“Dad,” bisik Alex. “Ternyata Lembang dingin, ya?”“Iya. Sejuk udaranya. Enak.” Aldric menyetujui pernyataan sang putra.Mereka disambut hangat oleh keluarga Sarah. Sekali lagi, Aldric dan Alex tentu saja mendapat perhatian yang besar. Ketampanan ayah dan putranya itu memang tidak bisa terelakkan oleh siapa pun.Acara perkenalan berlangsung akrab. Keluarga Sarah merupakan keluarga yang ramah dan berpendidikan tinggi. Bahkan kakak sulung Sarah pernah mengenyam pendidikan di Inggris.Sontak saja Aldric dan Kakak Sarah tersebut terlibat perbincangan seputar negara Inggris. Bahkan, Kakak Sarah sangat terkejut saat mengetahui yang berdiri di depannya adalah salah satu orang terkenal di negara tersebut. Lelaki berperawakan sedang itu menggeleng-geleng tak percaya.Sandra memperhatikan sekitarnya. Aura keramahan di rumah ini berbeda dengan aura saat mereka berada di rumah Anita. Bukan masalah kemewahannya, melainkan cara dan sikap orang-orang di rumah ini yang begitu santun namun tetap santai
Keluarga Javier tidak membuang-buang waktu. Mereka segera mendatangi butik yang terkenal di Bandung untuk membeli seragam. Selesai dengan seragam untuk seluruh keluarga, mereka mendatangi tooko perhiasan.Di sini, Luke yang sibuk. Ia memilih cincin kawin dan perhiasan untuk seserahan. Dalam waktu satu jam semua perlengkapan perhiasan untuk pernikahan selesai.Mereka kembali ke villa sewaan. Aldric sibuk berkordinasi dengan Damar, kakak sulung Sarah. Selain Sandra, lelaki bule itu tampak sekali peran pentingnya dalam persiapan pernikahan mendadak ini.Akhirnya semua beres. Aldric, Alzam, Deniz dan Luke duduk-duduk santai di ruang keluarga yang luas. Mereka memperhatikan anak-anak yang sedang berenang. Alex terlihat sangat menikmati liburan singkatnya di Lembang.“Padahal airnya dingin, lho. Nggak papa Alex berenang begitu?” tanya Deniz.Aldric memperhatikan putranya. “Aku sudah mengingatkan untuk tau batas. Jika Alex merasa kedinginan ia harus keluar dari kolam itu.”Lalu, Luke kemudia
“Sah.”Teriakan para saksi mengumandang. Seluruh keluarga dekat yang hadir mengucapkan syukur alhamdulillah. Bahkan, Sandra menitikkan air mata.“Kenapa, My love?” bisik Aldric melihat istrinya begitu terharu.Sambil mengelap ujung matanya dengan tisu yang terlipat rapi, Sandra menyahut,” Tadi, rasanya, aku mencium wangi parfum Mama saat angin berhembus. Aku yakin, Mama hadir di sini.”“Ya Allah,” balas Aldric sambil memanjangkan lengannya dan memeluk bahu sang istri. “Mama pasti bahagia.”Wanita berhijab itu mengangguk. “Terima kasih, ya. Kamu sangat membantu keluargaku.”“Tidak, My love. Kalian lah yang selalu membantuku. Aku datang kepada keluargamu dalam keadaan paling terpuruk dalam sejarah hidupku. Dan kalian mempercayaiku serta membantu dengan maksimal. Aku beruntung memiliki kamu dan keluargamu.” Aldric mencium dahi sang istri.Sambil berganden
Satu bulan setelah pesta pernikahan Luke dan Sarah, Aldric akhirnya memutuskan bahwa ia akan pindah ke Inggris. Tidak ada lagi yang ia lakukan di Bali. Semua aset dan pekerjaannya sudah dapat diatasi Luke dan istrinya.Kepindahan Sandra ke Inggris membuat keluarga Javier lega. Lega karena mereka merasa tidak enak hati pada keluarga Osborn yang telah sangat baik hati pada mereka. Akhirnya mereka bisa mengembalikan satu-satunya putra Alonso dan Helen itu kembali ke kampung halamannya.Seluruh keluarga Javier mengantar keberangkatan Aldric, Sandra dan Alex. Mereka telah berkumpul di bandara. Daddy Alonso telah mengirim kargo dan pesawat pribadi untuk mengangkut barang-barang pribadi milik putra, menantu dan cucunya.“Kalian harus hadir pada syukuran mansion the Angels, ya,” titah Aldric.“Apa kamu akan mengirim pesawat pribadi?” tanya Sophia.“Tentu saja. Agar Papa lebih nyaman, bukan untuk kalian sebenarnya,” balas Aldric yang langsung ditanggapi dengan kekehan dari semuanya.Satu per-s
“Ck. Kenapa Sandra tidak menjawab teleponku, sih,” keluh Aldric sambil melempar pelan ponselnya ke meja.“Santai. Leah bilang, Sandra sedang ada customer di toko,” balas Marvin.“Padahal tadi pagi, Sandra tidak mengatakan akan ke toko. Ia bilang ingin mematangkan konsep syukuran saja.”“Ya, sudah. Kita makan siang saja, yuk.”“Malas.”Marvin memperhatikan wajah sahabatnya. Beberapa hari ini, Aldric memang terlihat lesu. Bahkan, lelaki tampan yang biasanya selalu rapi, kini sering tampil urakan dengan dasi di lepas dan lengan kemeja yang digulung sampai ke siku.“Sepertinya kamu sakit, ya?” tanya Marvin.“Tidak,” jawab Aldric singkat. “Aku baik-baik saja. Tapi, memang beberapa hari ini aku malas sekali.”“Malas bagaimana, sih?”“Ya … malas, Marv. Malas makan, malas mandi, malas mikir, entahlah.”“Kecuali satu. Pasti kamu tidak malas bercinta, ‘kan,” canda Marvin.“Nah. Semua perasaan malasku hilang jika bersama Sandra. Cuma dia yang bisa membangkitkan semangatku.”“Dasar bucin tingkat
Telah tiga hari berturut-turut, setiap pagi, Sandra selalu menggunakan alat tes kehamilan. Hasilnya selalu sama. Garis satu. Semakin lama, wanita itu jadi putus harapan.Sandra keluar dari kamar mandi dengan lemas. Namun, ia tidak memiliki waktu untuk menyesali keadaan. Tamu-tamu dari Indonesia sudah mulai berdatangan. Sebagai tuan rumah yang baik, ia harus menjamu tamu-tamunya dengan maksimal.Leah menghampiri sahabatnya yang datang mendekat. “Dari wajahmu, aku yakin hasilnya masih sama seperti kemarin, ya?” tebak Leah.Sandra mengangguk pelan. “Aku jadi malas tes lagi.”“Jangan begitu. Siapa tau besok berubah.”“Kalau masih sama, aku ‘kan jadi stress.”“Bagaimana keadaanmu? Masih lemas?”“Masih. Tetapi setelah makan, biasanya tidak lemas lagi.”“Nah. Aku perhatikan, napsu makanmu meningkat. Ya, ‘kan?”Kepala Sandra kembali mengangguk.“Pasti karena hormon kehamilan.”“Sok tau! Siapa tau karena aku stress.”“Seingatku, kalau stress, kamu nggak pernah makan banyak juga. Dulu, ‘kan kam
Sontak, Sandra berhenti mengunyah. Kepalanya menoleh ke samping menghadap Aldric. Tetapi, matanya menatap diri sendiri.“Aku gemukkan, ya?”“Sial!” maki Aldric dalam hati. Agaknya ia telah salah bicara. Istrinya sekarang jadi tersinggung.“Ti … tidak, My love. Mungkin hanya perasaanku saja karena sekarang aku malas makan dan kamu makan sendirian. Jadi, terkesan, kamu yang lebih banyak makan daripada aku.”“Gitu, ya?”Sandra melanjutkan makan kembali. Aldric bernapas lega. Sumpah demi apapun, ia tidak akan mengulangi lagi pernyataannya barusan yang mengatakan istrinya sekarang memiliki napsu makan yang tinggi.“Aduh.” Sandra menyandarkan punggung sambil mengusap perut ratanya.“Kenapa, My love?”“Engap. Kayanya kebanyakan makan.” Sandra menyeringai.“Engap? Sesak gitu?” tanya Aldric dengan nada khawatir.“Sedikit.”“Apa yang bisa aku lakukan?”“Mmm … kita jalan-jalan di taman, yuk,” ajak Sandra.Aldric tidak akan pernah menolak apapun kemauan Sandra. Dengan bergandengan tangan, mereka
Hari syukuran akhirnya datang. Semalam, semua persiapan sudah final. Aldric dan Sandra mengaku puas pada semua vendor.“Morning, My love.”“Um … morning, sayang," gumam Sandra pelan.Aldric tersenyum. Sandra masih menutup matanya. Dengan penuh sayang, lelaki itu menciumi setiap sisi wajah sang istri.“Kamu kenapa, My love?”“Masih ngantuk.”Aldric terkekeh. Mungkin karena semalam mereka habis bercinta. Walaupun, lelaki itu merasa mereka melakukannya sangat cepat karena Sandra mengatakan sudah mengantuk.“Apa semalam kamu kurang tidur?”Sandra menggeleng. “Tapi, aku beberapa kali terjaga.”“Ya sudah. Mungking karena terlalu exciting untuk acara hari ini.”“Iya," Sandra menjawab singkat.“Aku mandi dan turun lebih dulu, ya. Biar aku saja yang menemani keluarga.”Sandra mengangguk.“Kamu mau sarapan di restoran atau di kamar?”“Nanti aku turun. Aku hanya butuh beberapa menit lagi untuk tidur.”“Baiklah. Aku mandi lebih dulu, ya.”Sandra tidak menjawab lagi. Wanita kesayangan Aldric itu t
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe