Keluarga Javier akhirnya kembali ke Bali. Mansion the Angel kembali sepi. Namun kesibukan sehari-hari Aldric berubah total.Aldric tidak lagi bekerja ke kantor. Ia memilih bekerja dari rumah. Dengan begitu, ia bisa menemani istrinya setiap hari.“Aku hamil, sayang. Bukan sakit yang harus kamu pantau setiap detik,” ucap Sandra.“Tentu saja kamu tidak sakit, My love. Aku hanya ingin menemanimu saja.”Sandra berpikir sejenak. “Mmm … tapi, aku bosan di mansion terus, sayang.”“Kamu mau pergi jalan-jalan ke mall?”Sandra menggeleng. “Aku mau melihatmu ke kantor.”Kini, Aldric yang menggeleng. “Aku tidak mau ke kantor, My love. Aku mau bersamamu.”“Iya. Aku akan bersamamu. Kita ke kantor bersama-sama.”Kepala Aldric kembali menggeleng. “Jangan. Nanti kamu lelah.”Mulut Sandra memberengut kesal. Wajahnya cemberut menatap Aldric. Tanpa berkata-kata, ia mengambil ponsel, menekan satu nomer. Ia menunggu jawaban dari seberang sana.“Darling?” sapa Helen.“Mom,” balas Sandra.“Ada apa, darling? K
Semua mata menatap wanita yang menyapa Sandra. Marvin dan Kevin serentak berdiri menghadang wanita yang ingin mendekati Sandra tersebut. Wajah keduanya tampak tegang. Mereka sangat tau watak Aldric. Lelaki itu paling tidak suka diganggu saat sedang makan bersama keluarga.“Maaf, Lady. Nyonya Sandra sedang makan dengan keluarga. Silahkan kembali ke meja anda sendiri,” ucap Kevin tegas sambil mengarahkan wanita tersebut untuk menjauhi meja Aldric.Alonso menatap Aldric dan berucap pelan, “Apa Daddy bilang tadi. Tutup restoran ini jika ingin makan dengan lebih tenang.”Aldric tampak menanggapi pernyataan ayahnya dengan hembusan napas kasar. Ia tidak menyangka ada yang berani mengganggu makan siangnya bersama keluarga. Apalagi saat ini yang dikenali adalah istrinya.Sandra tampak penasaran. Ia tidak melihat wanita yang menyapanya karena terhalang dengan tubuh besar Marvin dan Kevin. Namun, wanita cantik itu seperti mengenal suara tersebut.“Sebentar, Marv, Kevin.” Sandra berdiri dan mende
Sepulang dari restoran, Sandra diinterogasi. Aldric, Alonso dan Helen kini duduk bersama menatap wanita cantik yang menyunggingkan senyum di wajah. Padahal suami dan kedua mertuanya sedang resah karena mengetahui selama ini Valerie ternyata meneror Sandra langsung melalui email pribadi.“Kamu harus melaporkan apapun yang berhubungan dengan Valerie, darling,” desah Helen dengan penuh kekhawatiran.“Dan kamu lalai mengamankan jalur komunikasi istrimu, Aldric,” cetus Alonso.Aldric mengembuskan napas beratnya. “Aldric tidak menyangka, wanita itu berani menyerang Sandra melalui email.”“Justru dengan langsung meneror Sandra, ia jadi bisa leluasa membuat istrimu jadi semakin lama semakin kesal kepadamu. Memang itu tujuanny. Menjatuhkan mental Sandra,” balas Alonso lagi.Kini, Aldric menatap Sandra yang sejak tadi hanya terdiam. “Apa kamu baik-baik saja, My love?”Sandra mengangguk. Tangan kirinya menggenggam tangan kanan Aldric. Lalu, Sandra menatap kedua mertuanya.“Sandra baik-baik saja.
“Sayang, aku boleh, ya, ikut konferensi Women Power di Edinburgh,” pinta Sandra.Aldric terdiam. Ia telah mengetahui bahwa istrinya diundang sebagai salah satu pembicara. Jika saja ini di Indonesia, ia pasti akan meluluskan izin tanpa pikir panjang.“Kamu yakin, My love? Tidak lelah? Kamu sedang hamil, lho.”“Memangnya wanita hamil tidak boleh beraktifitas?” Sandra mulai mencebikkan bibirnya.“Lalu, bagaimana dengan keamanan di sana?”“Aku akan terima kalau kamu menyediakan banyak pengawal.”“Serius?”Sandra mengangguk. Daripada ia terus merasa bosan tanpa melakukan sesuatu, lebih baik menurut pada syarat-syarat yang diajukan suaminya. Lagipula, ia memang belum pernah bepergian sendiri ke Edinburg.“Ya sudah. Aku akan atur jadwal dulu.”“Tapi, bolehkan? Aku harus konfirmasi kedatangan lebih dulu.”“Ya, boleh.”“Yeayyy … I’m happy.”Sandra segera memeluk Aldric erat-erat. Kepala wanita itu mendongak, Aldric langsung mengecup bibir tipis milik Sandra. Lalu, tiba-tiba mereka berhenti dan
Dua sekolah bertaraf internasional sudah mereka sambangi bersama. Mulai dari materi pelajaran, fasilitas, keamanan hingga tempat ibadah diamati oleh Sandra maupun Aldric. Mereka berbincang dengan staf pengajar, administrasi hingga kepala sekolah.“Anda pasti berkecimpung dalam dunia pendidikan, ya, Nyonya Sandra?” tanya kepala sekolah. Sandra hanya mengangguk dan tersenyum tanpa memberikan jawaban rinci tentang profesinya. Ia lalu memastikan bahwa Alex bisa tetap menunaikan sholat lima waktu selama berada di lingkungan sekolah. Setelah mendapatkan jawaban yang memuaskan, mereka berpamitan.“Daddy lebih suka sekolah yang pertama kita kunjungi. Sekolah Ian Mason itu. Banyak cucu-cucu teman Daddy juga bersekolah di sana. Keamanannya baik,” ucap Alonso.“Nanti Sandra akan buat tabel kelebihan dan kekurangan setiap sekolah dulu, ya, Dad. Jadi, nanti kita bisa lebih objektif, sekolah mana yang kira-kira cocok untuk Alex.”“Kalau Mommy yang penting, cucu Grandma tidak medapatkan diskriminas
Aldric segera berkordinasi. Orang tuanya bahkan menjaga Alex selama Aldric dan Sandra pergi ke Indonesia. Alex memang tidak dapat ikut karena masih ada latihan untuk turnamen golf.Setelah mengabari keluarganya di Bali, Aldric dan Sandra bergegas ke bandara. Alzam dan Deniz yang akan berangkat ke Jakarta, sementara Luke tidak dapat meninggalkan Sarah yang sedang hamil tua.“Hati-hati dengan kandungan Sandra, Aldric,” pesan Mommy.“Iya, Mom. Aku akan jaga Sandra.”“Jangan terlalu lelah, ya, darling,” ucap Mommy pada menantu kesayangannya.“Iya, Mom. Bismillah, Sandra akan baik-baik saja. Titip Alex, ya, Mom, Dad.”Helen dan Alonso mengangguk. Mereka lalu memperhatikan Aldric dan Sandra yang sedang berpamitan pada Alex. Kepala anak lelaki itu sesekali mengangguk mendengar permintaan orang tuanya.“Salam kami untuk Leah,” ujar Alonso. “Serta permintaan maaf karena tidak bisa meninggalkan Inggris untuk langsung berbela sungkawa.”“Iya, Dad, Mom. Nanti Sandra sampaikan. Kami berangkat dulu
Keberadaan mereka di Jakarta, dimanfaatkan oleh Sandra. Ia memesan banyak makanan Indonesia yang bisa dibekukan. Semua itu akan ia bawa ke Inggris.Aldric memperhatikan istrinya yang sibuk mengepak berbagai makanan. Ia dibantu oleh Alzam. Sementara Deniz juga mencari berbagai makanan melalui online yang bisa dibawa adiknya yang sedang hamil itu.“Sayang, aku boleh bawa duren, tidak?” pinta Sandra.“Izinnya sullit, My love. Bawa yang lain saja, deh.”“Makan duren di sini saja, Nak. Lagipula kamu sedang hamil. Tidak sehat makan duren terlalu banyak,” ucap Alzam.Sandra menurut. Aldric bernapas lega karena istrinya tidak lagi merengek untuk membawa duren ke dalam pesawatnya. Lelaki tampan itu memperhatikan barang-barang yang telah dikemas rapi.“Ini sudah semua, My love?”“Belum. Ini cuma makanan kering, sayang. Yang lain masih di freezer.”Pengusaha terkenal di Eropa itu beranjak ke freezer box. Deniz sampai membeli freezer tersebut untuk menampung makanan untuk adiknya. Aldric membuka
“Benarkah?”“Iya. Leah akan menjual semua asetnya di sini.”“Keluarganya setuju?”“Tentu saja setuju. Mereka juga merupakan keluarga muslim yang taat. Bagaimanapun, Leah harus mengikuti ke mana pun suaminya pergi.”Aldric mengangguk. “Marvin belum membicarakan ini kepadaku.”“Marvin paling sibuk selama ayah Leah sakit hingga meninggal kemarin. Aku bahagia, Leah bersuamikan seseorang yang sangat perhatian.”“Lalu, kalian akan menjalankan bisnis berdua?”“Iya.”“Bagus. Aku dukung kalian.”“Ya, harus, dong. Siapa lagi yang dukung kami selain para suami.”Dengan gemas, Aldric mengusak puncak kepala istrinya. Ice cream di tangan Sandra telah habis. Aldric mengajak istrinya kembali ke kamar untuk beristirahat.Selang beberapa hari kemudian, Aldric dan Sandra kembali ke Inggris. Wanita hamil itu segera mempersiapkan diri untuk mengikuti konferensi. Bahkan, akhirnya Aldric juga ikut menemani istrinya.“Bisakah kamu istirahat sejenak, darling?” tukas Helen yang khawatir melihat menantunya mond
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe