Share

Pesta Maksiat

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Sepertinya memang banyak yang meninggalkan tenda."

Kepala Star keluar dari dalam tenda dan melihat beberapa orang berjalan ke arah hotel. Tiga perempuan dan dua lelaki. Dengan orang yang sebanyak ini, tidak mungkin para senior berbuat macam-macam kan?

Sayang sekali, kenyataan tidak seperti itu. Star bahkan merasa syok melihat pemandangan di dalam kamar 304. Dirinya tidak percaya dan pernah berpikir kalau yang seperti ini hanya ada di dalam film biru, tapi sekarang Star melihatnya secara langsung.

This is the real sex party.

Acaranya belum benar-benar di mulai, tapi Star bisa menebak apa yang akan terjadi. Ini terlalu mengerikan untuk acara berkedok ramah tamah jurusan. Apalagi dengan orang yang sepertinya berjumlah nyaris sepuluh, atau mungkin lebih.

"Akhirnya kalian datang juga. Kupikir kalian tidak akan datang." Lelaki senior yang tadi mengajak, bersuara.

"Maaf, tapi kurasa kami akan kembali saja."

Star menyambar tangan Tere yang sudah terlihat takut, tapi tentu saja me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Pelukanmu

    "Apa kau bilang?" tanya Harvie dengan wajah memerah menahan amarah. "Menurut laporan pengawal yang anda minta untuk mengikuti Nona Star, busnya mengarah ke tempat yang berbeda dari yang disebutkan Nona tempo hari." Brian mengulang kata-katanya. "Nick sialan." Harvie menggeram. Entah mengapa dia merasa bahwa ini adalah ulah Nick. Tentu saja Harvie tidak tahu kalau hal seperti ini sudah sering terjadi. "Berapa orang yang mengikuti Star?" "Ada tiga orang yang mengikuti Nona Star. Tiga lainnya berangkat duluan ke lokasi baru yang sudah diketahui," Brian menjawab sesuai dengan laporan yang tadi di bacanya. Harvie mengangguk mengerti. Harusnya jika seperti itu sih tidak akan ada masalah, tapi dia merasa tidak tenang. Dia perlu melihat keadaan Star denga mata kepalanya sendiri. "Padatkan jadwalku. Aku akan menyusul Star secepat mungkin." Harvie memberi perintah. "Kalau begitu saya permisi untuk memberitahu orang-orang kalau rapat akan dimajukan." Brian tidak menunggu jawaban da

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Tidur Bersama

    "Sungguh? Kau benar tidak apa-apa?" Harvie melepas pelukannya dan mulai memeriksa Star mulai dari wajahnya. Dia menangkup kedua pipi Star dengan sedikit tekanan, membuat bibir gadis itu sedikit maju. Harvie memeriksa setiap inci wajah Star sebelum memutar tubuh gadis itu, memeriksa apakah dia terluka atau tidak. "Si brengsek itu tidak melakukan apa-apa padamu kan?" tanya Harvie dengan nada suara yang terdengar sangat marah. "Saya tidak apa-apa, Daddy." Star tertawa pelan melihat kelakuan Harvie yang masih sibuk meneliti tubuhnya. Kegiatan Harvie itu sama sekali tidak membuat Star merasa risih. Padahal biasanya Star sudah akan menegur lelaki yang menatap tubuhnya teralu lama. Mungkin karena Harvie hanya ingin memastikan kondisinya, dan mungkin karena Harvie yang melakukannya. Kalau yang melakukan itu Brian yang berdiri di belakang Harvie, Star merasa yakin akan langsung menamparnya. "Apa yang kau tertawakan?" tanya Harvie masih merasa marah. "Tidak ada." Star menggeleng, sambil

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ada yang Berubah

    Pagi hari ini terasa dingin, tapi Star merasa hangat dan nyaman. Dia menggeliat pelan, tapi rasanya agak tidak bebas bergerak. Star sudah hendak protes ketika indra penciumannya mengenali bau maskulin yang sudah mulai dihafalnya. Itu membuat Star tersenyum dengan mata yang masih terpejam. "Daddy," gumam Star pelan, lalu membuka mata perlahan, dan mendapati sosok Harvie masih terlelap. Terlihat begitu damai dan sangat tampan. Wajah Harvie memiliki rambut-rambut halus di rahangnya yang biasanya mulus itu. Sepertinya Daddy-nya ini lupa bercukur dan penampilan ini membuat Harvie terlihat lebih dewasa dan seksi. Tangan Star terulur menyentuh rahang Harvie. Merasakan tekstur kasar akibat bakal janggut di rahang tegas milik Harvie. Kegiatan yang sangat meyenangkan bagi Star. "Suka?" Suara serak Harvie membuat tangan Star berhenti sejenak. Hanya sejenak saja sebelum kembali menelusuri rahang Harvie sampai puas. "Apa mulai sekarang aku tidak perlu bercukur?" tanya Harvie masih dengan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Hukuman yang Pantas

    "Astaga Star! Kamu gak apa-apa kan Nak?" tanya Helena panik ketika menyambut Star di teras rumah. "Gak apa-apa kok, Ma." "Kalau gak apa-apa kok cemberut?" Helena memperhatikan raut wajah Star yang sedikit mendung. Star tidak menjawab Helena dan malah mengalihkan pandangannya ke arah mobil. Lebih tepatnya ke arah Harvie yang terlihat sedang sibuk dengan tabletnya. Setelah sopir menurunkan semua barangnya dan mobil melaju pergi entah ke mana, Star masih belum melepas tatapannya. Melihat hal ini Helena hanya menghela napas panjang. "Bertengkar sama Harvie ya?" tanya Helena lembut dan Star hanya menggeleng. "Lalu kenapa?" "Star juga gak tahu. Tadi pagi Daddy baik-baik saja, tapi pas habis mandi tadi Daddy gak bicara sama Star sampai barusan." Star menjawab dengan suara lesu. "Udah gak usah dipikirin. Mungkin Harvie tiba-tiba ada urusan kerja yang bikin sakit kepala." Helena mencoba menghibur Star. Helena akhirnya tersenyum setelah melihat Star mengangguk. Demi membuat Star t

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Rubah Betina

    "Kenapa belum tidur?" Harvie menjawab panggilan video call Star dengan senyum tipis. Walau sudah mulai menyadari perasaannya, Harvie masih merasa belum seyakin itu. Dia memutuskan untuk menyendiri selama beberapa waktu ke depan dan menyibukkan diri dengan pekerjaan. Namun, siapa yang menyangka Star akan menelepon? Panggilan video call pula. Itu membuat Harvie refleks mengangkat panggilan itu dan tersenyum, bahkan dia yang awalnya sedikit stress kini menjadi lebih baik setelah melihat wajah Star. "Apa aku ada salah sama Daddy?" Star bertanya langsung tanpa basa-basi. Sudah dua hari dia didiami oleh Harvie dan Star sudah tidak tahan lagi. Karena itulah dia memutuskan untuk menelepon Harvie. Karena sudah dua hari juga tidak melihat lelaki itu, Star memutuskan untuk melakukan panggilan video call. "Maksudnya?" tanya Harvie bingung, telah melupakan kalau dia mendiami Star dua hari ini. "Daddy mendiamiku dua hari ini," jawab Star jujur. "Aku pikir aku berbuat salah dan memikirka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Bayi Besar

    "Apa aku sudah cukup rapi?"Setelah panggilan video call dengan Harvie terputus, Star segera merapikan diri dan keluar ke ruang tamu untuk menunggu lelaki itu. Bahkan boneka beruang Star juga ditata ulang agar tidak terlalu mengganggu nantinya. Saat bunyi beep pelan terdengar dari pintu, Star segera berdiri dan menunggu tak jauh dari pintu. Keningnya berkerut ketika Harvie tidak kunjung masuk setelah dia menunggu sekitar dua menitan. Penasaran dengan apa yang menahan Harvie, Star memutuskan untuk membuma pintu. Betapa terkejutnya Star ketika menemukan Harvie tidak sendirian di depan pintu. Makin terkejut lagi karena ternyata itu adalah Irish dengan penampilan super seksi. Awalnya Star hanya merasa terganggu dan tidak suka dengan kehadiran Irish. Karena itu pula Star berusaha menghalangi Harvie memandangi Irish yang seksi (walau percuma saja, sebab Harvie jauh lebih tinggi). Namun rasa tidak suka itu berubah menjadi amarah ketika Irish menerobos masuk seenaknya. Dan tanpa bisa

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Bertemu Mantan

    Setelah kemarin malam ditenangkan oleh Harvie, pagi ini Star kembali terlihat ingin memakan Irish hidup-hidup. Bagaimana tidak? Star secara tidak langsung telah mengatakan keberatannya dengan pakaian Irish, tapi pagi ini gadis itu memakai pakaian seksi lagi. Kali ini sweater putih oversize yang sekaigus menjadi piyama Irish semalam. Yang jadi masalahnya adalah, Irish sepertinya hanya menggunakan celana dalam di balik baju kebesaran itu. Paha mulusnya terlihat jeas, karena bajunya hanya menutupi setengah paha. Kerah sweaternya melorot turun melewati bahu kirinya. "Guten morgen," sahut Irish santai dari atas bar stool, seolah tidak ada yang pernah terjadi semalam. Irish menatap Star seperti biasanya. Sebaliknya mata Star terliat mengobarkan api amarah dan mereka saling bertatapan intens. Irish baru memutuskan kontak mata ketika melihat Harvie keluar dari kamar yang sama dengan Star. "Kalian tidur bersama?" tanya Irish sedikit terkejut. Jangankan Irish, Karin dan Irina yang sedang

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Putus

    "Apa?" Tania berteriak tidak percaya mendengar kata-kata Star. "Apa anda tuli?" tanya Star makin ketus saja. Star yang mengembalikan kata-kata Tania pada Brian, membuat Brian kesulitan menahan tawa. Dan sialnya Tania mendengar dan berbalik memelototi Brian. "Aku gak tuli, tapi tidak mungkin Harvie punya tunangan. Apalagi yang jauh lebih muda. Berapa sih umurmu? Dua puluh ya?" Star mendengkus kesal. Dia sudah susah payah dandan begini dan hasilnya dia cuma terlihat dua tahun lebih tua dari usianya? Yang benar saja. Star tidak terima, tapi tidak mungkin juga marah karena alasan absurd. Hanya orang gila yang mau dibilangi tua dan Star adalah salah satu orang gilanya. "Delapan belas. Ada masalah dengan itu?" Bukan Star yang membalas, tapi Harvie. Itu pun dengan wajah kesal. "Seriouslly? Kamu ninggalin aku buat anak bau kencur gini?" tanya Tania tidak terima. "Aku ninggalin kamu gimana maksudnya? Setahuku aku gak pernah ninggalin orang tanpa pamit gitu." Harvie mengerti apa

Latest chapter

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Minta Adik

    “DONI.” Doni menggeram kesal mendengar suara ayahnya yang menggelegar. Dengan sangat terpaksa, dia meninggalkan permainan game onlinenya dan menghampiri sang ayah. “Kamu ini sebenranya ngapain sih?” tanya sang ayah dengan wajah terlihat sedikit kesal. “Maksud Ayah apaan sih?” tanya Doni bingung. Tapi tiba-tiba saja ayahnya tersenyum. “Kita sekeluarga diundang untuk grand opening mal. Kerjasama Olympus Grup dan Constate Enterprise.” Ayah Doni berteriak riang sambil memeluk anaknya. Bagi para pengusaha, diundang oleh perusahaan kondang saja merupakan suatu kebanggaan. Apalagi yang mengundang ini merupakan perusahaan kelas dunia. “Lalu? Hubungannya denganku apa?” tanya Doni makin bingung. “Katanya pimpinan Constate dan anak tertua dari Olympus Grup mengenalmu secara pribadi, makanya mereka mau mengundang. Ini kesempatan yang sangat baik Doni.” “Apanya?” tanya Doni makin bingung. “Kamu ini gimana sih? Kuliah bisnis, tapi tidak tahu apa-apa soal bisnis. Katanya pemimpin Olympus,

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pantang Menyerah

    Waktu bergulir dengan cepat. Tidak terasa ujian semester pertama sudah dekat dan Star mah didera banyak masalah yang membuatnya tidak fokus. Marvel terserang flu berat dan menulari Yvonne. Karena Marvel punya masalah pada jantungnya, dia terpaksa harus diinapkan di rumah sakit. Lalu karena Yvonne juga merengek ingin menginap di rumah sakit, dia juga terpaksa dirawat. Kata dokter sih tidak ada masalah karena Star dan Harvie membawa mereka ke rumah sakit tepat waktu, tapi tetap saja Star khawatir dan mempengaruhi fokusnya untuk kuliah. Belum lagi gosip-gosip yang mulai bermunculan. Sama seperti dulu, banyak yang menggosipkannya sebagai wanita panggilan, hamil diluar nikah, peliharaan om-om dan lain sebagainya. Kehadiran Yvonne dan Marvel yang selalu datang menjemput jadi pemicunya. Bukan berarti Star menyalahkan anak-anak. Dia dulu juga sudah digosipkan seperti itu dan kebetulan saja kemunculan anak-anak seolah jadi pembenar gosip itu. Selain itu, Doni yang sudah lama tidak me

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kejutan

    "Kok sedari tadi kamu cemberut sih?" Harvie yang baru pulang langsung mengecup puncak kepala Star yang masih menemani anak-anak main. Dua anak kecil itu juga ikut-ikutan minta dikecup oleh ayah mereka. Hanya dikecup, tidak di peluk apalagi digendong karena Harvie belum mandi. "Tante Nadine udah mau balik ke Inggris." Star menjawab dengan jujur. "Terus?" "Terus aku jadi gak punya teman ngobrol seasik dia lagi. Jadinya kalau lagi pusing urusin anak-anak, gak ada teman curhat." Bibir Star maju sedikit, membuat wajahnya makin cemberut saja. "Kalau cuma curhat kan ada banyak orang yang bisa ditemani curhat. Lagi pula kan masih bisa saling telepon atau chat. Beda waktu Indonesia - Inggris kan tidak terlalu jauh." "Oh, iya juga ya. Baru sadar." Cengiran Star membuat Harvie menggeleng pelan. "Tapi kalau kamu memang butuh pengalihan ketika merasa lelah dengan anak-anak, Daddy punya ide yang bagus untuk itu." Harvie tersenyum melihat wajah bingung Star yang selalu membuatnya gemas

DMCA.com Protection Status