"Emma," bisik Ethan pelan begitu melihat Emma berdiri di hadapannya dengan wajah terkejut.Ethan tidak tahu kalau Emma lah pemenang ajang pertunjukkan bakat Atlantis Grup. Saat ini, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. Emma akhirnya mengetahui identitasnya yang sebenarnya.Emma berjalan ke panggung dengan senyum terpaksa.'Apa yang dia lakukan disana? Mengapa seorang asisten duduk di samping istri komisaris?' batin Emma sambil menerima mikrofon yang diberikan oleh petugas hotel.Ethan duduk dengan tegang dan menatap Emma yang sama sekali tidak melihat ke arahnya. Emma terlihat sangat cantik dan anggun, hingga Ethan tidak dapat melepaskan pandangannya.Emma menghela napas dan berusaha mengacuhkan Ethan. Malam ini, dia harus tampil maksimal karena nama perusahaannya dipertaruhkan. Emma meminta musik mulai dimainkan, dia memejamkan mata sesaat sebelum mulai bernyanyi.Suara Emma memenuhi ballroom yang tiba-tiba menjadi sunyi, karena suara indah Emma yang sedang menyanyikan sebua
"Apakah ini telepon Nona Emma?" tanya Ethan yang takut dia salah menekan nomor."Iya benar, dia sedang ke toilet sebentar.""Siapa ini?" tanya Ethan dengan suara basnya yang menggema."Saya Dods, rekan Emma. Oh, ini Emma datang, silakan berbicara dengannya.""Siapa?" tanya Emma bingung."Kau menyimpan namanya dengan kata 'asisten'," jawab Dods sambil menyerahkan telepon Emma.Emma langsung merebut telepon genggamnya dan mematikannya. Lalu dia menatap Dods dengan marah."Tuan Dods, apa anda tidak mengerti arti kata privasi? Mengapa anda mengangkat telepon saya?" tanya Emma dengan nada menakutkan."Maafkan aku Emma, hanya saja aku khawatir kalau itu telepon penting," jawab Dods panik."Anda bukan khawatir, anda cuma ingin tahu dan terlalu ikut campur!" bentak Emma dengan kesal."Sekarang, bisakah anda meninggalkan tempat ini? Saya ingin istirahat.""Tapi Emma, aku-""Saya mohon, pulanglah," pinta Emma dengan nada memaksa.Dods menatap Emma dengan penuh penyesalan. "Maafkan aku," ucap D
"Siapa pria itu?" balas Hazel juga berbisik."Jadi kalian mau makan atau berdiri disini saja?" tanya Dods yang juga sangat penasaran dengan pria yang bersama Emma."Makan!" seru Leon bersemangat.***Emma tiba tepat waktu di restoran tempat Ethan menunggu. Dia langsung masuk dan matanya langsung menatap Ethan yang memang sengaja duduk searah dengan pintu masuk agar bisa langsung melihat Emma.Jantung Emma berdetak sangat cepat begitu matanya menatap wajah Ethan. Rasanya Emma ingin berlari dan memeluk pria itu.'Emma sial! Kau sedang marah, mengapa malah memikirkan hal yang tidak-tidak?' batin Emma sambil menegakkan tubuhnya.Dia berjalan dengan gugup ke meja Ethan, sementara Ethan menatap Emma dengan mata terpana. Dia tidak mengerti mengapa selama ini dia tidak melihat kecantikan Emma yang begitu terpancar. Apa selama ini dia buta?"Ada apa, Tuan Ethan Logan Navarro?" tanya Emma berusaha tampak dingin."Ayolah Emma, selama ini kita sudah berteman baik. Mengapa harus bersikap seperti i
Emma yang belum sempat duduk langsung berdiri lagi. Kali ini dia menatap Ethan dengan tatapan panik, seakan-akan meminta bantuan. Ethan kembali mendekati Emma dan berdiri tepat di depan Jessica dan Oliver, hingga menutupi Emma dari pandangan Jessica dan Oliver."Kalau kalian mau makan silakan makan dengan tenang. Jangan membuat keributan disini! Kalau kalian mau bicara, kita bicara diluar!" tegas Ethan, membuat Jessica dan Oliver agak ketakutan dengan nada suara Ethan."Aku hanya ingin menyapa sepupuku, apa masalahmu?" tanya Jessica tampak gentar di hadapan Ethan.Ethan mengangkat alisnya dan menatap Jessica seakan-akan dia akan memakan wanita itu. Jessica langsung mundur dan menarik Oliver."Kita makan ditempat lain saja, aku tidak sudi makan dalam satu ruangan dengan orang-orang miskin seperti mereka berdua!" seru Jessica dengan suara keras, sehingga seluruh restoran mendengarnya termasuk rekan-rekan kerja Emma.Hazel segera berdiri dan menemui Emma dengan wajah khawatir begitu kedu
"Tapi apa?" tanya Emma penasaran."Tapi kali ini kita tidak impas lagi. Kau berhutang padaku, karena itu kalau kau membutuhkan pacar palsumu kau harus membayarnya," jawab Ethan sambil tersenyum."Bayar? Berapa aku harus membayarmu? Apakah kekayaanmu sekarang masih kurang?" tanya Emma polos.Ethan langsung tertawa terbahak-bahak, sementara Emma menatapnya dengan bingung."Kekayaanku lebih dari cukup dan aku tidak memintamu untuk membayarku dengan uangmu," jelas Ethan setelah tawanya reda."Jadi kau mau aku membayarmu dengan apa?" tanya Emma panik sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada."Ayolah Emma, kau pikir aku pria seperti apa? Tenang aku tidak memintamu membayarku dengan tubuhmu!" seru Ethan dengan wajah kesal, meski lagi-lagi dia merasa gemas dengan kepolosan Emma."Lalu?""Aku akan memberitahumu besok, apa yang harus kau lakukan untuk membayarku," jawab Ethan sambil mengedipkan satu mata. Emma langsung mengalihkan pandangannya, dia tidak mau Ethan melihat wajahnya bers
"Yeay, akhirnya kita karaoke lagi," seru Leon dengan mikrofon di tangannya.Hazel, Emma dan Dods tertawa melihat tingkah konyol Leon itu. Hazel, Dods dan Leon memesan minuman beralkohol, hanya Emma yang memesan jus. Dia tidak pernah minum alkohol dan tidak tertarik mencobanya. Hidup dengan ibunya membuat Emma sangat selektif dengan apa yang masuk ke tubuhnya."Ayo Emma, berdiri dan majulah! Kali ini kau harus menyanyikan lagu bersemangat!" panggil Leon dengan mikrofon.Hazel segera menarik Emma dan mereka bertiga berjoget sambil melompat-lompat. Sementara Dods tetap duduk dengan tenang di kursinya.Dods sedang mengambil gelas minumannya ketika melihat ada panggilan di telepon Emma yamng terletak di meja. Suara musik yang keras membuat Emma tidak menyadari kalau teleponnya berbunyi. Dods menatap layar telepon Emma, nama yang sama muncul. Kali ini Dods yakin peneleponnya adalah Ethan, bukan Tony seperti yang dia duga sebelumnya. Dods langsung mengambil telepon Emma. Dia mematikan telep
Mereka tiba di depan gedung karaoke, ketika Emma tiba-tiba pingsan."Emma!" teriak Hazel lalu segera berlari ke arah Emma."Kau masuklah! Aku akan mengurusnya!" bentak Dods yang kesal karena Hazel terus saja menempel pada Emma."Aku yang akan mengurusnya."Tiba-tiba Ethan muncul dengan setelan jas, karena dia melarikan diri dari rapat untuk mencari tahu keberadaan Emma.Ethan segera mendorong Dods dan membopong Emma yang sudah tidak sadarkan diri."Siapa kau berani-beraninya membawa Emma?" teriak Dods marah."Aku kekasihnya!" jawab Ethan singkat dengan suara gelap dan berwibawa lalu segera membalikkan tubuhnya dan berjalan ke mobilnya."Ethan, bolehkah aku juga ikut? Aku khawatir dengan Emma," ucap Hazel memohon."Masuklah," jawab Ethan santai.Sementara Dods masih berdiri mematung, dia mengepalkan tangannya dengan kuat hingga memutih. Kali ini dia marah, benar-benar marah.***"Apa yang terjadi? Berapa banyak alkohol yang dia konsumsi?" tanya Ethan pada Hazel saat menunggu Emma diper
"Apa? Kau sedang bercanda bukan?" tanya Hazel dengan wajah panik."Tidak, namanya Ethan Logan Navarro, putra dari pemilik Atlantis Grup," jawab Emma meyakinkan Hazel."Aku pasti sudah gila! Aku memanggil namanya dengan santai, bahkan menyebut dia pembohong! Aku sudah tamat! Kenapa kau baru mengatakannya sekarang?" teriak Hazel yang menyesali semua tindakannya kepada Ethan. Dia mengacak-acak rambutnya karena tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja dia dengar."Karena kau sudah keterlaluan. Kau bahkan tidak mengenalnya, tapi kau terus-terusan menghinanya.""Emma! Kau benar-benar sudah mendorongku ke jurang! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Hazel hampir menangis."Tidak usah melakukan apa-apa, berpura-pura saja tidak tahu kalau dia adalah putra mahkota Atantis Grup. Dan ingat, jangan memberitahu siapapun!" jawab Emma santai."Kau benar-benar gila!" maki Hazel dengan bibir bergetar. Emma tertawa melihat kepanikan Hazel."Jadi, apa kalian benar-benar berpacaran?"Hazel men
Emma kembali ke rumah sakit saat malam. Dia benar, keadaan sekarang sudah sepi jadi Emma bisa dengan leluasa menemui Ethan. Dia masuk ke dalam kamar Ethan dan sangat bahagia begitu melihat Ethan yang sedang duduk sambil bersandar tersenyum padanya."Apa kau benar baik-baik saja?" tanya Emma sambil berlari ke arah Ethan."Aku baik-baik saja, tapi aku merindukanmu. Mengapa kau baru datang sekarang?""Tadi banyak sekali orang yang ingin menemuimu. Karena itu aku menunggu mereka pulang, agar bisa berduaan denganmu," jawab Emma sambil tersenyum menggoda.Emma melihat sekelilingnya."Mengapa kau sendirian? Apa tidak ada orang yang menjagamu di sini?" "Aku akan pindah malam ini, Tony sedang mengurusnya dan kedua orangtuaku menunggu di rumah sakit Atlantis.""Malam ini?" tanya Emma terkejut."Ya, kau cukup beruntung karena masih sempat bertemu denganku," goda Ethan.Tidak lama kemudian Tony masuk bersama rombongan paramedis. Mereka memindahkan Ethan ke kursi roda dan membawanya."Tuan Tony,
"Keluarga pasien Ethan," panggil perawat dari pintu masuk UGD.Emma segera berdiri dan mendekati perawat, karena kedua orangtua Ethan belum datang. Hazel sudah pulang duluan agar dapat mengistirahatkan kakinya dan Tony sedang menghubungi rumah sakit milik Atlantis meminta mereka untuk mengurus kepindahan Ethan kesana."Ya, saya," jawab Emma."Ada beberapa tindakan yang harus kami lakukan namun membutuhkan izin dari dari keluarga. Apakah anda istrinya?" tanya sang perawat.Emma menggelengkan kepala."Adiknya?"Emma kembali menggeleng."Sepupu? Ibu? Tante?" tanya perawat lagi.Emma terus menggeleng sambil menangis."Kalau begitu anda tidak bisa menandatangani surat ini. Saya mohon, tolong hubungi keluarganya dan minta mereka datang untuk menandatanganinya, kami akan menunggu," ucap sang perawat kepada Emma.Emma benar-benar putus asa dia sedang berbalik ketika melihat ayah dan ibu Ethan berlari ke arahnya."Itu! Itu ayah dan ibunya!" seru Emma senang.Jonathan dan Vivi segera mendekati
[Aku harus kembali ke ibukota karena ada hal mendesak yang harus aku kerjakan. Aku sudah meminta Tony untuk mengurus kalian berdua.]Emma membaca pesan yang dikirimkan Ethan kepadanya. Dia bisa merasakan ada yang berubah dari cara Ethan bicara dengannya meski hanya melalui pesan. Meski berusaha tetap memberikan perhatiannya, tapi seperti ada jarak yang diciptakan oleh pria itu."Ada apa?" tanya Hazel melihat perubahan wajah Emma."Ethan pulang duluan ke ibukota, karena ada pekerjaan mendesak," jawab Emma berpura-pura baik-baik saja."Apa benar karena pekerjaan, atau dia menghindarimu karena kejadian semalam?""Tidak mungkin. Kami bicara baik-baik dan dia sangat bisa menerima penjelasanku. Aku yakin dia benar-benar bekerja," jawab Emma yang sebenarnya juga tidak yakin.Sebenarnya Emma ingin tetap berada di Calamba dan berencana membiarkan Tony dan Hazel pulang berdua saja. Namun Hazel mengancam tidak akan ke rumah sakit kalau bukan Emma yang menemaninya. Gadis itu sangat takut disuntik
Ethan berdiri mematung dengan tangan yang masih menggenggam sebuah cincin berlian di dalam kantongnya."Apa maksudmu?" tanya Ethan bingung dan berusaha keras mencerna maksud perkataan Emma."Mengapa kau tidak mau menikah denganku? Apa kau tidak mencintaiku?" lanjut Ethan mulai sedikit kecewa.Emma menghela napas dalam sambil menatap Ethan sungguh-sungguh."Aku sangat mencintaimu dan kau tahu itu. Tapi ... pernikahan adalah hal lain, dan aku belum siap untuk menjalaninya," jawab Emma sambil berdiri hingga berhadapan dengan Ethan."Apa kau ragu kepadaku? Kau takut tidak akan bahagia bila menikah denganku?""Ethan, ini sama sekali tidak seperti yang kau duga. Bukannya aku tidak percaya kepadamu, aku hanya belum siap menjalani pernikahan," jawab Emma hampir putus asa karena melihat wajah kecewa Ethan."Bagaimana kalau aku memberimu pilihan menikah atau kita putus?" tanya Ethan dengan wajah serius.Emma menatap Ethan dengan tatapan tidak percaya, lalu kembali duduk. Dia tidak menyangka Eth
Tony berdiri mematung begitu pintu dibanting oleh Hazel."Apa? Apa yang sudah aku lakukan?" gumamnya pelan. Dia meremas rambutnya dengan keras, karena menyesali kebodohannya. Dia sangat menyukai Hazel, bahkan dia jatuh cinta pada pandangan pertama kepada gadis itu.Dia mencari tahu semua tentang Hazel dan itu membuatnya semakin menyukai gadis itu. Tapi dia juga sadar akan kedudukannya dan merasa tidak percaya diri mendekati Hazel.Pada saat Hazel mengatakan kalau dia menyukai Tony, pria itu hampir pingsan. Dia tidak menyangka kalau Hazel juga akan menyukainya. Tapi sistem pertahanan diri yang dia miliki, membuatnya mengeluarkan reaksi yang bertolak belakang dengan yang dia rasakan.Kini, dia mengulanginya lagi. Dia kembali mengatakan hal yang tidak dia maksud karena ketakutan. "Aku harus bagaimana sekarang?" Tony menghela napas dalam dengan penuh penyesalan, lalu tiba-tiba teringat kalau Emma dan Ethan belum kembali, jadi Hazel pasti tidak punya tempat menginap. Tony segera keluar
Tony menatap Hazel yang berlari begitu cepat. Dia tidak mengerti mengapa Hazel tiba-tiba mengamuk dan meninggalkannya. Setelah beberapa saat, Tony menyadari gadis itu berlari tanpa tujuan dan dia pasti akan tersesat.Tony segera mengejar Hazel, tapi dia sudah menghilang. Tony mulai merasa khawatir dan mencari Hazel dengan panik. Tiba-tiba dia mendengar suara minta tolong dan segera berlari ke arah suara itu. Tony terkejut ketika melihat Hazel duduk di tanah sambil menangis."Nona Hazel, anda tidak apa-apa?" tanya Tony khawatir dan langsung berjongkok mendekati Hazel.Hazel yang ketakutan dan kesakitan langsung memeluk Tony dan menangis dengan kuat."Ayo, kita kembali ke penginapan," ajak Tony sambil melepaskan dekapan Hazel yang masih menangis."Kakiku sakit, aku tidak bisa berdiri," jawab Hazel sambil menangis.Tony kembali berjongkok."Letakkan tangan anda di leher saya," perintah Tony lalu langsung mengangkat tubuh Hazel seperti mengangkat seorang bayi.Hazel begitu terkejut hingga
"Maksudmu kau akan berpisah dengan Ethan?" tanya Hazel kaget. Emma tersenyum lalu menjawab dengan tenang."Tentu saja tidak. Aku sudah katakan aku sangat mencintainya dan tidak mungkin hidup tanpa dirinya.""Lalu apa maksudmu kau akan pindah ke Calamba? Sementara sudah jelas kehidupan Ethan ada di ibukota."Emma menghela napas panjang, lalu mengembuskannya. Dia tidak menjawab Hazel dan malah mengalihkan pembicaraan."Sudahlah, itu hanya rencanaku. Sekarang katakan padaku, bagaimana dengan kau dan Tony?"Hazel mendengus lalu memajukan bibirnya begitu mendengar nama Tony. Emma tersenyum, dia lega karena pembicaraan tentang dia dan Ethan akhirnya berhenti."Entahlah, aku tidak peduli. Aku sedang berusaha melupakannya.""Mengapa? Kalian bahkan belum memulai apa-apa, kenapa langsung berakhir?" "Emma, kau tahu aku menurunkan harga diriku hingga ke tanah dengan menyatakan perasaanku kepadanya. Tapi dia malah mengkritikku karena mengungkapkan rasa sukaku kepadanya, dan hingga hari ini dia sa
Emma menghela napas sambil menatap punggung Lea. Dia yang dulunya adalah penggemar berat Lea, berubah menjadi musuh sang diva dan berakhir menjadi orang asing yang saling memaafkan kemudian melupakan.Setelah menunggu beberapa saat, Emma bangkit dan keluar dari kafe itu. Kini dia tidak punya tujuan. Pulang ke rumah hanya akan membuatnya meringkuk kembali di atas tempat tidur, tapi dia tidak punya tujuan lain, selain pulang atau ke Calamba."Emma!" teriak Hazel yang sangat terkejut karena bertemu Emma di tempat yang tidak dia duga."Hazel, apa yang kau lakukan disini? Bukankah ini masih jam kerja?""Aku baru selesai menemui klien di restoran itu," jawab Hazel sambil menunjuk sebuah restorang yang tidak begitu jauh."Kau sendiri apa yang kau lakukan disini?""Aku baru saja bertemu Lea.""Apa? Untuk apa kau menemui wanita itu? Apa yang dia katakan? Apa dia mengatakan hal-hal yang buruk kepadamu?" cecar Hazel yang tidak suka kepada Lea."Jangan khawatir, kami hanya menyelesaikan apa yang
"Lea? Ada apa?" tanya Emma sambil duduk dengan wajah tegang."Apa kita bisa bertemu?" tanya Lea pelan."Sekarang?" "Ya, kalau kau tidak keberatan. Kalau kau sibuk aku bisa menemuimu siang, sore atau malam hari nanti," jawab Lea membuat Emma mengernyitkan dahi."Mengapa kau ingin bertemu? Setahuku tidak ada urusan apapun lagi diantara kita.""Ada yang ingin aku bicarakan. Jangan khawatir aku tidak akan menyerangmu. Kau tentukan saja dimana tempat yang membuatmu nyaman untuk kita bertemu," jawab Lea tenang."Aku ... Aku akan menghubungimu," sahut Emma lalu segera mematikan teleponnya.Emma menatap layar teleponnya sambil menyipitkan mata."Aku hanya ingin tidur seharian dan menenangkan tubuhku. Mengapa hal itupun tidak bisa kudapatkan? Mengapa kau harus bertemu denganku? Dan bodohnya, mengapa aku tidak langsung menolakmu?" gumam Emma sambil meletakkan teleponnya dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.Emma memikirkan beberapa saat lalu mengirimkan pesan kepada Lea.[Mari bertemu sian