“Alex bahkan pernah menjuarai pertandingan catur junior,” puji Aldric sambil memberikan ciuman pada pipi putranya.“Siapa yang mengajarinya main catur?”“Kakeknya. Ayah Sandra.”Seketika terbersit rasa iri di hati Alonso. Dalam benaknya, ia juga ingin Alex memiliki kemampuan bermain golf, sama seperti dirinya. Lelaki tua itu juga ingin pamer pada teman-temannya dengan memperlihatkan bahwa cucunya memiliki bakat bermain golf, sama seperti grandpanya.“Grandpa juga berjanji mengajari Alex bermain golf bukan?” desak Alonso.“Mungkin lain kali, Dad. Sekarang, permisi. Aku sudah ditunggu di gedung partai.”Tanpa berkata-kata lagi, Aldric membawa Alex yang masih dalam gendongannya keluar. Langkah cepatnya memasuki lift tidak terkejar Valerie. Pintu menutup tanpa wanita itu sempat mencegah kepergian Aldric.“Sial!” umpat Valerie kesal.Saat temannya yang berada pada tim sukses Aldric mengatakan pengusaha itu telah mengenalkan keluarganya, ia sangat tidak percaya. Apalagi, ia mendengar teman-
Kedua orang tua Aldric saling melirik. Tidak ada salahnya bertanya kepada sekertaris putra mereka. Walaupun mereka pesimis, Cindy akan membongkar rahasia Tuannya. Selama ini, wanita yang bekerja pada Aldric tersebut telah terbukti setia. Bertiga mereka memperhatikan Cindy yang sedang meletakkan cangkir teh di meja. Wanita berparas manis itu berpakaian sopan dan tutur katanya santun. Hal-hal yang menurut Valerie membosankan. “Tolong kamu bereskan mainan cucuku, ya,” pinta Helen mengendik pada potongan puzzle yang masih berserakan di meja. Cindy menatap puzzle tersebut. “Maaf, Nyonya Besar. Biasanya, Tuan Muda Alex tidak suka puzzle-puzzlenya dirapikan. Ia akan tau jika ada satu kepingan saja yang bergeser dari tempatnya,” ucap Cindy. “Cih. Ibunya benar-benar ngaco. Seharusnya ia mengajarkan setiap selesai bermain, anaknya harus merapikan mainannya.” Valerie kembali menebar benih benci pada Sandra. Helen mengangguk menyetujui pernyataan Valerie. “Apa Aldric akan membiarkan mainan i
Gedung partai lebih ramai dari biasanya. Beberapa orang hilir mudik membawa berita dari berbagai daerah. Mereka melaporkan hasil perhitungan sementara pemilihan gubernur.“Apa Daddy menang?” bisik Alex. Mereka sedang memperhatikan grafik pemungutan suara kedua calon gubernur.“Kamu lihat garis berwarna biru itu, Alex? Itu adalah garis yang menunjukkan banyaknya pemilih yang mencalonkan daddy. Sementara garis merah di sampingnya adalah hasil pengumpulan suara untuk calon yang satunya,” jelas Aldric.Dengan cepat, Alex belajar. Ia mengamati dan banyak bertanya tentang apa yang ia lihat di layar datar di depan mereka. Hingga akhirnya ia bisa menyimpulkan sendiri.“Daddy kalah tipis,” seru Alex.Beberapa teman politik Aldric yang sedang berada di ruangan yang sama, langsung menoleh. Mereka tersenyum geli mendengar kesimpulan anak kecil dalam gendongan ayahnya tersebut. Pengusaha mapan itu hanya terkekeh mendengar pernyataan putranya.Sementara di luar gedung, para pencari berita memberika
Setting ruang duduk berhadapan antara Noel dan Aldric membuat suasana santai. Padahal di depan mereka, puluhan wartawan yang telah diperkenankan hadir terlihat tegang dan begitu antusias. Topik bincang-bincang setelah pemilihan usai membuat pers yang hadir penasaran akan apa yang Aldric sampaikan.Sebagai wartawan handal, Noel membuka sesi bincang-bincang dengan obrolan tentang bisnis. Lalu ia mengarahkan pertanyaannya pada dunia politik yang sangat baru bagi Aldric. Hingga akhirnya, obrolan mereka kini membahas kegagalan pengusaha tersebut menjadi seorang Gubernur Inggris.“Salah satu faktor yang membuat Anda gagal adalah pernikahan rahasia Anda. Apakah Anda setuju dengan pernyataan tersebut?”“Saya malah mendapat kabar, pernikahan saya memberi dampak yang baik bagi orang-orang tertentu.”“Jadi benar, Anda telah menikah?”Aldric berdehem untuk menjernihkan tenggorokannya, lalu berucap dengan tegas. “Ya. Saya telah menikah dan memiliki seorang putera berusia empat tahun.”Noel menegak
“Sandra adalah istriku, Ibu kandung Alex, ia sekarang adalah bagian dari keluarga Osborn,” tegas Aldric.Helen mencebik. Ia menoleh pada Valerie. Kemudian, mendekati wanita langsing tersebut dan memeluk pinggangnya dengan akrab.“Mommy dan Daddy hanya mengakui Valerie sebagai menantu Mama,” ucap Helen.Kemudian Helen mendekati Sandra. Dengan pandangan merendahkan, wanita separuh baya itu menatap istri Aldric dari kepala hingga ujung kakinya.“Pasti kamu mengancam Aldric agar menikahimu ‘kan? Putraku tidak mungkin mencintai wanita selain Valerie. Kamu tidak sepadan dengannya,” imbuhnya lagi dengan nada mengejek.“Mom, hentikan!” sentak Aldric.“Kenapa? Apa aku menyakiti wanita tak tau diri ini? lalu bagaimana dengan perasaan Mom? Perasaan Valerie?” bentak Helen.Sandra menundukkan kepala. Ia melirik putranya yang memperhatikan orang dewasa di ruangan yang saling bersitegang. Otak cerdas anak itu pasti sedang merekam kejadian ini.“Aldric, sebaiknya aku dan Alex keluar dari ruangan ini,
Di ruang keluarga. Aldric berusaha menenangkan Valerie. Alonso mendesak Aldric untuk membawa mantan tunangannya yang terluka itu ke rumah sakit.“Tapi, aku tidak bisa ke rumah sakit di London, Dad. Aku harus ke dokter di Korea yang mengoperasi hidungku,” lirih Valerie.“Kamu ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan pertama lebih dulu. Setelah itu kalian ke Korea. Valerie harus segera merekonstruksi ulang hidung,” titah Helen pada Aldric.Walau dengan terpaksa, Aldric menuruti perintah orang tuanya. Lagipula, ia melihat Valerie memang terluka cukup parah. Semua karena hidung hasil operasinya kemungkinan terluka parah terkena pukulan putranya.Ambulance datang. Valerie dan Aldric segera menuju rumah sakit. Sepanjang jalan, Valerie mengeluh pusing dan merebahkan kepalanya di dada Aldric.Seorang dokter dengan cekatan membuat balutan di sekitar hidung Valerie. Obat anti nyeri juga diberikan. Wanita itu tetap mengeluh kesakitan.“Jet pribadi dan dokumen perjalanan kita telah siap. Cepa
Alex menarik tangan Ibunya keluar kamar. Sambil terus berjalan, anak kecil itu menekan tombol darurat pada jam tangannya. Signal itu akan diterima pengawalnya, Lee. Dengan pasrah, Sandra mengikuti Alex. Penglihatannya buram karena air mata menghalangi pandangan. Wanita berhijab itu berusaha tegar di depan putra tampannya. “Tuan Muda,” seru Lee yang tergopoh-gopoh menghampiri. “Lee! Bawa kami keluar sekarang juga!” perintah Alex. Pengawal berbadan tegap itu menatap mata Tuan Mudanya. Mata itu berkilat marah. Nada suaranya mirip Sang Ayah jika perintahnya tidak ingin dibantah. “Baik. Ikuti aku, Tuan Muda, Nyonya,” balas Lee. Setelah berhasil keluar dari mansion, Lee menatap kursi penumpang di belakang melalui spion di atas. Sandra dengan lemah memejamkan matanya. Pengawal itu bertanya-tanya di dalam hati, apa yang terjadi di dalam mansion itu. “Kita ke mana, Tuan Muda?” tanya Lee. Alex menatap lurus ke depan. Kemudian, anak lelaki itu menoleh ke belakang, menatap prihatin Ibunya
“Hanya Uncle Noel yang bisa membantu kami,” ucap Alex.Setelah beberapa saat berpikir dan berdiskusi dengan Lee, akhirnya Alex memutuskan menelepon Noel. Anak lelaki itu tidak ingin ayahnya tau keberadaan mereka.“Uncle akan segera ke sana. Tunggu, ya,” balas Noel.Wartawan itu menutup ponselnya. Ia mengerutkan kening mengingat apa yang barusan Alex ceritakan. Sungguh bodoh apa yang dilakukan Aldric. Sekarang istri dan anaknya memilih menyembunyikan diri mereka.“Sial!” umpat Noel dalam hati. “Aku jadi terlibat dalam urusan rumah tangga mereka.”Namun begitu, Noel sangat iba mendengar Sandra terluka. Pelupuk matanya membayangkan wanita berhijab itu menangis sedih. Lelaki itu segera keluar dari kediamannya dan melajukan kendaraan menuju alamat yang diberikan Alex barusan.Sandra tertegun melihat Noel. Namun saat putranya menjelaskan bahwa ia meminta bantuan teman Ayahnya tersebut, wanita cantik itu mengerti. Mereka memang tidak mungkin menelepon Marvin, Leah apalagi keluarga Javier.Ta
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe