“Al, sudah ya ... ayo kita pulang” Tak beruntungkah Alyah mendapatkan laki-laki seperti itu. Yang jarang sekali meninggikan suaranya ketika sedang marah.“Aku masih ingin di sini” Genta yang tak pandai menjelaskan atau Alyah yang menutup diri untuk menerima kebenaran.“Baik jika kamu memang masih ingin di sini, aku tak masalah. Kalau perlu aku akan melakukan seperti yang kau tuduhkan agar tuduhanmu itu tak menjadi fitnah” Genta tiba-tiba berucap dingin tak seperti biasanya. Bahkan ia langsung beranjak dari duduknya tanpa menoleh dan tanpa mengucapkan kata pamit untuk wanita yang baru saja dirayunya itu.Setelah kepergian laki-laki bergelar suami itu, Alyah seketika langsung kembali menangis. Hatinya kini kembali perih.“Salahkah aku? ...” Penyesalan memang kerap datang terlambat, memberi kenangan buruk bagi pemiliknya.“Apakah benar aku hanya berburuk sangka saja?”“Kenapa waktu itu aku tak masuk saja. seperti yang dikatakan bang Genta.” Beberapa pemikiran yang berakhir penyesalan k
“Assalamualaikum!” Aku berseru, tapi tak ada jawaban sama sekali. Ahs, bodoh! Bukankah jam sepuluh masih jam kerja. Kenapa aku jadi lebih bodoh akhir-akhir ini. HuftAku rindu, sungguh rindu. Hingga ... Kini aku tak mampu lagi berpikir dengan jernih. Sejak subuh tadi aku benar-benar bingung, apakah yang aku lakukan ini sudah benar. Namun aku benar-benar telah rindu. Biarlah, bila dikatakan bucin. Maka memang itu yang sedang terjadi padaku, lalu? Malah ada kejadian yang membuatku harus menyingkir seperti ini. Rasanya aku tak rela jika bang Genta di gondol pelakor, dan aku harus segera bertindak.Seminggu lebih aku pergi, tak ada yang berubah sama sekali, selain tanaman yang mulai kekeringan, lantai yang sepertinya tak pernah mendapat belaian sapu dan kain pel.Huft, sebergantung itu ternyata rumah ini padaku. Jika aku pergi, mungkin keadaan semakin kacau. Tak banyak yang aku lakukan, hanya duduk termenung pada kursi yang memang ada di depan rumah.Bukan lega karena tak harus cepat-
Egoisme memang kadang selalu membuat hubungan yang semua baik-baik saja menjadi retak tak berarah. Merusak segalanya yang semula terasa begitu indah. Aku kah, si pemilik egois itu? Jika dalam dunia pernovelan, mungkin akan banyak yang mengomentari kenapa suami kurus, kenapa tidak diurus, kenapa, dan kenapa lainnya akan sering terdengar. Mungkin memang alangkah baiknya jika mendengar penjelasannya. Pada akhirnya keputusan akan bisa diambil jika semuanya telah gamblang dan jelas. “Kenapa Abang kurusan?” Setelah pelukan erat itu mengendur, akhirnya aku berani bertanya. Meski aku masih tidak bisa menyembunyikan suaraku yang masih serak dengan sisa-sisa tangis kerinduan yang masih ada.“Kamu sendiri yang membersihkan sisanya bukan? Berbeda saat ada kamu. Semua apa yang kamu masak, akan aku makan dengan lahap” jawabnya dengan sedikit tawa yang terasa begitu hambar. Meski di sini aku juga tersakiti namun rasanya terlalu egois jika aku mengabaikan keberadaannya.“Aku ingin terus memeluk
Penjelasan itu akhirnya mengalir begitu saja.Alyah juga menepati janjinya untuk tidak menyela apa yang akan diucapkan suaminya.Dan saat itu juga permasalahan selesai. Keraguan yang ada dalam hati Alyah kandas sudah.Bahkan Alyah juga sudah diperlihatkan rekaman CCTV dan terpaksa tidak bisa mengelak lagi.Bahwa sebenarnya bukanlah kejadian seperti apa yang terus berputar dalam bayangan Alyah.Ada kertas jatuh, yang terinjak high heals sekertaris itu, hingga kehilangan keseimbangan karena licinnya lantai ditambah dengan kertas yang halus.Genta hanya tertawa renyah melihat istrinya hanya diam diliputi dengan rasa salahnya.“Kukira abang mendua karena aku tak juga memberikan keturunan untuk Abang.” Ucap Alyah melemah.Tidak munafik, Genta memang sangat mendambakan kehadiran Malaikat kecil di antara keduanya. Namun ia juga percaya akan takdir, semua tidak bisa dipaksakan atas apa ya
JKeduanya seperti seorang yang tengah dimabuk asmara. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama tak jumpa.Jika di kantor, mungkin Genta adalah orang yang lebih pendiam, meski sifat tersebut ia miliki sejak menjadi seorang suami.Namun bila sedang bersama Alyah, maka tak ubahnya seperti anak kecil yang selalu bermanja dengan mamanya.Meski begitu, ia tetap laki-laki dewasa yang sesekali mengeluarkan rayuan mautnya pada sang istri. Tentu karena setelah beberapa hari tidak bertemu.Hawa dingin saat malam hari tak menyerutkan semangat keduanya untuk menjelajah indahnya malam itu. Tentunya dengan perut yang lumayan kenyang karena sudah menghabiskan mie ayam dengan godaan anak kecil yang menggelikan.Namun bukannya malu, saat itu Genta malah semakin haus akan kata cie dari mulut anak kecil itu. Saking senangnya, pesanan orang tua anak kecil itu ditanggung Genta.Genta adalah orang kaya, jangankan hanya mie ayam beberapa mangkuk. Bila Alyah meminta dibelikan apartemen pun akan langsung terbe
“Maaf, sepertinya ada masalah pada ibu. Atau lebih tepatnya sel telur atau ovum milik ibu terlalu kecil dan letaknya terlalu jauh,”“Maksudnya bagaimana Dok?” Kedua kinu tengah memeriksakan diri ke dokter sesuai dengan keinginan Alyah.Alyah tak mampu lagi-lagi berkata-kata bahwa nyatanya yang bermasalah memang dirinya. Setelah tahu akan hal ini, apakah Genta akan selalu ada di sisinya?Dari pertanyaan Genta tersebut, dokter akhirnya menjelaskan secara terperinci apa yang menjadikan masalah pasangan yang ada di depannya tersebut.Alyah seakan menulikan diri sendiri, rasanya terlalu sakit untuk mendengarkan secara detail masalah yang ada pada dirinya.Baru dua hari dia sudah kembali merasakan kehangatan bercengkerama bersama kekasih halalnya. Namun seakan ia ditampar oleh keadaan. Bahwa, sepertinya dalam waktu dekat ini ia tak akan memiliki anak.“Tapi apakah dengan masalah seperti itu membuat saya tidak bisa hamil?” beberapa menit merenung, akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari bib
Waktu berlalu begitu cepat, Alyah juga sudah mulai sibuk dengan pembuatan skripsi. Tentu mampu membuat pikiran wanita itu sedikit tenang. Tak lagi membahas seorang kehamilan yang tak kunjung datang. Tak ada yang tahu tentang masalah yang ia hadapi kini, kecuali Zaila. Gadis itu adalah satu-satunya sahabat yang dimiliki oleh Alyah. Tentu menjadikannya tempat curhat dan juga berkeluh kesah. Ia hanya seorang wanita yang tentunya ingin memiliki teman bercerita. Hanya bercerita dan kadang tak butuh dengan yang namanya pendapat. Tak akan ada gunanya mengeluarkan pendapat sebenarnya apa pun itu, tapi jika tak sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh orang itu maka akan tetap percuma. Seperti saat ini, Alyah hanya minta untuk ditemani dan hanya ingin ceritanya didengarkan. Baru saja ia bertengkar dengan Genta namun setelah berbaikan malah mendapat kabar yang sangat buruk. “Aku haru bagaimana Za, aku bakal susah hamil?!” ucap Alyah sambil sesenggukan. Siang itu mereka tengah mengunjung
Zaila terdiam menyaksikan orang yang sepertinya salah masuk ke dalam ruangan yang mereka tempati. Karena memang ruangan itu khusus dan tidak digunakan untuk umum.Sehingga tak ada yang namanya digunakan secara bersamaan bersama orang lain yang tidak dikenal.“Siapa?” Alyah bertanya sembari menyentuh tangan sang sahabat yang masih berada si awang. Alyah menangkap bahwa ada yang tidak beres sedang terjadinya.Sedang seorang laki-laki dan perempuan yang seperti hendak masuk pada ruangan itu juga tertegun. Jika sanga wanita mungkin merasa malu karena ternyata mereka telah salah ruangan. Namun ia laki-laki seketika langsung kikuk. Ia seperti maling yang tertangkap basah saat dia tengah beraksi.“Dia SIAPA, KAL?!” Zaila sepertinya tak mampu menahan rasa sesak yang ada di dada hingga rasa penasaran yang begitu membara.“Dia tunangan aku,” laki-laki yang masih berdiri itu menjawab dengan enteng. Meski dari gerak tubuhnya seperti tengah menyembunyikan kegugupan.Percakapan itu mampu membuat si
Selamat bulan November kawan, semoga kabar baik selalu menyertai pembaca semua.Cerita Genta dan layah pada akhirnya harus berakhir di sini. Ini adalah cerita pertama saya yang berhasil terbit di beberapa aplikasi dan tanda tangan kontrak.Dan sekarang cerita ini telah tamat, dan semoga saja menjadi novel yang bisa memberikan nilai harga bagi penulisnya ini.Berhubung ini adalah cerita pertama saya, maka maaf jika masih banyak typo apalagi kekeliruan tanda baca.Pembuatan novel ini juga tanpa persiapan apa pun sehingga sering mandek di tengah jalan.Jadi maafkan karena sering nggak konsisten dalam update bab baru. Dilain itu, saya juga ada pekerjaan lain, sehingga tidak bisa hanya fokus pada novel saja.Namun, lagi-lagi saya katakan bahwa cerita ini kini telah tamat, sedikit membuat hari saya bangga, bahwa pada nyatanya saya berhasil merampungkan apa yang saya sengaja mulai.Bagi yang telah membaca
Wajar jika seorang ibu hamil mengidam dan menginginkan banyak hal-hal aneh. Namun nampaknya bayi yang belum kelihatan wujudnya itu tahu kalau keluarganya kaya. Terbukti banyak makanan aneh atau hal-hal yang di luar nalar namun mampu menguras dompet.Seperti saat mengidam jamur matsutake atau jamur pinus, meski jamur dengan harga fantastis itu tidak membeli karena berburu sendiri, namun pengiriman juga menggunakan pesawat langsung dan tentunya menghabiskan dana yang tak sedikit.Semua berjalan normal, bayi yang di dalam kandungan juga sehat. Tentu karena Genta juga memiliki dokter langganan yang sudah ia bayar mahal untuk melihat perkembangan calon anaknya.Tentu bahkan anak yang masih belum terlihat wajahnya itu perlu proses empat tahun. Hingga sepatu ketika Genta pernah mengatakan.“Kalau tahu bulan madu ke Paris bisa langsung jadi, mungkin sejak awal kita bulan madu ke sana saja,” dan hal itu hanya ditanggapi senyuman
Melihat tes yang masih ada di tangannya itu, seketika badannya bergetar. Tuhan ...Hanya dalam hitungan detik, Alyah sudah menangis di pelukan mertua. Kedua wanita itu kini berpelukan dengan tangis yang mengisi ruangan.Tentunya saat itu dokter sudah pergi. Tanpa diantar tanpa diberikan bayaran.Sedang Genta? Dadanya naik turun, terengah-engah mendengar kabar yang baru saja diterimanya.Ia hanya diam melihat istrinya menangis. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Ia tak tahu harus mengekspresikan kabar ini dengan cara seperti apa. Hingga tak terasa, bukit bening jatuh juga dari sepasang mata hazel itu. Tangannya kanannya bergerak menguap mata yang kian sembab. Sedang tangan kiri ya masih membawa tes kehamilan yang tadi ia minta dari istrinya.Ada garis dua di sana, meski garis satu masih terlihat samar. Namun, ada dua garis adalah anugrah yang sudah beberapa tahun mereka impikan.Hingga tahun ked
Bukan hanya dihari itu saja Genta dikejutkan oleh hal-hal aneh yang dilakukan oleh istrinya. Kadang bukan makanan, namun ingin mandi menggunakan sabun batangan warna pink.Hal-hal yang menurut Genta sangat aneh itu berjalan hingga sudah satu Minggu, dan puncaknya pada hari Minggu ketika Alyah menggigil tak karuan.Untungnya saat itu memang hari libur bagi keduanya, hingga akhirnya Genta juga bisa lebih fokus menjaga sang istri.Dan karena saking bingungnya dengan apa yang terjadi pada istrinya, Genta akhirnya memanggil namanya untuk datang ke kediaman.Wanita yang masih cantik meski bukan hanya satu atau dua keriput menghiasi di bawah kelopak mata. Bahkan, kini Anin juga akan segera melepas lajang dengan pemuda dari Amerika.Sungguh, mungkin wanita tua itu akan kesepian di hari tuanya kelak jika tidak segera diberi mainan berupa cucu.“Mac, Bagaimana keadaan menantuku!” Tanpa basa basi, Ayumi l
Genta hanya tersenyum hambar mendengar perkataan si penjual, namun meski begitu Genta juga masih menanggapi dengan santai.“Doakan saja ya, Pak. Kami sudah menikah selama empat tahun, tapi kami belum diberi kesempatan untuk memiliki anak.” Dan jawaban dari Genta berhasil membuat si penjual merasa tak enak.“Baik, Mas bule. Semoga saja cepat beberapa hari atau beberapa Minggu atau bulan ke depan kabar baik itu akan segera diterima. Saya buatkan dulu pesanannya,” Jawab si penjual.Namun bukan si kaya jika hanya memesan satu macam makanan saja. Genta juga merasa lapar, dan untungnya warung tenda itu menyediakan beberapa menu masakan.“Pak, saya mau tambah capcay satu porsi, kwetiau goreng satu porsi, sama ayam goreng dua.” Genta takut jika nanti istrinya itu seperti tadi siang. Yang seperti orang yang sudah beberapa hari tidak makan.Kini Genta dan Alyah duduk di tempat lesehan. Jika dulu saa
Pagi menjelang siang, akhirnya Genta berangkat keluar, tentu tanpa Alyah yang tengah menikmati tayangan Detektif Conan.Tentu, mencari mie ayam goreng saat siang hari adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan . Sebab, biasanya mie ayam goreng akan dijual saat malam hari bersamaan dengan penjual nasi goreng.Namun tentu, tak ada usaha yang menghianati hasil. Di salah satu restoran yang ada di mall menjual mie ayam. Jika di restoran, maka tentu Genta bisa request yang mungkin akan menangani harga dari pesanan tersebut.Beberapa makanan juga Genta beli, sekaligus untuk makan siang. Karena tentu Alyah tak akan masak karena bahkan saat ini meminta untuk dibelikan mie ayam.Dua jam setelahnya Genta sudah sampai di rumah, dan mendapati Alyah yang tertidur pulas sembari memeluk banyak dengan tv yang masih menyala.Apakah secapek itu? Bahkan tak biasanya istrinya itu malas untuk membersihkan rumah hingga akhirnya memanggil j
Ketiganya tengah tegang, menunggu kalimat apa yang akan dikeluarkan oleh dokter berparas cantik itu.“Dengan berat hati, kami nyatakan proses Yang selama beberapa Minggu ini telah gagal. Hasil USG yang baru saja dilakukan tidak ada tanda-tanda telah tumbuh janin. Dalam artian lain, rahim kosong”Mendengar kalimat itu, Alyah langsung menahan nafas. Sebelumnya ia sudah menguatkan hari jikalau proses ini kembali menemukan kegagalan. Namun, saat merasakan kegagalan untuk kedua kalinya, ini tak seperti yang ia persiapkan sebelumnya.Bukan hanya Alyah, namun kedua orang yang juga ikut merasa sakit atas kegagalan itu. Kini, Alyah berada di dalam dekapan dada bidang suaminya. Sedang Marsha, hanya diam menyembunyikan kesedihan melihat anak perempuannya yang begitu rapuh itu.“Pelan-pelan saja, Bun. Meski hanya sedikit dan hanya beberapa persen saja, namun ibu masih memiliki kesempatan untuk hamil secara normal. Bukankah di dunia
Semua tentang waktu, beberapa hari merenung akhirnya Alyah mencoba untuk kembali hidup biasa. Tak ingin terlalu mengharapkan sesuatu yang bahkan ia tak tahu kapan datangnya.Hari-hari dilewati dengan sibuk, Alyah juga sudah mulai lebih aktif membantu ayahnya. Tentu, hubungan dengan Zaila kini tak seintens dulu.Kini keduanya sudah memiliki kehidupan masing-masing, bukan lagi gadis ABG yang apa-apa harus selalu dilakukan bersama. Kini, pasangan salah orang pertama yang harus diperhatikan. Apalagi, Zaila menjadi salah seorang istri yang bisa dikatakan bucin akut pada suaminya.Alyah mungkin bisa lebih bersyukur, saat bahkan bisa seharian penuh bersama suami. Setiap malam selalu bersama meski tak jarang suaminya pergi keluar kota. Namun tidak dengan Zaila.Suaminya yang seorang TNI tentu tidak akan memiliki waktu yang banyak untuk keluarganya. Juga tanggung jawab Zaila atas perusahaan papanya juga tak kalah menyita perhatian.
Pulang dengan hampa bukanlah pilihan, berangkat dengan niat liburan adalah pulang dengan harapan membawa kebahagiaan.Tak ada rencana sama sekali di hidup Alyah jika kedatangannya ke Jepang sekaligus untuk melakukan program bayi tabung.Program yang melambungkan segala keinginannya untuk segera memiliki momongan. Namun pada akhirnya ia lagi-lagi harus kembali lagi dengan tangan kosong.Tak ada rencana untuk sakit hati di dunia ini, semua atas kehendak Allah. Kita hanya tak tahu, esok hadiah seperti apa yang akan Allah berikan. Bahkan, mungkin apa yang akan kita terima esok lebih baik ketimbang apa yang kita harapkan saat ini.Satu hari setelahnya, kini Alyah, Ayumi dan tentunya Genta terbang kembali ke kota Jakarta. Hampir seperti seseorang yang baru pulang dari medan perang, namun membawa rasa kekalahan.Alyah yang biasanya terlihat ceria, kini terlihat sangat murung. Bagaimana tidak, tertundanya kehamilan adalah kare