terima kasih sudah membaca cerita ini :) jangan lupa berikan dukungannya dengan cara vote cerita ini ya... selamat membaca bab selanjutnya!!!
Shenna berjalan memasuki area kampus yang cukup ramai, hari ini ia harus menyetor tugas kuliahnya yang sudah ia kerjakan. Sudah lima menit ia menginjakkan kaki di kampus, namun tanda-tanda kehadiran Tiara belum juga nampak. Kemana perempuan yang bilang bahwa dirinya sudah di jalan, mengapa dia belum juga datang. Shenna dan Kevin tidak berada di jurusan yang sama, kekasihnya yang tampan itu memilih manajemen bisnis sebagai jurusannya. Jika diingat-ingat, pertemuan mereka terbilang cukup unik. Saat itu Shenna sedang duduk di kantin sendirian, menunggu Tiara yang sedang pergi ke toilet. Tiba-tiba saja Kevin datang dan duduk di depannya, dengan segelas lemon tea. "Numpang duduk boleh?" tanya Kevin saat itu. Shenna yang tidak bisa menolak akhirnya menganggukkan kepalanya, membiarkan laki-laki itu duduk di tempat yang sama dengannya, sembari menunggu Tiara yang sebentar lagi datang. Kehadiran Kevin awalnya cukup membuat Shenna tidak nyaman, karena laki-laki itu terus saja menatapny
Saat akan melangkahkan kakinya menuju taman, Shenna tidak sengaja bertemu dengan senior yang paling ia benci di kampus ini. "Hai Shen" sapa laki-laki itu dengan senyuman yang membuat Shenna ingin muntah melihatnya. "Udah lama ga ketemu, kamu apa kabar?" tanya Martin membuat Shenna benar-benar merasa sangat tidak nyaman. "Bisa minggir ga?" ujar Shenna karena saat ini Martin sengaja berdiri di depannya, sehingga tidak ada akses untuk Shenna lewat. "Judes banget sih Shen" sahut Martin dengan wajahnya yang menyebalkan itu. "Kamu sama Kevin, masih pacaran?" tanya Martin tiba-tiba. "Kalau masih, kenapa emangnya? ada masalah?" balas Shenna. "Aku cuma kasihan aja sih sama kamu, jangan terlalu percaya sama Kevin" "Saran doang sih Shen, ga di dengerin juga gapapa" ujar Martin lagi. Sungguh, ingin sekali rasanya Shenna menendang tubuh laki-laki itu agar memberikan ruang untuk Shenna pergi. "Kalau kamu sama Kevin ada masalah nanti, kamu bisa cari aku ya Shen. Hati aku masih sam
Shenna harus kembali melayani bosnya yang menyebalkan setelah mendapat libur kemarin. Sehari tanpa makian Arga benar-benar membuat hidup Shenna menjadi jauh lebih tentram, sangat tenang sehingga dia ingin terus jauh dari pria itu. Namun ingatkan hutangnya yang menumpuk membuat Shenna dengan berat hati kembali ke kantor. Padahal masih pagi, Namun sumpah serapah kali ini sudah terus ia lontarkan pada Arga yang tidak pernah berubah. "Kamu sedang apa?" tanya Arga terdengar serius. Shenna hampir saja merutuki pertanyaan pria itu, jika dia punya mata seharusnya pria itu tahu apa yang sedang Shenna lakukan. Bukankah sudah sangat jelas bahwa perempuan itu hanya berdiri menunggu perintah dari bosnya. "Saya sedang menunggu" sahut Shenna sengaja tidak menyelesaikan kalimatnya. "Menunggu? menunggu apa?" tanya Arga penasaran. Bagaimana tidak, pria itu sejak tadi melihat Shenna hanya berdiri tanpa melakukan apapun, lalu apa yang dia tunggu? "Menunggu perintah dari Bapak" sahutnya dengan
Shenna duduk di pesisir pantai bersama sang kekasih, kepalanya ia senderkan pada pundak Kevin sembari menikmati hembusan angin yang beraturan. Sore ini mereka sengaja menghabiskan waktu untuk kencan berdua saja, tanpa Tiara yang selalu ikut ke mana saja. Tadinya Shenna hampir saja membatalkan janji ini, untungnya Kevin mau menunggu sedikit lebih lama hingga akhirnya mereka berdua bisa duduk di sini. Menatap ke arah lautan yang sebentar lagi memperlihatkan indahnya sunset dari sinar matahari yang akan tenggelam. "Sunsetnya indah banget ya" ujar Shenna masih menyenderkan kepalanya di bahu laki-laki tampan itu. "Iya, ciptaan Tuhan emang ga pernah gagal" sahut Kevin. "Tapi masih kalah jauh, ada satu ciptaan Tuhan yang jauh lebih indah" tambahnya. "Kalah jauh? sama apa?" tanya Shenna bingung. "Sama indahnya ciptaan Tuhan yang lagi duduk di sebelah aku" sahut Kevin menatap Shenna. Perempuan yang mendapat pujian itu langsung menutup wajahnya karena malu, saat-saat seperti ini ma
"Ambilin laporan mingguan di sekretaris saya" ujar Arga membuyarkan lamunan Shenna. Perempuan dengan kemeja putih itu terlihat sedang bengong, entah ke mana pikirannya namun matanya menatap lurus menembus tembok. Shenna yang hampir terkesiab dengan perintah tiba-tiba itu langsung menyadarkan dirinya, "Baik pak" ujar Shenna yang sudah siap untuk melangkah. Karena Arga tidak lagi bicara, perempuan dengan heel yang tidak terlalu tinggi itu langsung keluar dari ruangan pria itu. Shenna berjalan menuju ruangan Mbak Indy yang berada satu lantai di bawah ruangan Arga, Shenna berjalan pelan terdengar mengikuti ketukan satu per satu suara heelsnya. Shenna yang sudah sampai di ruangan mbak Indy langsung mengetuk pintu itu dengan cepat, mendengar suara mbak Indy yang memintanya masuk membuat perempuan itu membuka pintu. "Eh Shen, ada apa?" tanya mbak Indy saat melihat ada Shenna di ambang pintu. "Pak Arga minta hasil laporan mingguan mbak" ujar Shenna pelan. "Oh iya! duh sampe lup
Shenna membukakan pintu untuk Arga yang hendak masuk ke ruangan kerjanya, "Silahkan, pak" ujar Shenna membiarkan Arga masuk lebih dulu. Tanpa banyak bicara, pria dengan setelan jas yang pas di tubuhnya itu langsung duduk di kursi kerjanya. Sepertinya hari ini Arga terlihat berbeda, entah apa yang berubah dari pria itu hari ini. Pria yang biasanya banyak memerintahkan Shenna untuk ke sana ke mari, kali ini hanya diam saja dan fokus pada layar laptop di depan matanya. Saat melihat Arga yang sedang membuka laci-laci mejanya, Shenna langsung bertanya, mungkin saja pria itu butuh bantuannya. "Ada yang bisa saya bantu pak?" tanya Shenna menawarkan bantuan. Arga tidak menggubris pertanyaan perempuan itu, Arga terus mencari di mana letak barang yang entah apa Shenna tidak tahu. "Kalau boleh tahu, bapak sedang mencari apa ya?" tanya Shenna lagi. "Bisa ga, kamu gausah ngomong dulu? saya lagi pusing!" sahut Arga membuat Shenna mengerutkan keningnya. Padahal kan niatnya baik ingin me
Sepulang dari kantor Shenna melanjutkan tugasnya yang lain, kewajibannya sebagai mahasiswa membuat Shenna harus mengerjakan tugas kuliahnya juga. Shenna dan Tiara mengerjakan tugas di kedai Kevin yang sangat cocok untuk anak muda semacam mereka, banyak colokan dan free wifi adalah surganya para anak muda. Sebelum itu Shenna pulang dulu ke apartemennya, membersihkan diri setelah bekerja agar lebih segar karena sekalian ingin bertemu dengan kekasihnya yang tampan. Sehabis mandi, perempuan itu mengambil crop top berwarna putih untuk atasan, dan jeans panjang untuk bawahannya. Shenna menyisir rambutnya rapi, tidak lupa dengan polesan bedak natural sehingga wajahnya terlihat lebih bersinar. Sebelum keluar tidak lupa ia menyemprotkan parfum pada tubuhnya agar lebih wangi. Shenna mengambil tas yang sudah berisi laptop di dalamnya, dengan senyuman yang cerah ia tersenyum di depan cermin, lalu keluar dari kamarnya dan pergi. Kevin: "Lagi di jalan ya?" Shenna yang sudah di dalam mo
Setelah menyelesaikan tugas kuliahnya yang sangat banyak itu, Shenna dan Tiara pulang karena jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Kedai Kevin juga sudah sepi pelanggan karena saatnya untuk tutup kedai. "Gua pulang duluan ya Shen" ujar Tiara membawa totebag berwarna tosca. "Lo balik bareng gua aja ya, ini udah malem, jangan sendirian bawa motornya" sahut Shenna. Tiara memang selalu mengendarai motor kemanapun ia pergi, itu adalah satu-satunya transportasi yang diberikan ayahnya untuk Tiara. "Motor lo taruh sini aja dulu, besok kita ambil lagi" tambah Shenna. "Gamau ah, rawan tahu parkir motor di luar sampe pagi. Sekarang emang masih ada, besok taunya udah hilang aja" sahut Tiara parno, akibat banyak sekali kasus kehilangan motor yang beredar. "Yaudah kalau gitu, gua ikutin lo dari belakang aja gimana?" tanya Shenna kembali memberi tawaran agar Tiara tidak pulang sendiri. Kevin dan Damar berjalan keluar dari kedai, melihat dua perempuan itu masih berdiri di depan sama
Setelah agak lenggang. Tiara dan Damar terlihat bersama sedang bercengkerama seperti biasa. Sambil mengelap meja tentu saja.Di meja lainnya, ada Bisma dan Kevin yang duduk santai. Mereka agaknya merasa sangat lelah sekarang.Lalu Shenna dan Arga yang sedang mencuci beberapa piring dan gelas kotor agar bisa digunakan lagi."Damar, dia keliatannya suka sama Tiara ya." ujar Bisma tiba-tiba.Pandangannya menatap betapa dekatnya mereka. Seolah tak berjarak sama sekali.Kevin mengangguk, setuju dengan apa yang bisma katakan. Hanya dengan tatapan itu saja, kevin mengerti maksud dari pandangan perempuan itu."Gua sama Tiara pacaran." ujar Bisma memberikan informasi.Entah harus merespon seperti apa, Kevin malah dibuat tertawa mendengarnya.Tawa itu agaknya membuat Bisma tersinggung. Kevin tidak percaya dengan ucapannya."Kalau lo bilang lo suka sama Tiara, gua percaya sih. Cewe modelan Tiara emang banyak yang naksir dari dulu. Tapi kalau pacaran, gua yakin Tiara enggak dulu sama lo." ujarnya
Pada saat hari di mana Tiara dan Bisma akan dinner. Laki-laki itu sudah menunggu di depan kosan Tiara.Lengkap dengan jas gelap rapi yang ia gunakan. Tiara keluar dengan balutan dress putih yang sudah ia kirimkan sebelumnya pada Tiara.Dengan senyuman manisnya, Tiara melangkah menghampiri Bisma yang sudah menunggu.Rasanya sangat aneh menggunakan pakaian rapi begini hanya untuk makan malam. Tiara juga merasa penasaran ke mana mereka akan pergi hari ini."Udah siap?" tanya Bisma dengan senyuman penuh wibawa.Tiara mengangguk, Bisma membuka pintu penumpang dan membiarkan Tiara untuk masuk lebih dulu. Lalu ia segera berlari menuju kursi kemudi.Bisma memecah kemacetan dengan melewati jalan pintas yang sering ia jadikan alternatif saat kondisi jalan sedang macet parah.Dengan ditemani alunan musik, Tiara sesekali bersenandung mengikuti irama lagu.~Long endless highway, you're silent beside meDriving a nightmare I can't escape fromHelplessly praying, the light isn't fadingHiding the sh
Beberapa tahun sudah berlalu. Shenna, Tiara, dan Kevin akhirnya lulus kuliah juga.Saat itu, ada Damar, Bisma, dan juga Arga yang datang pada saat mereka bertiga wisuda.Jagan terkejut, merek semua jadi semakin dekat ketika kejadian tak terduga itu terjadi.Bahkan Arga juga sempat menyatakan cintanya pada Shenna hanya karena tidak mau memendamnya sendiri.Jahat memang, namun ia tak mau berbohong. Meskipun ia juga akan tetap ditolak karena Shenna lebih memilih bersama Kevin daripada dirinya.Tidak masalah, Arga menyatakan cinta hanya karena ia tidak mau memendam perasaan lebih lama.Bahkan Kevin juga mengetahui hal itu. Kevin juga berpikir itu tidak akan jadi masalah ketika Shenna lebih memilih dirinya.Arga datang dengan sebuket bunga untuk diberikan pada Shenna. Bukan sebagai orang yang menyukai Shenna, melainkan sebagai bos yang berusaha untuk dekat dengan semua karyawannya.Arga sudah banyak berubah, dia yang dulunya sangat cuek dan dingin akhirnya mulai berbaur dan akrab dengan ka
Shenna sudah memutuskannya. Ia menghampiri Martin yang ada di tempat tongkrongannya bersama dengan antek-anteknya itu."Egh ada Shenna. Kenapa nih? Tumben nyamperin aku ke sini." ujar Martin tanpa merasa bersalah sedikitpun setelah membuat anak orang masuk rumah sakit."Gak usah sok akrab!" ujar Shenna kesal.Ia datang untuk memperingati Martin agar tidak mengganggu hidupnya lagi."Gua dateng ke sini buat ingetin lo, jangan pernah ganggu gua sama Kevin lagi." ujar Shenna dengan suara kerasnya."Gua sama Kevin gak akan pernah pisah. Ancaman lo gak ada apa-apanya sama rasa cinta kita berdua. Jadi gua minta lo untuk berhenti ganggu hubungan kita! Kevin gak akan pernah balik lagi sama geng sampah lo ini." ujar Shenna yang sudah tidak tahan untuk memaki-maki Martin.Amarahnya sudah di ujung kepala, ia mengutarakan rasa kesalnya sekarang. Mulai sekarang dia hanya akan percaya pada kekasihnya.Benar apa yang dikatakan oleh pak Arga. Shenna dan Kevin saling mencintai, sehingga mereka berdua b
Tiara yang baru saja pulang bekerja sedang duduk menunggu ojek onlinenya datang. Ia duduk di tempat pemberhentian bus agar mudah dikenali oleh ojeknya.Sudah malam, sekitar pukul sepuluh, karena Tiara baru saja menyelesaikan lemburnya. Ada banyak pekerjaan yang diberikan untuknya agar diselesaikan saat ini juga.Badannya sudah sangat lengket, kepalanya pusing, matanya mengantuk. Perempuan itu ingin segera beristirahat.Namun tak disangka, alih-alih menunggu ojek. Ada dua pria tak dikenal lengkap dengan masker berhenti di depan Tiara.Mereka meminta barang-barang yang Tiara bawa. Tentu saja Tiara membela dirinya, ia menghindari dan menolak permintaan itu.Berteriak pun tidak ada gunanya, jalanan sangat sepi, hanya ada mereka saja di sana.Tiara terus berusaha menyelamatkannya dirinya sendiri.Di tempat lain, pria dengan mobil mewahnya sedang menunggu lampu hijau menyala. Matanya menatap sekitar dan tak sengaja menemukan pemandangan yang membuatnya menatap tajam pada satu sosok.Perempu
Mendengar cerita itu tentunya membuat Shenna tak menyangka.Shenna tidak bisa menahan air matanya, ia menangis, ia membiarkan Kevin melihat dirinya menangis.Kevin tak kuasa melihat air mata Shenna, sungguh ia sangat merasa bersalah sekarang. Jika ia mau sedikit lebih jujur, mungkin semuanya tidak akan seperti ini.Ini semua salahnya, seharusnya ia tidak mengiyakan perintar Martin. Seharusnya ia tidak usah mengenal Shenna, perempuan itu terluka karenanya.Pun Shenna yang berpikir bahwa semua yang dialami Kevin adalah karena salahnya. Jika ia tak menolak Martin dengan cara seperti itu. Jika ia tidak membuat Martin sakit hati, mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi."Terus kamu kenapa bisa kayak gini?" tanya Shenna dengan isak tangisnya yang belum berhenti."Maaf." lagi, hanya kata itu yang mampu dilayangkan oleh Kevin. Ia butuh jawaban yang pasti, kenapa Kevin bisa sampai ada di sini, juga alasan kenapa Pak Arga juga di sini."Kemarin Martin ngirim sms ke aku. Dia bilang bakal nye
Shenna mengerutkan keningnya ketika mendapati pesan dari Martin.Martin : "Send a video."Martin : "Gua gak mau lo dibohongin terus-terusan sama dia."Martin : "Cowo lo itu gak beneran sayang sama lo."Martin : "Kevin kalah taruhan dulu, dia pacarin lo karena kalah taruhan."Martin : "Gua kasian sama lo, lo udah keliatan sayang dan nyaman banget sama dia."Martin : "Thanks me later."Pesan yang di spam oleh Martin membuat degup jantung Shenna berdetak lebih cepat. Video itu ia putar, berisi pengakuan Kevin yang memang sedang kalah taruhan.Laki-laki itu tertawa, ia mengatakan bahwa dirinya pasti akan bisa menjadikan Shenna sebagai kekasihnya.Shenna masih tidak percaya, namun jelas Kevin di sana. Ia tak menyangka bahwa Kevin akan melakukan hal seperti ini padanya.Shenna mengepalkan tangannya kuat-kuat. Ia tak menyangka bahwa dirinya sudah dipermainkan. Selama tiga tahun hubungan mereka berjalan, Shenna tidak pernah mengira hal seperti ini akan terjadi pada hidupnya.Shenna tentu saja
Saat suster yang merawat luka Kevin sudah keluar, ia memberikan ponsel milik laki-laki itu pada Arga.Ia menerima ponsel yang banyak sekali terdapat pesan dan panggilan tak terjawab.Saat melihat nama orang-orang tersebut, salah satu nama membuat Arga tercekat. Ada nama Shenna di sana.Hampir 30x panggilan tak terjawab dari perempuan itu, beberapa pesan khawatir yang dikirim perempuan itu dapat Arga rasakan.Ia sangat paham bagaimana perasaan Shenna saat ini. Arga melirik jam tangannya, sudah pukul satu dini hari, ia harap Shenna sudah beristirahat sekarang.Shenna pasti khawatir karena kekasihnya tidak memberi kabar. Beberapa teman anak ini juga terus berusaha menghubunginya.Arga hendak menekan tombol panggil pada nama Shenna. Rasanya ia ingin memberitahukan bahwa kekasihnya sedang berada di rumah sakit. Namun ucapan Kevin tadi kembali melintas di pikirannya. Ia yakin Kevin tidak mau Shenna mengetahuinya.Sehingga ia urungkan niatnya itu. Arga memilih untuk mematikan ponsel Kevin un
Kevin tersenyum masam, bahkan jika ia kehilangan Shenna pun, ia tak akan sudi untuk kembali pada kumpulan manusia-manusia mengerikan ini.Ia sudah terlampau benci dengan kelakuan mereka semua. Mereka yang tidak pernah mau menghargai pendapat orang lain, mereka yang hanya mau didengarkan, mereka yang sering kali membuat keributan. Kevin benci hal seperti itu, sehingga sudah seharusnya ia tak kembali pada mereka semua."Gua gak peduli sama apapun yang lo bilang. Gua ingetin untuk gak usah bawa-bawa nama Shenna lagi!" ujar Kevin, terdengar seperti ancaman untuk mereka semua.Martin sama sekali tak gentar mendengar ancaman dari anak kecil di depannya itu. Baginya kevin hanyalah mahasiswa sok berani yang sedang menantang mereka."Gua udah ingetin ke elo vin. Jangan nyesel kalau gua ngelewatin batas, lo sendiri yang bikin gua ngelakuin itu semua." ujar Martin tenang."Kalau dengan nyakitin shenna bikin lo balik lagi sama kita, gua bakal lakuin hal itu." ujar Martin lagi.Kevin merasa bingun