?" Seorang gadis kecil menghampiriku yang sedang duduk di sebuah kursi. Aku memang tidak mempunyai teman dan anak ini mendekatiku.Aku hanya terdiam menatap ke arahnya."Baiklah, akan aku temani di sini sampai ibumu datang." Dia menduduki kursi dan duduk di sampingku."Sepertinya kau sangat lapar, aku punya makanan untuk kau makan sekarang."Aku tidak mengatakan apa pun, tapi anak ini bersikeras mengatakan bahwa aku sedang kelaparan. Dia memberikanku sepotong biskuit, dan aku menerimanya."Makanlah." Dia mengunyah biskuitnya.Seorang prajurit yang berada di sampingku berusaha untuk berbicara kepada anak ini. Hanya saja aku mencegahnya, dan memberi tanda bahwa sebaiknya dia berpura-pura tidak mengenaliku."Ah, sedang apa prajurit itu di sampingmu? Apa kau seorang penjahat?" Dia berbisik ketelingaku.Aku tertawa dibuatnya, biskuit yang sedang kumakan berhamburan keluar begitu saja."Bagaimana jika aku seorang penjahat?""Hei. Aku tidak yakin kau seoran
Dia mengepang rambutnya, dan memakai pakaian seperti laki-laki. Dia mengenakan celana, kemejanya berlengan panjang yang longgar, dan sepatu boots. Aku bisa menilai, jika dia lebih nyaman memakai pakaian seperti itu, daripada gaun yang dipakai oleh gadis pada umumnya. Hanya saja kali ini aku melihat dia memakai korset di bagian luarnya. Sepertinya dia akan melakukan kegiatan tertentu.Sesuai dengan pengamatanku, jika dia pulang memakai pakaian kasual seperti itu. Besar kemungkinan dia akan menunggangi seekor kuda. Karena tidak mungkin jika aku berjalan, jadi aku mengikutinya dari kejauhan dengan menunggangi kuda. Ini kesempatanku untuk mengikutinya, setelah berkali-kali kehilangan jejaknya. Jalan yang kutempuh bukanlah jalan menuju rumahnya. Melainkan ke suatu tempat. Aku menelusuri jalan setapak, memasuki hutan. Jalanan ini tidak bisa ditempuh oleh kereta kuda. Gadis ini cukup berani memasuki hutan seorang diri. Dia melaju cukup kencang. Perjalanan tidaklah singkat. Aku mulai bosan de
Hari ini aku tidak menemui gadis itu karena, ketika aku hendak pergi menuju tempat di mana dia berada. Cedric mencegahku, dan dia mengajakku untuk berbincang-bincang di suatu tempat. "Kau akan menyukainya, jadi ikuti aku." Dia menghentikan langkahnya. "Aku tidak yakin jika kau akan menyukainya." "Tidak masalah, aku akan pergi mengikutimu." Aku berjalan melewatinya, lalu menunggangi kuda milikku. Setelah menempuh waktu yang cukup lama, aku mendapati wilayah dengan perternakan, perkebunan dan ladang yang luas. Ini masih termasuk ke dalam wilayahku. Namun, aku akui jika aku tidak pernah pergi sejauh ini. Saat ibuku masih ada, biasanya ibu selalu mengajakku ke tempat seperti ini. Ibu ingin aku mengenal bagaimana kehidupan di kalangan orang biasa. Setelah kepergian ibu, aku hanya berdiam diri di kediamanku dan hanya belajar bagaimana seharusnya aku menjalani hidup. Sebenarnya aku tidak perlu bersusah payah untuk mencari ilmu ke negara orang atau apalah yang selalu orang lain lakukan. K
"Tuan?"Gadis itu memakai pakaian wanita pada umumnya dengan kepala yang tertutupi oleh sebuah topi lebar. Langit tampak sedikit cerah meskipun dengan udara yang cukup dingin.Untuk pertama kalinya aku melihat dia memakai busana tanpa lengan. Apakah dia tidak kedinginan di saat udara seperti ini? Ingin rasanya aku menanyakannya. Namun, aku tidak enak hati jika harus menanyakan pakaian yang sedang dikenakan oleh wanita. Suasana hati mereka akan berubah menjadi lebih sensitif.Di lengan sebelah kirinya, dia menenteng sebuah keranjang. Apakah dia sedang ada acara piknik di hari ini?Secara tidak sengaja, aku mengerutkan dahi menatapnya dari bawah hingga ke atas."Kau tidak menyukainya?""Mengapa kau berasumsi seperti itu?"Dia menganggkat kedua bahunya. "Sikapmu menunjukkan bahwa kau tidak suka.""Tidak, aku hanya terkejut jika kau berpenampilan seperti itu."Aku menggungakan kata 'penampilan' daripada 'pakaian' untuk melindungi diriku dari perubahan suasana hatinya."A-aku ingin piknik
Gadis itu memberikanku pakaian ganti. Dia mengatakan bahwa pakaian yang aku kenakan adalah milik kakaknya. Jadi aku tidak perlu mengembalikannya. Namun, aku khawatir jika aku mengambil sebagian kenangan dari kakaknya."Kau benar-benar tak apa?"Dia mengangguk dengan tegas."Kau tampak sedih telah kehilangan kakakmu. Sebaiknya aku tidak mengambil sesuatu yang berharga dari kakakmu."Dia tersenyum. "Itu hanya pakaian, tidak ada yang berharga."Tetap saja, sebaiknya akan aku kembalikan nanti.Di sudut ruangan ini, samping perapian, aku melihat sebuah piano yang di tutupi sebuah kain putih kusam. Piano ini menghadap ke jendela. Jika aku memainkannya pada saat cuaca sedang baik dan di pagi atau siang hari. Mungkin akan terasa lebih indah.Kemudian aku mendekati piano itu."Jika kau senang memainkannya. Bermainlah dengannya. Aku penasaran dengan melodi yang akan kau mainkan."Debu berterbangan ketika aku membuka penutup kain ini. Dengan spontan, aku mulai bersin dan menutup hidungku."Ini h
"Jika aku mengetahui hal itu. Aku tidak akan pergi dan tidak pula berdiam diri lama dikediamanmu.""Apa kau bilang?""Dia sosok wanita yang aku cari. Ternyata dia seorang Putri. Aku kira ayahku akan menjodohkanku dengan wanita sembarangan yang memiliki darah bangsawan."Aku menatapnya tajam.”Jaga mulutmu! Aku mengenalnya jauh sebelum bertemu denganmu!” Aku melayangkan sebuah pedang ke arahnya. Aku berniat berduel dengannya.”Oh, jadi ini maumu?” Dia pun melakukan hal yang sama.Kami sedang berlatih, hanya saja latihan ini berubah menjadi sebuah duel.”Jangan kau ganggu wanitaku!”Kami memulai pertarungan, setiap aku melayangkan pedang ke arahnya dia selalu menangkalnya. Begitu pun sebaliknya. Aku tidak menemukan celah untuk menyerangnya. Akhirnya kami kelelahan, aku berbaring di lantai begitu pun dengannya."Aku tidak bisa melawanmu," ucapku dengan napas yang tersenggal-senggal."Kau benar, begitu pun denganku. Aku tidak suka berkelahi dengan sahabatku sendiri. Karena kau sering meng
Ayahku terkejut mendengar semua yang telah aku ceritakan, dari awal pertemuan dengan Jane dan berakhir dengan penculikan Jane. Aku pun menceritakan bagaimana keterlibatan Raja Arthur dalam hal ini.Dia mengusap bahuku. "Kita perlu menyelamatkan Jane tanpa memberitahukan Grissham. Aku benar-benar khawatir dengannya. Gadis itu tampak polos dan memiliki hati yang baik. Aku tidak menyangka banyak orang yang memanfaatkannya demi kerakusan mereka.""Kapan Raja Cedric akan memberitahumu?"Aku menggeleng. "Setelah semua yang dipersiapkannya sudah sangat matang."Ayahku tersenyum dan mengangguk. "Aku menyerahkan semua ini kepadamu, dan akan berpura-pura tidak tahu. Aku harus tetap mempertahankan pertemanan bersama Raja Arthut. Karena aku rasa, dia pun berpikir demikian."Aku mengerutkan dahi."Tidak ada pertemanan yang benar-benar tulus dalam berpolitik."Aku berharap tidak demikian dengan Williams.Setelah beberapa hari kemudian, aku berlatih dengan beberapa prajuritku untuk kesiapan nanti. M
Malam semakin larut. Aku tidak bisa tidur karena menunggu kabar dari Darren. Beberapa kali tubuhku ingin beristirahat dan memejamkan mata, tapi aku meyakinkan diriku sendiri untuk tidak tertidur. Aku harus bertahan hingga Darren tiba.Namun, aku tidak bisa membiarkan sesuatu yang buruk terjadi. Aku mempersiapkan diriku untuk bergegas ke wilayah Grissham.Malam semakin mencekam. Dinginnya angin malam berhasil menusuk tubuhku. Sapuan angin yang kencang berhasil membuat kedua mataku tetap terjaga. Aku menunggangi kuda dengan laju yang sangat cepat. Beruntung kudaku telah terlatih untuk berlari di segala waktu dan cuaca, kecuali banjir. Gemuruh suara malam membisingkan telingaku, seharusnya aku mempersiapkan penutup telinga sebelum pergi. Karena ini benar-benar tidak nyaman, semoga saja gendang telingaku baik-baik saja.Rasa khawatir memusnahkan segala ketakutanku malam ini. Ketakutan akan tertidur selama perjalanan, ketakutan akan kedinginan, ketakutan akan gendang telinga pecah, atau ap
Pikiranku tidak karuan saat ini. Daren berencana untuk menangkap Jane dan Williams hari ini. Dia dan pasukannya berjaga di sekitaran Kastil Grissham. Jika mereka melarikan hari ini, ini merupakan suatu kesempatan yang bagus. Akan tetapi jika tidak, mereka harus menunggu dan berjaga di sana.Namun, aku yakin jika Jane tidak akan berlama-lama di sana. Pada saat dia berada di Kastil Grissham untuk pertama kalinya, dia berniat untuk pergi dari sana hingga terjadi suatu kecelakaan.Rasa khawatir menyelimutiku secara menyeluruh. Aku bahkan melewati sarapan pagi bersama ayahku. Aku tidak berani mengatakan yang sebenarnya, karena khawatir dia akan terlalu memikirkan kepergian Jane. Aku tidak ingin menambah pikirannya, ayahku harus mementingkan kesehatannya saat ini. Aku berbohong kepadanya jika Jane pergi kembali ke rumah keluarganya. Suatu saat nanti, aku akan menceritakan kebenaran kepada ayahku.Sinar matahari berhasil masuk menembus jendela, dan membuatku bangkit dari tempat tidurku. Aku
Pagi ini, cahaya matahari pagi yang lembut memancar dari balik awan, menyinari permukaan danau dengan kilauan yang menakjubkan. Aku menghirup udara segar dan merasakan keajaiban alam yang menyapu wajahku. Suara gemerincing air dan kicauan burung mengiringi langkahku, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Aku perlu menenangkan diri sejenak untuk saat ini. Hanya sebentar, dan tidak akan lama.Aku menduduki kursi yang menghadap ke danau, sama seperti pada saat bersama Jane. Ingatan masa laluku tentangnya yang begitu indah, mucul pada saat menghabiskan waktu ketika saat bersamanya di sini.Aku mungkin tidak bisa melindunginya dengan baik, berkali-kali aku membuatnya kesal karena tidak bisa memberitahu tentang ingatannya di masa lalu. Namun, aku benar-benar dilema.Rumah Cedric terbakar, dan aku yakin bahwa Jane sudah tidak ada di sana sebelum kejadian buruk itu terjadi.Aku gagal melindunginya. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku sudah mencari ke berbagai tempat dan dibantu oleh
Kami kembali ke kerumunan orang yang sedang menikmati acara pesta pernikahan Rhys dan Amy. Di tengah-tengah keramaian, di sana aku melihat Marry sedang menggandeng tangan Philip?Apakah laki-laki yang di maksudnya adalah Philip? Tapi, mengapa bisa? Bukankah Philip jauh dari kata selera yang disukai Marry. Aku tidak bermaksud menjelek-jelekkan Philip. Dia memang pria dewasa, tapi menurutku dia kurang memiliki karismatik yang bisa membuat wanita tertarik begitu saja kepadanya. Aku berharap Marry sudah yakin dengan keputusannya, karena Philip terlalu mencintai sebuah buku daripada seorang gadis.Marry melihat ke arahku kemudian melambaikan tangannya. Aku membalasnya.Kami mendekat.Marry tampak canggung karena melihat Tom. Aku memeluk Marry."Akhirnya kau datang.""Aku sudah memastikan diriku untuk datang dan bertemu kalian, meskipun tampaknya kehadiranku di sini sangat asing."Aku melepaskan pelukannya. "Tidak! Meskipun sikapmu tidak akan kau rubah, aku akan tetap menganggapmu sebagai t
Matahari pagi menerangi taman kastil dengan sinarnya yang lembut, menciptakan perpaduan warna-warni antara cahaya emas dan bayangan yang menawan.Orkestra terampil memainkan musik yang merdu, menciptakan harmoni indah di udara. Melodi yang mengalun menambahkan nuansa romantis pada suasana yang sudah penuh cinta ini. Di antara dedaunan pohon, burung-burung bernyanyi ikut merayakan momen bahagia ini.Suasana riang diisi dengan tarian dan musik yang mengalun merdu di bawah sinar matahari pagi. Para tamu berdansa dengan riang, sambil menikmati momen bahagia ini dengan segala kesenangan dan keceriaan.Williams hadir di antara aku dan Tom yang berencana untuk berdansa di tengah-tengah keramaian pesta. Lalu kami menghurungkan niat untuk berdansa."Jane?""Kau datang, Wil?"Dia mengangguk dengan malu-malu."Kau begitu cantik, Jane."Aku tersenyum.Lalu Tom berdeham. "Rupanya aku tidak dianggap di sini."Aku menyilangkan kedua tanganku di dada, menatap ke arahnya dan kemudian berganti ke arah
Jantungku berdegup dengan kencang menyambut hari ini. Ini adalah hari berbahagianya untuk kakakku dan temanku.Rhys tampak mempesona dengan tuxedo yang dia kenakan. Wajahnya tampak bersinar dan tersenyum dengan ceria. Ketika aku merapihkan jas yang dia kenakan, aku mulai menatapnya dengan dalam."Kau sungguh-sungguh mencintai Amy?""Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tatapannya hanya berpusat pada dirinya di balik cermin. Dia sedang menyombongkan dirinya sendiri karena sedang berpenampilan mempesona. Menyebalkan! Dia bahkan tidak menatapku yang sedang berbicara dengannya."Karena Amy terlalu indah dan memiliki hati yang seperti malaikat. Dia tidak cocok denganmu." Aku menyilangkan kedua tanganku di dadaku, dan menatapnya sinis."Aku menyebalkan hanya pada saat bersamamu. Jika aku berbuat baik secara terus menerus kepadamu, harga diriku akan semakin terinjak-injak.""Cih! Menyebalkan!"Kemudian dia memelukku. "Namun, aku begitu sangat mencintaiku adikku yang bodoh dan menyebalkan tapi
Alam telah menghipnotisku untuk terlelap dalam nuansanya. Rasa damai dan ketenangan berhasil menjelajah seluruh tubuhku. Aku mulai tersadar jika aku telah tidur dalam lelap.Mataku mulai terbuka.Ketika itu, wajah seseorang sedang berada di atas wajahku. Dia sangat dekat, sehingga membuatku sangat terkejut. Aku hampir melompat karena melihatnya."Marry?"Dia tampak canggung dan malu-malu. "Ah, hai, Jane." Dia melambai tangannya ke arahku dengan penuh keraguan."Tidak bisakah kau membangunkanku dengan cara yang lain?""Aku hanya memperhatikan wajahmu. Ternyata kau tidak secantik yang aku kira. Aku tetap berada di atasmu.""Aku tidak peduli."Dia tertawa kemudian duduk di sampingku."Maafkan aku, Jane.""Jangan khawatir, aku sudah memaafkanmu sejak lama.""Tidak, bukan itu. Aku tidak bermaksud meminta maaf atas kejadian yang lalu.""Aku kira kau sudah berubah, tapi tetap saja menyebalkan!"Dia mengangguk. "Karena aku harus mempertahankan sikapku itu."Aku menghela napas dan menatap sini