Satu hari sebelumnya.Sandra dan Alex berada di ranjang. Mereka saling berbagi cerita saat tiga hari lalu terpisah. Sambil bercerita, anak kecil itu memamerkan iPad pemberian ayahnya.“Kamu lebih senang di mansion dong dibanding di apartemen kecil ini,” ucap Sandra.“Di mansion sih seru, Mom. Tapi nggak enak, karena nggak ada Mommy.”Sandra tersenyum penuh haru. Ia mengelus sayang kepala Alex. Beberapa kali wanita itu juga mendaratkan ciuman di puncak kepala putranya.“Lihat ini, Mom. Daddy punya banyak flamingo di halaman belakang.” Alex menunjukkan foto-foto flamingo yang dikirim oleh Marvin.“Wah, cantik yaa. Akhirnya kamu melihat flamingo asli,” balas Sandra.“Iya. Daddy jago main golf. Sebelum lihat flamingo, aku diajarin Dad main golf dulu. Uncle Marvin juga bawain kuda ke mansion.”Foto-fota dari iPad Alex memberikan gambar-gambar kebersamaan Alex dan Aldric. Hati Sandra trenyuh. Putranya tampak bahagia bersama Daddynya.Apalagi pada foto-foto tersebut, jelas terlihat Alex mend
Luke melirik ponsel yang terus-menerus bergetar. Tertera nama Marvin pada layar ponselnya. Tak mau mengingkari janji pada sang adik, lelaki itu memilih mematikan alat komunikasinya.Setibanya di hotel, Alex telah tertidur. Sandra dan Luke berbincang tentang rencana kepindahan Sandra ke apartemen baru. Sambil minum teh hangat, mereka memperhatikan laptop yang memuat iklan-iklan apartemen.“Sebenarnya, tidak akan butuh waktu lama bagi Tuan Aldric untuk menemukanmu, San. Ayah Alex itu memiliki para pengawal handal,” ucap Luke.Sandra mengembuskan napas berat. “Iya, tapi aku harus bagaimana, Kak? Di mana lagi aku harus bersembunyi?”“Kenapa harus bersembunyi lagi? Kita memang harus menghadapi masalah ini bersama-sama, San,” saran Luke.Wanita cantik itu terdiam. Ia menatap gelas tehnya. Dengan ragu, Sandra bertanya, “Menurut Kak Luke, Tuan Aldric bagaimana?”Luke memandang adiknya dan menjawab, ”Yang jelas, ia memang sangat menyayangi Alex. Seseorang bisa melakukan hal ekstrem jika berhub
“Mom, aku suka apartemen yang ini,” bisik Alex. Ia tidak ingin sales yang menemani mereka mendengar ucapannya barusan.Sandra tersenyum dan mengusak sayang kepala Sang Putra. Ia dan Luke sedang mendengarkan wanita berperawakan sedang dan berwajah ramah itu menjelaskan tentang penyewaan apartemen.“Apa kami bisa mendiskusikannya lebih dulu?” tanya Luke.“Tentu, Tuan. Saya tinggalkan kalian di sini sebentar untuk membuat ikatan batin pada tempat ini,” ucap sales wanita itu yang tersenyum seraya meninggalkan mereka bertiga.“Bagaimana?” Luke bertanya pada Sandra.“Bagus sekali ya, Kak. Sebanding dengan harganya yang juga mahal,” puji Sandra sekaligus mengeluh.“Gedung apartemen ini memang cukup terkenal dengan pengamanan dan privasinya. Itu sebabnya Tuan Marvin menyarankan tempat ini. Kalian lebih aman di sini.”“Tapi aku nggak sanggup bayar sewanya, Kak.”“Biaya pendidikan Alex sudah disupport penuh oleh ayahnya. Jika masih kurang, kakak tambahkan. Bagaimana?”Sandra merenung, menekuni
Aldric sedang serius bekerja pada laptopnya. Ia hanya mengangguk singkat saat Marvin mengetuk pintu dan segera masuk. Asistennya langsung duduk sementara paengusaha itu tetap mengetik.“Ehm, Tuan. Nyonya Sandra sudah memutuskan untuk menyewa apartemen FiveStar. Mereka kini sedang dalam perjalanan ke Bank untuk melakukan transaksi sewa-menyewa.”Pengusaha tersebut menghentikan sejenak pekerjaannya. Ia mengangguk puas. Gedung apartemen itu milik salah satu rekan sesama pengusaha. Aldric akan jauh lebih mudah memantau Sandra dan Alex.“Beli unit apartemen itu dengan fasilitas terlengkap sebelum Luke membayar sewanya,” titah Aldric.“Siap, Tuan.” Marvin dengan cepat menarikan jarinya pada tab.Beberapa menit kemudian, Marvin berucap, “Selesai, Tuan. Beres.”***Luke mengernyitkan dahinya. Ia menerima kuitansi pembayaran pembelian satu unit apartemen mewah dengan fasilitas terlengkap. Parkir dan lift pribadi, ruang olahraga dan spa VIP serta beberapa fasilitas lain.Nama Sandra tertera pad
“Plak!”Tamparan keras langsung diterima Aldric. Alzam yang tersadar setelah mendengar salam perkenalan tersebut langsung naik pitam. Napasnya memburu karena emosi.Marvin dengan sigap langsung berdiri di depan Tuannya. Namun, Aldric menggeser asistennya. Ia memberi kode kepada Marvin untuk tidak ikut campur.“Maafkan atas kedatangan saya yang mengejutkan,” ucap Aldric.“Keluar kau dari rumah ini. Selama ini kau menghilang dan sekarang tiba-tiba datang. Kami tidak sudi menerimamu!” teriak Alzam.Aldric jelas menangkap aura kemurkaan dari Alzam. Namun begitu, ia tidak mengerti karena Alzam berbicara dalam bahasa Indonesia. Ia menoleh pada Luke dan Deniz, memohon untuk menenangkan ayahnya.Deniz langsung bertindak. Ia memegang lengan Alzam. Kemudian mendudukkannya di sofa di sebelah Ibu mereka yang telah terduduk lemas saat Aldric memperkenalkan diri.Sementara itu, Luke langsung menyeret pelan lengan Aldric. “Apa yang Tuan lakukan?” desis Luke.“Aku melakukan yang seharusnya aku lakuka
Tiga belas jam perjalanan dari Jerman menuju Singapore. Perjalanan tersebut ternyata tidak membosankan bagi Alex. Ia asyik bermain dengan banyaknya fasilitas di jet pribadi milik Aldric.Deniz sebelumnya telah memberitahu adiknya tentang keadaan Ibu mereka. Sandra tidak sempat bertanya, bagaimana Aldric bisa terlibat. Ia langsung menyetujui apapun yang Kakaknya perintahkan karena sangat mengkhawatirkan Emi.“Mommy, tenang ya. Kata Daddy Luke, Nenek sudah membaik kok,” cetus Alex.Sandra tersenyum dan mengembuskan napas lega. “Iya, sayang.”Kedatangan Sandra dan Alex disambut Keluarga Javier. Wanita itu tidak melihat Aldric di mana pun. Padahal ia berharap dapat bertemu lelaki tampan itu untuk sekedar mengucapkan terima kasih.Satu jam kemudian, Aldric datang. Ia berjalan dengan satu tangan berada di saku celana. Lelaki itu tersenyum dan melambaikan tangan pada putranya.“Daddy!” seru Alex.Anak kecil itu segera melepaskan pegangan tangan kakeknya. Alzam, Deniz, Sandra dan Luke menyaks
Aldric menatap Alzam. Ia terlalu kaget untuk berbicara. Setelah ia mengatakan akan melamar Sandra, tiga lelaki Keluarga Javier hanya terdiam tanpa menjawab apapun. kini, ia bisa mengembuskan napas lega, Aldric tersenyum pada Alzam, Deniz dan Luke.“Terima kasih.” Lelaki yang masih shock itu hanya mampu merespon singkat.“Kami melihat sendiri ketulusan dan kasih sayang Anda pada Alex. Juga perhatian Anda pada Sandra. Apalagi Luke juga sudah memberitahu kami bahwa Anda adalah seorang mualaf dan berguru pada Ustadz yang sama dengan Ustadz kami, yaitu Ustadz Rachman. Kami semakin yakin untuk menerima Anda menjadi anggota keluarga kami,” ungkap Deniz.“Selamat datang di Keluarga Javier, Tuan Aldric,” ucap Luke.“Saya salut orang seperti Anda ternyata memiliki hati yang baik dan tanggung jawab yang tinggi. kita bicarakan detail acara pernikahan setelah kita beristirahat.” Alzam berpamitan dan beranjak ke salah satu kamar hotel.“Saya juga istirahat dulu ya. Biar bisa cepat gantian jaga deng
Esok harinya, Keluarga Javier bersiap untuk kembali ke Jakarta. Deniz mempercepat langkahnya menuju loket administrasi. Di depan petugas, ia menyebutkan nama Ibunya sebagai pasien.“Tuan Aldric sudah membayar semua tagihan, Tuan. Silahkan, ini kuitansinya,” ucap bagian administrasi.Deniz terpaku di tempat. Ia menatap angka pada blanko kuitansi yang jumlahnya mencapai sebuah harga rumah mewah. Tentu saja, fasilitas yang mereka dapatkan memang merupakan fasilitas VVIP.Lelaki tinggi yang merupakan Kakak Sandra itu kembali ke depan ruang perawatan. Ia menepuk bahu Luke yang sedang menemani ayah mereka makan. Deniz memutuskan beranjak mendekati Aldric yang duduk menjaga jarak dengan keluarga Javier.Marvin segera bangkit dari duduknya saat Deniz mendaratkan bokongnya pada kursi di samping Aldric. Kakak Sandra itu melirik Aldric yang sedang menekuni grafik pada laptopnya. Sepertinya pengusaha itu masih tetap bekerja pada saat ini.“Angka yang fantastis,” ucap Deniz seraya memperlihatkan l
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe