"Ada apa? Kenapa reaksimu seperti itu?" tanya Ethan melihat wajah tegang Emma. Dia terlihat terkejut tapi juga kecewa."Kau tidak menyukai alasanku?" Ethan kembali bertanya.Emma menarik napas dalam dan mencoba menenangkan dirinya. Emma begitu kaget karena jawaban Ethan benar-benar sama dengan perkataan Lea. Dia kembali ragu, apakah dia memang hanya pengganti Lea bagi Ethan."Aku ... aku hanya terkejut mendengarnya," jawab Emma sambil mengalihkan pandangannya."Tidak, pasti ada sesuatu. Katakan padaku ada apa?" paksa Ethan yang tidak suka Emma menyembunyikan perasaannya dari Ethan."Boleh aku bertanya satu hal lagi?" Ethan menatap Emma lalu segera mengangguk."Bagaimana dengan Lea, apa yang membuatmu menyukainya dulu?""Aku tidak ingat. Itu adalah kejadian lebih dari sepuluh tahun yang lalu, bagaimana aku bisa ingat apa alasanku menyukainya?" jawab Ethan semakin bingung."Sekarang katakan, ada apa?" cecar Ethan yang tidak ingin kesalahpahaman kembali hadir di antara mereka."Tidak apa
Emma bangun agak siang hari ini. Selain karena hari ini adalah hari libur, semalam dia dan para sahabatnya baru tidur setelah hari hampir berganti. Mereka bercerita tanpa henti, terkadang tertawa, menangis hingga marah. Emma merasa sangat beruntung memiliki Hazel dan Alice sebagai sahabatnya.Setelah benar-benar bangun, Emma segera memeriksa telepon genggamnya. Ada puluhan panggilan tidak terjawab yang masuk dari nomor yang tidak dia kenal. Sepertinya semalam Emma sengaja mematikan nada panggil di telepon genggamnya setelah selesai berbicara dengan Ethan. Dia tidak ingin ada yang mengganggu pembicaraannya dengan Alice dan Hazel.Emma memeriksa pesan yang masuk. Sebuah pesan yang dikirimkan beberapa jam yang lalu membuatnya sangat terkejut.[Ka Emma, ini aku Janice. Tolong bantu aku, mama tidak sadarkan diri dan aku sama sekali tidak bisa menghubungi papa dan kak Jessica.]Beberapa pesan lain yang isinya kurang lebih sama diterima Emma. Dia segera menghubungi nomor yang mengirimkan pes
"Kau harus mau menjadi CEO di Atlantis Grup.""Baik, aku akan melakukannya. Sekarang bisakah aku menggunakan helikopter?" jawab Ethan tanpa berpikir.Jonathan langsung menghubungi asistennya dan memintanya menyiapkan helicopter untuk putranya segera. Ethan segera naik ke atap rumahnya tempat sebuah helikopter selalu tersedia untuk ayahnya."Apa yang terjadi?" tanya Vivi yang sangat terkejut dengan pembicaraan antara suami dan putranya."Aku sedang mencari tahu," jawab Jonathan yang sudah menyuruh asistennya untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.Bertahun-tahun Jonathan dan Vivi merayu Ethan agar menjadi CEO di Atlantis Grup. Tapi dia menolak, dia hanya ingin membantu perusahaan dengan menjadi supervisor sementara. Itupun hanya agar ayahnya mengizinkannya mendirikan EN Company. Namun tadi dia langsung menyetujui permintaan ayahnya tanpa berpikir panjang atau mendebat ayahnya. Jonathan dan Vivi tentu saja sangat terkejut, entah masalah apa yang membuat putra mereka seputus asa itu
"Apa yang Mike lakukan di tempat itu? Selidiki, apa hubungan pamanku dengan Mike Palaru!" perintah Ethan sambil mengepalkan tangan."Baik Tuan," jawab Tony sambil mengemudikan mobil Ethan menuju ke rumah orangtuanya.Ethan masuk dan langsung menemui kedua orang tuanya yang sudah menunggu di ruang kerja ayahnya."Bagaimana keadaan Emma?" tanya Vivi dengan wajah khawatir."Dia baik-baik saja. Untungnya aku datang tepat waktu," jawab Ethan sambil tersenyum lega."Oh, syukurlah!""Terimakasih untuk bantuan kalian, aku jadi bisa menyelamatkannya tepat waktu," ucap Ethan dengan tulus."Baiklah, mama menyerah. Sepertinya kali ini kau serius dan sungguh-sungguh menyukai wanita ini. Besok ajak dia ke makan malam keluarga di rumah ini. Paman, bibi dan sepupu-sepupumu juga akan hadir. Itu akan jadi kesempatan yang baik untuk memperkenalkannya kepada seluruh keluarga," suruh Vivi kepada putranya."Selain itu, minta dia menyiapkan sebuah lagu. Aku ingin semua keluarga kita tahu bahwa gadis itu memi
"Paman, apa maksud paman?" bentak Ethan yang tidak suka dengan nada bicara Francis.Semua orang dewasa di ruangan itu mengenal Mike Palaru dan tahu apa pekerjaannya. "Apa kau tidak tahu kalau kekasihmu ini adalah keponakan Mike Palaru? Yang aku tanyakan mengapa dia tidak memakai nama Palaru? Apa dia berusaha menutupi asal usulnya agar dapat masuk ke dalam rumah Navarro?" ejek Francis dengan suara menahan tawa.Semua orang mulai berbisik-bisik sehingga suasananya semakin riuh. Ethan menatap pamannya dengan tatapan kemarahan."Kenapa menatapku seperti itu? Tanyakan saja pada kekasihmu!" Francis kembali mengejek."Apa urusan paman dengan nama yang dipakai Emma?""Tentu saja itu menjadi urusanku, urusan seluruh keluarga ini, urusan seluruh Atlantis Grup! Kau akan menjadi pengganti ayahmu, apakah layak kau berurusan dengan wanita yang bertalian darah dengan pria seperti Mike Palaru?"Emma yang sedari tadi mencoba menahan rasa malu, sedih dan marahnya, akhirnya tidak tahan lagi."Ya, Mike
"Apa papa mengenalnya?" tanya Ethan sambil mengernyitkan dahi. "Papa tidak yakin, namanya mirip dengan nama salah satu teman lama papa," jawab Jonathan berbohong.Hanya ada satu nama Maria Palaru di Calamba dan wanita itu adalah cinta pertamanya.***Emma tidak bisa berhenti menangis di kamarnya. Dia merasa sangat terluka karena perkataan Francis Lucero. Dia tidak yakin bisa menghadapi keluarga itu lagi setelah apa yang terjadi tadi. Emma kembali mengutuki nasibnya. Tadinya dia pikir hidupnya sudah baik-baik saja, tapi siapa menyangka keluarganya sendiri yang akan menjerumuskan dan menghancurkan hidupnya. Telepon genggam Emma berbunyi saat dia masih menangis tanpa suara."Ethan?" gumam Emma sesenggukan. Dia mematikan teleponnya karena tidak ingin Ethan mengetahui keadaannya saat ini. Tadi dia berusaha tampak tidak terpengaruh di hadapan Ethan, karena tidak ingin menambah beban Ethan. Emma juga tidak ingin Ethan mendapat masalah dengan keluarganya karena dirinya."Apakah aku harus
"Apakah benar kau putri dari Maria Palaru?" tanya Jonathan Navarro dengan mata berkaca-kaca. Emma mengangguk dengan bingung.Jonathan Navarro merogoh kantong jasnya lalu mengeluarkan sesuatu."Apakah ini ibumu?" tanyanya sambil menunjukkan sebuah foto tua. Ibunya tampak masih sangat muda dan menawan, di sampingnya berdiri seorang pria muda yang wajahnya sangat mirip dengan Ethan. Emma kembali mengangguk dan semakin bingung."Bagaimana anda bisa memiliki foto ibu saya?" "Wajahmu sama sekali tidak mirip dengan ibumu," ujar Jonathan mengacuhkan pertanyaan Emma."Ya, anda benar. Semua orang mengatakan saya adalah kembaran ayah saya.""Tapi suaramu sangat mirip dengan ibumu.""Tapi Tuan, bagaimana anda bisa mengenal orangtua saya?" cecar Emma lagi, bagaimana bisa Jonathan Navarro mengetahui tentang suaranya yang memang sangat mirip dengan ibunya.Selain itu, Jonathan Navarro mengenal orangtuanya adalah hal terakhir yang dia harapkan. "Kau mau minum kopi sambil berbincang denganku?" tany
"Mengapa kau seterkejut itu?" Pak Tua pemilik toko kue tampak heran melihat reaksi Emma yang dia rasa berlebihan."Aku...." Emma menghela napas dalam lalu berdiri sambil menatap pak tua itu dengan perasaan bersalah."Aku adalah putri dari Maria Palaru," akunya jujur. "Kau? Kau putri dari wanita itu? Tapi wajah kalian sama sekali tidak mirip.""Ya, aku tahu. Wajahku memang mirip ayahku.""Baiklah. Apa kau benar-benar ingin mendengarkan cerita tentang masa lalu ibumu dan Jonathan?" Emma mengangguk dengan yakin."Bagaimana dengan ayahmu?""Dia sudah meninggal saat aku berusia lima tahun," jawab Emma cepat.Pria tua itu tampak terkejut. "Duduklah lagi, aku akan menceritakan semuanya." Emma duduk perlahan sambil terus menatap ke arah pria tua itu."Dulu ibumu bekerja sebagai penyanyi di taman hiburan di ibukota. Apa kau tahu dia punya suara yang sangat indah?" Emma mengangguk."Jonathan bertemu dengannya disana dan langsung jatuh cinta saat menatap ibumu pada pandangan pertama." Emma men
Emma kembali ke rumah sakit saat malam. Dia benar, keadaan sekarang sudah sepi jadi Emma bisa dengan leluasa menemui Ethan. Dia masuk ke dalam kamar Ethan dan sangat bahagia begitu melihat Ethan yang sedang duduk sambil bersandar tersenyum padanya."Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Emma sambil berlari ke arah Ethan."Aku baik-baik saja, tapi aku merindukanmu. Mengapa kau baru datang sekarang?""Tadi banyak sekali orang yang ingin menemuimu. Karena itu aku menunggu mereka pulang, agar bisa berduaan denganmu," jawab Emma sambil tersenyum menggoda.Emma melihat sekelilingnya."Mengapa kau sendirian? Apa tidak ada orang yang menjagamu di sini?" "Aku akan pindah malam ini, Tony sedang mengurusnya dan kedua orangtuaku menunggu di rumah sakit Atlantis.""Malam ini?" tanya Emma terkejut."Ya, kau cukup beruntung karena masih sempat bertemu denganku," goda Ethan.Tidak lama kemudian Tony masuk bersama rombongan paramedis. Mereka memindahkan Ethan ke kursi roda dan membawanya."Tuan Tony,
"Keluarga pasien Ethan," panggil perawat dari pintu masuk UGD.Emma segera berdiri dan mendekati perawat, karena kedua orangtua Ethan belum datang. Hazel sudah pulang duluan agar dapat mengistirahatkan kakinya dan Tony sedang menghubungi rumah sakit milik Atlantis meminta mereka untuk mengurus kepindahan Ethan kesana."Ya, saya," jawab Emma."Ada beberapa tindakan yang harus kami lakukan namun membutuhkan izin dari dari keluarga. Apakah anda istrinya?" tanya sang perawat.Emma menggelengkan kepala."Adiknya?"Emma kembali menggeleng."Sepupu? Ibu? Tante?" tanya perawat lagi.Emma terus menggeleng sambil menangis."Kalau begitu anda tidak bisa menandatangani surat ini. Saya mohon, tolong hubungi keluarganya dan minta mereka datang untuk menandatanganinya, kami akan menunggu," ucap sang perawat kepada Emma.Emma benar-benar putus asa dia sedang berbalik ketika melihat ayah dan ibu Ethan berlari ke arahnya."Itu! Itu ayah dan ibunya!" seru Emma senang.Jonathan dan Vivi segera mendekati
[Aku harus kembali ke ibukota karena ada hal mendesak yang harus aku kerjakan. Aku sudah meminta Tony untuk mengurus kalian berdua.]Emma membaca pesan yang dikirimkan Ethan kepadanya. Dia bisa merasakan ada yang berubah dari cara Ethan bicara dengannya meski hanya melalui pesan. Meski berusaha tetap memberikan perhatiannya, tapi seperti ada jarak yang diciptakan oleh pria itu."Ada apa?" tanya Hazel melihat perubahan wajah Emma."Ethan pulang duluan ke ibukota, karena ada pekerjaan mendesak," jawab Emma berpura-pura baik-baik saja."Apa benar karena pekerjaan, atau dia menghindarimu karena kejadian semalam?""Tidak mungkin. Kami bicara baik-baik dan dia sangat bisa menerima penjelasanku. Aku yakin dia benar-benar bekerja," jawab Emma yang sebenarnya juga tidak yakin.Sebenarnya Emma ingin tetap berada di Calamba dan berencana membiarkan Tony dan Hazel pulang berdua saja. Namun Hazel mengancam tidak akan ke rumah sakit kalau bukan Emma yang menemaninya. Gadis itu sangat takut disuntik
Ethan berdiri mematung dengan tangan yang masih menggenggam sebuah cincin berlian di dalam kantongnya."Apa maksudmu?" tanya Ethan bingung dan berusaha keras mencerna maksud perkataan Emma."Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" lanjut Ethan mulai sedikit kecewa.Emma menghela napas dalam sambil menatap Ethan sungguh-sungguh."Aku sangat mencintaimu dan kau tahu itu. Tapi ... pernikahan adalah hal lain, dan aku belum siap untuk menjalaninya," jawab Emma sambil berdiri hingga berhadapan dengan Ethan."Apa kau ragu kepadaku? Kau takut tidak akan bahagia bila menikah denganku?""Ethan, ini sama sekali tidak seperti yang kau duga. Bukannya aku tidak percaya kepadamu, aku hanya belum siap menjalani pernikahan," jawab Emma hampir putus asa karena melihat wajah kecewa Ethan."Bagaimana kalau aku memberimu pilihan menikah atau kita putus?" tanya Ethan dengan wajah serius.Emma menatap Ethan dengan tatapan tidak percaya, lalu kembali duduk. Dia tidak menyangka Eth
Tony berdiri mematung begitu pintu dibanting oleh Hazel."Apa? Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia meremas rambutnya dengan keras, karena menyesali kebodohannya. Dia sangat menyukai Hazel, bahkan dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu.Dia mencari tahu semua tentang Hazel dan itu membuatnya semakin menyukai gadis itu. Tapi dia juga sadar akan kedudukannya dan merasa tidak percaya diri mendekati Hazel.Pada saat Hazel mengatakan kalau dia menyukai Tony, pria itu hampir pingsan. Dia tidak menyangka kalau Hazel juga akan menyukainya. Tapi sistem pertahanan diri yang dia miliki, membuatnya mengeluarkan reaksi yang bertolak belakang dengan yang dia rasakan.Kini, dia mengulanginya lagi. Dia kembali mengatakan hal yang tidak dia maksud karena ketakutan. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tony menghela napas dalam dengan penuh penyesalan, lalu tiba-tiba teringat kalau Emma dan Ethan belum kembali, jadi Hazel pasti tidak punya tempat menginap. Tony segera keluar
Tony menatap Hazel yang berlari begitu cepat. Dia tidak mengerti mengapa Hazel tiba-tiba mengamuk dan meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Tony menyadari gadis itu berlari tanpa tujuan dan dia pasti akan tersesat.Tony segera mengejar Hazel, tapi dia sudah menghilang. Tony mulai merasa khawatir dan mencari Hazel dengan panik. Tiba-tiba dia mendengar suara minta tolong dan segera berlari ke arah suara itu. Tony terkejut ketika melihat Hazel duduk di tanah sambil menangis."Nona Hazel, anda tidak apa-apa?" tanya Tony khawatir dan langsung berjongkok mendekati Hazel.Hazel yang ketakutan dan kesakitan langsung memeluk Tony dan menangis dengan kuat."Ayo, kita kembali ke penginapan," ajak Tony sambil melepaskan dekapan Hazel yang masih menangis."Kakiku sakit, aku tidak bisa berdiri," jawab Hazel sambil menangis.Tony kembali berjongkok."Letakkan tangan anda di leher saya," perintah Tony lalu langsung mengangkat tubuh Hazel seperti mengangkat seorang bayi.Hazel begitu terkejut hingga
"Maksudmu kau akan berpisah dengan Ethan?" tanya Hazel kaget. Emma tersenyum lalu menjawab dengan tenang."Tentu saja tidak. Aku sudah katakan aku sangat mencintainya dan tidak mungkin hidup tanpa dirinya.""Lalu apa maksudmu kau akan pindah ke Calamba? Sementara sudah jelas kehidupan Ethan ada di ibukota."Emma menghela napas panjang, lalu mengembuskannya. Dia tidak menjawab Hazel dan malah mengalihkan pembicaraan."Sudahlah, itu hanya rencanaku. Sekarang katakan padaku, bagaimana dengan kau dan Tony?"Hazel mendengus lalu memajukan bibirnya begitu mendengar nama Tony. Emma tersenyum, dia lega karena pembicaraan tentang dia dan Ethan akhirnya berhenti."Entahlah, aku tidak peduli. Aku sedang berusaha melupakannya.""Mengapa? Kalian bahkan belum memulai apa-apa, kenapa langsung berakhir?" "Emma, kau tahu aku menurunkan harga diriku hingga ke tanah dengan menyatakan perasaanku kepadanya. Tapi dia malah mengkritikku karena mengungkapkan rasa sukaku kepadanya, dan hingga hari ini dia sa
Emma menghela napas sambil menatap punggung Lea. Dia yang dulunya adalah penggemar berat Lea, berubah menjadi musuh sang diva dan berakhir menjadi orang asing yang saling memaafkan kemudian melupakan.Setelah menunggu beberapa saat, Emma bangkit dan keluar dari kafe itu. Kini dia tidak punya tujuan. Pulang ke rumah hanya akan membuatnya meringkuk kembali di atas tempat tidur, tapi dia tidak punya tujuan lain, selain pulang atau ke Calamba."Emma!" teriak Hazel yang sangat terkejut karena bertemu Emma di tempat yang tidak dia duga."Hazel, apa yang kau lakukan disini? Bukankah ini masih jam kerja?""Aku baru selesai menemui klien di restoran itu," jawab Hazel sambil menunjuk sebuah restorang yang tidak begitu jauh."Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?""Aku baru saja bertemu Lea.""Apa? Untuk apa kau menemui wanita itu? Apa yang dia katakan? Apa dia mengatakan hal-hal yang buruk kepadamu?" cecar Hazel yang tidak suka kepada Lea."Jangan khawatir, kami hanya menyelesaikan apa yang
"Lea? Ada apa?" tanya Emma sambil duduk dengan wajah tegang."Apa kita bisa bertemu?" tanya Lea pelan."Sekarang?" "Ya, kalau kau tidak keberatan. Kalau kau sibuk aku bisa menemuimu siang, sore atau malam hari nanti," jawab Lea membuat Emma mengernyitkan dahi."Mengapa kau ingin bertemu? Setahuku tidak ada urusan apapun lagi diantara kita.""Ada yang ingin aku bicarakan. Jangan khawatir aku tidak akan menyerangmu. Kau tentukan saja dimana tempat yang membuatmu nyaman untuk kita bertemu," jawab Lea tenang."Aku ... Aku akan menghubungimu," sahut Emma lalu segera mematikan teleponnya.Emma menatap layar teleponnya sambil menyipitkan mata."Aku hanya ingin tidur seharian dan menenangkan tubuhku. Mengapa hal itupun tidak bisa kudapatkan? Mengapa kau harus bertemu denganku? Dan bodohnya, mengapa aku tidak langsung menolakmu?" gumam Emma sambil meletakkan teleponnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.Emma memikirkan beberapa saat lalu mengirimkan pesan kepada Lea.[Mari bertemu sian