Share

Pengkuan

Penulis: AkaraLangitBiru
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-17 15:26:52

Dengan setelan serba hitam, Marteen termenung menatap gundukan tanah merah yang masih basah itu, matanya tak henti-hentinya meneteskan cairan bening

di pipi tirusnya. Tangannya bahkan memeluk erat batu nisan yang terpasang rapi di atas gundukan tanah tersebut.

"Mah, kenapa harus secepat ini? Bahkan Marteen belum sempat loh buat mamah bangga" batinnya berteriak, penyesalan demi penyesalan datang beruntun memenuhi kepalanya.

"Marteen, cucuku. Bangun nak, ikhlaskan kepergian ibumu. Biarkan dia beristirahat dengan tenang, bukan hanya kamu yang kehilangan tapi oma sama oppa juga. Kami kehilangan anak semata wayang kami saat ini, bangkitna"

Pilu, begitu pilunya nenek Marteen berkata. Bahkan semua sahabat Marteen yang masih setia menunggunya kini ikut menangis menyaksikannya, tak terkecuali Tika. Ia bahkan seperti begitu amat merasakan kesedihan yang tengah Marteen rasakan, ikatan batin keduanya bahkan seolah terikat kuat. Perih, amat perih sekali rasanya. Apa ini yang tengah Mart
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Can is mine   Kejujuran Tika

    Setelah kepergian Candra yang menghampiri Marteen, Ayana bergegas menghampiri Tika, menerobos hujan yang tiada henti. Wajah Tika begitu syok, tangannya gemetar. Bajunya bahkan sudah di penuhi dengan cipratan tanah, kotor. Bahkan kali ini tubuhnya meluruh, terduduk di permukaan tanah dengan wajah menunduk. "Gak mungkin, ini gak mungkin" desisnya menepis semua kenyataan yang ada. Dengan ragu Ayana memberikan payung padanya, "Jangan menyiksa diri dengan sengaja berdiam diri di tengah-tengah hujan" ujar Ayana dingin. Sulit baginya untuk bisa bersikap ramah seperti sebelum-sebelumnya, luka yang Tika ciptakan padanya begitu membekas di ingatan. Fitnah, itu yang paling Ayana benci. Fitnah yang Tika ciptakan terhadapnya begitu keterlaluan.Tika mendongak, ia mengusap wajahnya kasar. "Tidak usah so peduli, gue gak mau hutang budi" ketusnya. Ayana menghela napas jengah, perlahan tubuhnya ia bungkukkan mensejajarkan diri dengan Tika. "Bisa-bisanya ya lo masih mikir hutang budi. Gue g

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-17
  • Can is mine   Selingkuh? tidak mungkin!

    Candra menghela nafas lelah, wajahnya sayu. Gaya rambutnya tak baraturan, tubuhnya ia jatuhkan ke sisi ranjang tempatnya. Ayana yang melihat sebisa mungkin menghirup udara lebih banyak, menghilangkan rasa curiga yang saban hari muncul di benaknya. Bagaimana tidak, sejak tiga minggu terakhir ini Ayana rasakan ada sikap yang berbeda dari Candra. Perubahan itu membuat pikiran buruk kerap muncul di kepalanya. Seperti malam ini, Candra bahkan pulang dengan begitu larut padahal jadwal praktiknya hanya sampai pukul enam sore tapi Candra tidak memberi tahu Ayana bahwa dirinya akan melembur sampai jam dua pagi. Bukan sekali dua kali, tetapi yang Candra lakukan itu hampir tiap kali. "Lembur lagi Mas? Kata Haris kamu beberapa hari ini cuma praktek seharian, ada dokter jaga lain yang menggantikanmu tiap malam loh" selidik Ayana memilih untuk terus terjaga dari tidurnya. Candra berdecak saat merasa dirinya di sudutkan. "Gak sopan ya kamu nanyanya, suami pulang kerja itu bukannya di sambut ram

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Can is mine   Dua hati

    Haris menatap tajam ke arah ruangan vluip yang di tempati Hanin, ia begitu kesal melihat wajah wanita licik itu. Ingin ia melabrak tapi ia cukup tau diri, biarkan saja waktu yang akan membongkar segalanya.Dari kejauhan Candra begitu antusias berjalan dengan kedua tangan memegang bucket bunga. Jelas sekali dari raut wajahnya ia nampak seperti tengah di mabuk asmara."Haris, kenapa lu ada di depan ruangan ini?" Candra bertanya dengan penuh selidik ketika Candra mendekati Haris.Haris tersenyum sinis,"harusnya gue yang tanya, ngapain kamu sepagi ini temuin dia? Sebenarnya wanita yang lu cintai itu siapa? Ingan dosa Can," peringat Haris berlalu begitu saja melewati Candra.Tak ingin ambil pusing, Candra hanya mengendikkan bahu lalu memasuki ruangan Hanin yang sudah nampak begitu rapi.Hanin menatap Candra dengan penuh keceriaan, kedua bola matanya berbinar ketika ia tau jika dibalik sana Candra menyembunyikan sesuatu untuk dirinya. "Tara..." girangnya Candra memperlihatkan sebuah buket

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Can is mine   pengakuan 2

    Dengan setelan serba hitam, Marteen termenung menatap gundukan tanah merah yang masih basah itu, matanya tak henti-hentinya meneteskan cairan bening di pipi tirusnya. Tangannya bahkan memeluk erat batu nisan yang terpasang rapi di atas gundukan tanah tersebut."Mah, kenapa harus secepat ini? Bahkan Marteen belum sempat loh buat mamah bangga" batinnya berteriak, penyesalan demi penyesalan datang beruntun memenuhi kepalanya."Marteen, cucuku. Bangun nak, ikhlaskan kepergian ibumu. Biarkan dia beristirahat dengan tenang, bukan hanya kamu yang kehilangan tapi oma sama oppa juga. Kami kehilangan anak semata wayang kami saat ini, bangkitna"Pilu, begitu pilunya nenek Marteen berkata. Bahkan semua sahabat Marteen yang masih setia menunggunya kini ikut menangis menyaksikannya, tak terkecuali Tika. Ia bahkan seperti begitu amat merasakan kesedihan yang tengah Marteen rasakan, ikatan batin keduanya bahkan seolah terikat kuat. Perih, amat perih sekali rasanya. Apa ini yang tengah Marteen rasakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Can is mine   cerita

    Memasuki rumah Ayana masih saja diam seribu bahasa, wajah judesnya bahkan begitu kentara kali ini membuat Candra yang berdampingan dengannya pun takut untuk bertanya membuat ia memutuskan untuk lebih dulu membersihkan diri.Sementara itu dengan tak semangatnya Ayana melepaskan jas hujannya seraya berdecak, kedua tangannya berkacak pinggang bahkan kedua pipinya telah kembang kempis menahan emosi. "MAS!" geram Ayana meneriaki Candra yang sudah memasuki kamar mandi namun jejak kakinya masih tertinggal di lantai."Apa sih, Mas udah buka baju juga" keluh Candra keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai handuk.Bukannya marah, Ayana malah dengan susab payah menahan diri untuk tidak tergoda dengan ketampanan suaminya. Entahlah, air yang menetes dari rambut menambah kesan cool."Gak usah becanda deh, bengong begitu" sungut Candra kembali memasuki kamar mandi dengan gerutuan kecil keluar dari mulutnya. Hembusan napas lega kini keluar dari mulut Ayana, gelengan serta kekehan kecil ak lup

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Can is mine   perubahan Marteen dan kegalauan Tika

    Sebulan sejak kepergiannya Marteen mendadak berubah menjadi seorang yang ambisius dan super dingin. Semua tugas kuliah yang terbengkalai bahkan bisa ia selesaikan sekejap mata, pelajaran-pelajaran yang tak ia sukai pun mulai ia usahakan untuk mempelajarinya. Asep dan teman-temannya bahkan geleng-geleng kepala melihat perubahan drastisnya, bagaimana tidak perubahan Marteen itu begitu kentara sekali. Ia juga mendadak religius melebihi Asep, secara terang-terangan bahkan Marteen mengakui kalau dirinya mualaf dihadapan semua orang tak terkecuali keluarganya. Awalnya respon neneknya begitu marah dan tak terima, tapi keyakinan Marteen mampu meluluhkan hatinya. Seperti saat ini, senja yang biasanya ditemani secangkir kopi dan beberapa cemilan di tongkrongan tidak lagi Marteen lakukan. Kali ini ia memilih memisahkan diri, berkumpul dengan anak-anak remaja mesjid menghapal ayat-ayat al-quran sembari menunggu adzan magrib tiba. Demikian dengan Asep, dirinya kini disibukan dengan bisnis baru

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Can is mine   saatnya kamu tau

    "Tanpa Om, kamu tidak akan ada didunia ini" sekali lagi pria dewasa itu mendesis pelan. Bibir Tika masih bungkam, ia tak paham apa yang tengah di bicarakan ayah Marteen itu. "Hahaha. Om, ini bukan komedi. Gak lucu deh" ditengah ketegangan keduanya tawa Leo tiba-tiba pecah hingga sudut matanya berair. Tika melirik ke arah Leo dengan tatapan tajam, mengisyaratkan untuk Leo diam. Leo yang menyadari isyarat tersebut pun mengangguk paham dengan kembali memasang wajah serius. "Saya tidak sedang bercanda, dengarkan nak. Ini saatnya kamu tau, sebenarnya kamu itu putri-""Kita selesaikan dirumah, aku tidak mau menanggung malu hanya keributan kecil seperti ini. Kalau perlu Marteen juga harus ikut," begitu gemetar Tika memotong pembicaraan. Tika menghela napas untuk menenangkan diri, sejujurnya ia sudah tau akan kemana arah pembicaraan mereka kali ini. Marwan pasti hendak memberi tau kalau dia sudah menjadi ayah sambungnya. "Yasudah, ayo kamu ikut Om ke mobil" ajaknya. Tika menggeleng cep

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09
  • Can is mine   ketahuan

    Mata Ayana megerjap-ngerjap, menyesuaikan cahaya lampu di kamarnya. Di tatapnya jam weker yang terpasang rapi di atas nakas.Sudah hampir pukul setengah satu, namun Ayana tidak menemukan Candra di sampingnya. Ia melenguh, beranjak dari tidurnya mencari-cari keberadaan Candra di tiap ruangan. "Sudah lupa rumah sendiri rupanya," desis Ayana duduk di sofa ruang tamu.Netranya menatap fokus kearah foto pernikahannya yang menjadi pajangan dinding satu-satunya di rumah itu. Ya sepertinya Candra tidak pandai atau tidak berniat untuk mendekorasi rumah ini senyaman mungkin, buktinya banyak sekali tembok-tembok polos disekitarnya.Bibir Ayana berkedut, berjalan menghampiri foto pernikahan mereka. Ditatapnya nanar foto tersebut, tangannya terulur mengusap foto tersebut yang begitu besar. Perasaan tak enak menyeruak kedalam batinnya, menyimpan sisa-sisa kesedihan dibenaknya. "Apa foto ini akan selamanya terpajang indah disini atau hanya sementara digantikan dengan foto yang lain. Mungkin kons

    Terakhir Diperbarui : 2022-08-09

Bab terbaru

  • Can is mine   EPILOG (CAN IS MINE)

    "Bunda! Bangun, shalat subuh yuk"Teriakan dua orang yang berbeda nada suara itu begitu mengganggu waktu tidur Ayana pagi ini. Bukannya bangun, Ayana malah sengaja menarik selimutnya hingga menutupi seluruh tubuhnya membuat kedua laki-laki beda usia itu berkacak pinggang tak terima. Keduanya saling menatap lekat seolah memberi pesan jika keduanya telah merencanakan sesuatu. SatuDuaTiga"Ayo bangun Bunda, nanti subuhnya telat!"Keduanya kembali berteriak dengan menarik kuat selimut yang tengah Ayana kenakan. Sabiru sudah tidak sabar, ia menaiki ranjang dan memeluk Ayana erat. "Bunda, ayo dong" Sabiru kembali membangunkan Ayana dengan mencium wajah cantiknya. Menyadari ada yang tidak beres membuat Ayana segera membuka mata, ia memeluk Sabiru erat. "Sayang, Ummah masih ngantuk. Kalian duluan aja ya nanti Ummah nyusul" Sabiru menggeleng, ia menarik lengan Ayana untuk segera bangun dari pembaringan. "Ayo bunda, kita berjamaah sama Ayah"Kedua mata Ayana memicing, indra pendengarann

  • Can is mine   akhir dari cerita

    Mata Bisma menyala, jarum suntik yang ia pegang pun mampu dipatahkannya. Ia semakin tersulut emosi, dimana otak Ayana kali ini? Bukankah telat satu jam saja nyawa Sabiru taruhannya sementara jarak pesantren dan rumah sakit ini bisa ditempuh tiga puluh menit belum proses pengecekan golongan darah dan kesehatan. "TOLONGLAH PAHAM, AYA! DIA AYAHNYA, DIA YANG PALING BERHAK MENOLONG SABIRU!" teriak Bisma begitu kencang. Candra begitu syok mendengar pernyataan Bisma, ia pun turun dari ranjang pasien menghampiri Ayana yang berdiri kaku diambang pintu."Apakah yang Bisma katakan itu benar?" tanya Candra tak percaya. Ayana masih membeku enggan menjawab. Kedua tangan Candra terangkat, ia mengguncang tubuh Ayana. "Jawab Aya, apakah itu benar?"Melihat pemandangan tersebut membuat Bisma semakin geram, ia tidak mau membuang banyak waktu hanya karena ini. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah Sabiru, ia ingin Sabirunya selamat. "Aya aku tidak akan pernah memaafkamu jika Sabiruku tidak selamat," lir

  • Can is mine   Biarlah takdir yang bercerita

    Selepas kepergian Candra, Ayana menangis sesenggukan dengan Sabiru yang sudah tertidur dipelukannya. Dengan datar Bisma mengambil sabiru untuk ia tidurkan lalu menyuruh Ayana untuk menjauh agar tidak mengganggu Sabiru. Ayana menurut, ia menjauh dari Sabiru dan terduduk di kursi tunggu yang tersedia diruangan tersebut. "Kenapa tidak jujur saja? pernyataan yang kamu lontarkan itu suatu kebohongan yang suatu saat akan merugikan kamu sendiri" Bisma menyodorkan tisu pada Ayana dengan kecewa. Kenapa Ayana seolah-olah kembali memberikan harapan besar padanya padahal jelas-jelas ia akan kembali merasakan sakitnya kembali ditolak oleh Ayana. Ayana mendongak, ia menerima tisu tersebut untuk menghapus ingusnya. Bisma duduk disampinya, mendengarkan tangis Ayana yang tidak mau berhenti itu dengan setia."Kenapa dia datang disaat aku hampir saja berhasil melupakannya?" tanya Ayana disela tangisnya. "Yang dia bilang itu benar Ya, pertemuan kalian itu sudah menjadi takdir Tuhan. Kamu tidak bisa

  • Can is mine   takdir tuhan

    Tiga tahun berlaluSenja, kelabu masih saja menjadi peneman hari-hari Candra sejak tiga tahun terakhir setelah ia tidak pernah menemukan Ayana dimana pun. Kedua orangtua pun tidak ada yang memberitahu kemana perginya Ayana sebenarnya. Sejak tigak tahun terakhir pula, hidup Candra diambang keputus asaan. Ia begitu bingung ingin melanjutkan hidupnya seperti apa sementara kehidupan telah berakhir sejak penyesalan terbesarnya itu."Sudah tiga tahun loh, lu gak mau bangkit melupakannya? Gue aja udah punya anak tiga loh" sindir Haris menemui Candra yang tengah terduduk di balkon kantornya. Ya, Candra kembali bekerja di rumah sakit miliknya sebagai CEO sejak ayahnya mengetahui jika Candra sudah putus dengan Hanin. Candra tak tergerak untuk menjawab, ia masih saja menikmati senja yang akan kembali digantikan dengan gelapnya malam. "Gue masih menunggu dia balik, sekali pun dia sudah bukan jadi istri gue tapi gue akan tetap menjadi miliknya. Gue gak mau nikah dengan siapa pun kecuali dengan

  • Can is mine   sebenarnya yang terjadi

    Hari-hari berikutnya adalah penderitaan bagi Candra, sesak yang menggunung dihatinya tidak akan pernah runtuh sebelum ia meminta maaf pada Ayana dan Ayana memaafkannya. Menyesal, merasa bersalah dan rindu yang amat besar membuat hari-hari Candra menjadi sangat kelabu.Untuk menuntaskan semuanya pagi ini bahkan Candra bergegas untuk menjemput Ayana dan meminta maaf padanya, wajah yang sayu itu kini sudah menatap sendu pekarangan rumah Herlan. Disana nampak begitu sepi pagi ini dan Candra tidak begitu yakin kalau Herlan akan mengizinkannya masuk. Namun bukan Candra namanya kalau tidak mencoba. Ia berusaha menguatkan hatinya, bersikap bodo amat memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah tersebut. Beberapa penjaga bahkan menyambutnya dengan ramah. Menghela nafas dalam, Candra keluar dari mobil dan berjalan menuju depan pintu rumah tersebut. Belum sempat Candra mengetuk pintu tiba-tiba Adinda keluar dari rumah tersebut dengan pakaian dinasnya. "Kamu, sedang apa disini?" tanya Adinda beg

  • Can is mine   Kehilangan

    Sudah hampir tiga bulan sejak perpisahan Candra dengan Ayana, kini dirinya sudah kembali terbiasa menjalani hari-hari. Melakukan pekerjaan rumah tanpa di bantu oleh Ayana. Keterbiasaan itu entah kenapa menjadikan hatinya suram untuk menjalani hari-hari. Ia merasa harinya kurang lengkap tanpa ada pengganggu di hidupnya. Siapa lagi kalau bukan Ayana. Sudah hampir tiga bulan juga Candra tak lagi menjadi seorang CEO dirumah sakit miliknya atau pun di perusahaan milik ayahnya. Hidup Candra kembali lagi kemassa dimana ia hanyalah seorang pegawai rumah sakit biasa di salah satu rumah sakit swasta. Haris, yang merupakan sahabatnya pun tak peduli dengannya. Entah, mungkin ini memang hukuman baginya atas apa yang ia lakukan pada Ayana dulu. Candra menarik napas dalam, menatap kearah sebrang rumah sakit. Dimana ia melihat seseorang yang tidak asing baginya, perempuan yang sedari dulu ia cintai tengah menunggunya duduk santai menikmati secangkir kopi andalan yang disajikan di kafe tersebut.

  • Can is mine   pergi

    Rembulan malam telah tenggelam, menghilang di gantikan dengan sinar matahari yang terbit dengan malu-malu. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, tapi Candra masih asik duduk melamun di kursi meja makan. Ada hati kecil yang menyesal saat ini, luka di wajahnya bahkan masih terasa perih. Setelah malam itu, sepertinya Candra akan benar-benar kehilangan Ayananya. Kemarahan Herlan nampaknya akan mengibarkan bendera permusuhan. Pikirnya. Candra meringis saat melihat pemandangan rumah yang begitu acak-acakan tidak seperti biasanya yang nampak rapi dan harum. Ia menghembuskan nafas kasar ketika cucian yang menggunung seperti melambai-lambai kearahnya. Ini baru beberapa hari Ayana pergi dari rumahnya namun Candra sudah dibuat stres dengan pekerjaan rumah yang menggunung. Kenapa harus takut jika Ayana pergi kan ada Hanin yang akan merawatnya, menggantikan posisi Ayana. Pikirnya Candra begitu dulu tapi Candra salah. Setelah malam itu, Hanin malah seperti terkesan menjauh. Ia begitu sulit d

  • Can is mine   keputusan

    Mobil berplat nomor dinas itu berhenti tepat di pekarangan rumah Candra. Nampak Herlan bersama kedua ajudannya keluar dari mobil tersebut, mata Herlan memejam lama saat kakinya hendak melangkah ke depan pintu rumah yang sedikit terbuka. Samar-samar Herlan mendengar suara perempuan yang tengah asik berbincang dengan menantunya itu, tentu saja bukan Ayananya. Tangan Herlan terangkat hendak mengetuk pintu, namun dihalangi oleh kedua ajudannya."Izin komandan, sebaiknya jika memang komandan ingin memastikan benar tidaknya jika menantu komandan itu berselingkuh sebaiknya kita tunggu dulu jangan dulu masuk, kita intip saja dari jendela dan dengarkan percakapannya" ujar Roni salah satu ajudan yang paling keluarga Herlan percayai.Herlan menurunkan tangannya, ia menuruti apa yang dikatakan Roni. "Ayo tuan sebaiknya kita intip disini," ajak Roni sedikit menjauhi pintu utama tepat pada jendela besar yang hanya di tutupi kain gorden yang sangat tipis. Dari sana terlihat jelas Candra tengah du

  • Can is mine   kepedulian Bisma

    Lantunan surat Al-Baqarah terdengar melangalun lembut menghiasi kamar kos-koasan berukuran 2.5 m kali 3 m itu.Si pembaca begitu menjiwai setiap ayat demi ayat yang ia lantunkan. Apalagi saat ia membaca dan merenungi salah satu arti dari surat al-baqarah ayat 216 yang berbunyi :كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ“Diwajibkan atasmu berperang, padahal itu kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui”Melalui surat Al Baqarah 216 Allah telah menjelaskan bahwa kewajiban perang harus dilaksanakan meski hal tersebut bukan sesuatu yang menyenangkan. Dalam ayat tersebut menyebutkan bahwa “boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu” yang berarti peperangan

DMCA.com Protection Status