Di ruang gelap. Tanpa ada pencahayaan sedikitpun, Andri disekap. Kedua tangannya diikat. Begitupun dengan kakinya.Setelah cukup lama tidak sadarkan diri, mantan suami Tiara itu akhirnya membuka mata. Dengan tubuh yang dirasakan masih sakit, akibat pemukulan pria-pria asing itu, kini ia kehilangan tenaga. Tubuhnya pun mengalami luka lebam dan luka lebar di pelipisnya."Di mana aku?" batinnya.Andri pun mendengar deru langkah kaki itu semakin terdengar jelas. Entah ia berada di mana. Semakin jelas dan jelas. Kini Andri merasa jika orang itu berada di depan ruang penyekapan."Siapa mereka?"Andri yang takut akhirnya mencoba menutup matanya kembali. Ia berpura-pura belum sadar, agar tahu suasana itu lebih dulu. Ia harus berpikir jernih untuk melawan dan membebaskan dirinya dari penyekapan itu.Tidak lama, ia mendengar suara dering telepon. Sepertinya telepon sang penyekap. Andri pun mencoba menguping, karena suaranya tidak terlalu jelas."Halo, Bos!"Entah siapa dan apa yang mereka bicara
Pada akhirnya Andri ingin membantu Tiara menemukan keluarga aslinya. Keluarga yang selama ini ia cari dan belum juga menemukan hasilnya. Tiara pun tidak tahu lagi, apa yang harus dilakukannya untuk menemukan mereka. Tiara mulai merasa bersalah. Setelah semua kejahatan yang dilakukannya, bahkan Andri masih mau membantunya."Andri, kenapa kamu masih mau membantuku?" tanya Tiara.Andri pun menatap mantan suaminya dengan tersenyum."Tiara, aku juga punya masalalu yang kelam. Aku bukan hadir dari keluarga yang baik. Orangtua yang kamu kenal selama ini, bukanlah orangtua kandungku, Tiara!" ucap Andri lantang."Hah???"Andri dan Tiara sama-sama menarik nafas panjang. Mereka memiliki pemikirannya masing-masing. Andri kembali mengenang masa-masa di mana ia akhirnya tahu, siapa dirinya yang sebenarnya."Apa kamu mau bercerita sedikit saja padaku?" tanya Tiara hati-hati. Andri pun tersenyum tipis.Andri pun mengajak Tiara duduk. Tepat di depan jendela. Menatap langit malam yang dipenuhi cahaya
Rosma tak dapat berbuat apa-apa, saat Sahrul memintanya merawat anak hasil perselingkuhannya kembali. Setelah Anita, kini Hafiz. Anak hasil hubungan gelapnya bersama asisten rumah tangga mereka sendiri. Tidak sampai di situ, ada Uki dan si kembar Sasa dan Sisi. Anak Sahrul dengan selingkuhannya yang lain.Mereka terpaksa dirawat Rosma, karena tiap kali menolak, Sahrul selalu mengancamnya dan membawa Rosma kembali ke lembah nistanya dulu, di mana ia pernah terjebak menjadi kupu-kupu malam.Rosma tak ingin kembali ke tempat nista itu. Meski menyakitkan, Rosma berusaha ikhlas. Dengan berjalannya waktu, ia mencoba menerima kehadiran anak-anak hasil perselingkuhan suaminya itu dengan banyak wanita.----Waktu berjalan, kini Tia dan kelima anak tirinya itu sudah tumbuh menjadi anak-anak remaja yang baik dan penurut dibawah didikan seorang Ibu yang merawatnya dengan penuh cinta kasih.Meskipun tanpa bimbingan sang Ayah yang masih gemar bermain wanita, mereka tumbuh menjadi pribadi yang ba
Rosma yang masih dalam keadaan lemah pun terbaring di atas ranjang di kelilingi anak-anaknya. Rosma pun dengan nada getir mulai bicara. Mengungkapkan apa yang sebenarnya terjadi."Kalian itu anak-anak Ibu. Walau kalian bukan lahir dari rahim Ibu. Kalian juga benar tidak lahir dari Ibu yang sama. Tapi, Ibu membesarkan kalian dengan cinta dan kasih sayang seperti anak Ibu sendiri," tutur Rosma dengan nada yang lemah. Air matanya pun luruh.Keenam anak Rosma itu tertunduk lesu. Mereka kini merasa menyesal setelah menyakiti hati wanita yang sudah membesarkan mereka dengan kasih sayang, juga air mata."Kalian boleh kecewa, boleh marah. Mau caci maki Ibu silakan. Tapi kalau kalian berbuat hal seperti ini, kalian menyakiti hati banyak orang," tutur Rosma dengan suara yang masih terlihat lemah."Ibu membesarkan kalian dengan kasih sayang. Tapi, Ibu kecewa. Kenapa kalian sekarang jadi terpecah belah seperti ini?!" ujar Rosma terisak.Keenam anak Rosma pun terdiam. Beberapa saat mereka saling p
Rosma dibuat mendidih saat di depan matanya ia melihat Arumi, sahabat karibnya tengah ijab Qabul bersama Sahrul, suaminya. Pria yang selama ini selalu mengkhianati pernikahannya."Tega kamu ya, Arumi. Jahat kamu!" bentak Rosma. Wajahnya memerah padam. Tidak ada satupun tamu undangan yang berani mendekat.Sebuah korek dan satu dirigen bensin dibawa Rosma. Kesabarannya selama ini tidak pernah dihargai. Hari ini, hancur sudah semuanya. Arumi, sahabat yang begitu baik dan sudah dianggap saudara justru menusuk dari belakang."Arumi, kamu tahu penderitaan aku. Kamu ragu bagaimana jatuh bangunnya aku mempertahankan rumah tanggaku. Tapi, sekarang justru kamu yang berkhianat!" hardik Rosma.Rosma yang sudah diliputi amarah murka, langsung menarik Sahrul dengan kasar. Entah kekuatan darimana, membuat Rosma berhasil melawan kekuatan sang suami."Rosma, jangan Ros. Apa yang mau kamu lakukan?" teriak Arumi histeris.Rosma tidak perduli. Teriakan banyak orang untuk menghentikan langkahnya pun tida
"Hafiz, bangun Hafiz!"Suara tangis bersahutan. Memecah keheningan di kamar perawatan Hafiz. Sang dokter serta perawat pun datang memeriksa kondisi Hafiz.Tidak berlangsung lama, sebuah kabar mengejutkan pun harus diterima Rosma dan keluarganya."Saya mohon maaf. Hafiz sudah meninggal dunia!" ucap sang dokter. Dokter dan perawat pun memilih pergi saat Rosma histeris dan juga anaknya yang lain. "Hafiz, bangunlah. Jangan tinggalkan ibu sendiri di sini, Nak ...." lirih Rosma. Begitu dengan Tia dan adiknya yang lain, menangis pilu meratapi kepergian Hafiz. Hafiz adalah anak yang baik. Paling Sholeh dan selalu nurut juga pintar dibandingkan dengan anak Rosma yang lainnya.Rosma kini hanya bisa meratapi kepergian anak kesayangannya. Menyesali semua perbuatannya.Karena emosinya, Hafiz menjadi korban. Ia terluka bakar parah saat melindungi Sahrul dari amukan dan amarahnya."Hafiz, maafkan ibu ....""Ibu sudah membunuh kamu, maafkan ibu, Nak ...." rintih Rosma.Tia sebagai anak tertua pun m
Karma itu benar-benar nyata. Bahkan sangat cepat mendatangi Arumi dan Sahrul. Setelah sempat menikmati segala kemewahan dan bulan madu mewah, pada akhirnya Sahrul dan Arumi kembali jatuh ke jurang kehancurannya.Sahrul harus mempertanggung jawabkan semua perbuatannya. Suami Tante Vera yang juga seorang pejabat pun melaporkan istrinya dan Sahrul dengan pasal perzinahan. Keduanya pun harus merasakan dinginnya lantai penjara.Arumi pun harus kembali ke rumah lamanya. Walau sempat menolak, ia tidak punya pilihan lain. Semua fasilitas yang diberikan Sahrul akhirnya diambil oleh Pak Rahmat yang seorang pejabat publik.Fasilitas yang didapatkan Sahrul dari Tante Vera itu ternyata diambil dari uang suaminya. Tentu saja Pak Rahmat tidak mau kehilangan begitu saja semua hartanya.Arumi harus menelan rasa malu. Baru menikah, suaminya sudah dipenjara dengan kasus yang sangat memalukan. Belum lagi ia harus kembali ke rumah lamanya karena semua hartanya telah diambil alih oleh suami selingkuhan Sah
Rasa sakit itu masih begitu terasa bagi adik-adik Tia. Hatinya masih enggan memaafkan Sahrul. Walau mereka tahu, sang Ayah mungkin saja telah benar-benar berubah.Malam itu di tengah derasnya hujan, akhirnya Uki mengangkat tubuh ayahnya ke dalam kamar sang ibu. Di ranjang yang biasa sang ayah tempati dulu, tubuhnya direbahkan. Beberapa menit kemudian, Sahrul pun sadar dari pingsannya."Maafkan bapak. Bapak sudah banyak salah sama kalian. Sama ibu kalian. Maafkan bapak ya, Nak ...." lirih Sahrul.Uki dan saudaranya yang lain masih saja acuh. Tidak perduli dengan tangisan sang ayah. Dengan memelas ia mengemis maaf dari anak-anaknya.Sahrul sudah menyesali semua perbuatan buruknya dulu."Ayah, maafkan Tia ya. Selama ini Tia udah nggak perduli sama Ayah ...." ucap Tia. Ia pun memeluk ayahnya dan berharap adik-adiknya mau ikut memaafkan."Kalian belum mau memaafkan ayah?" tanya Tia.Uki, Ani, dan si kembar masih enggan bersuara. Mengingat kematian Hafiz, ibunya yang dipenjara membuat Uki su