Rombongan teman-teman Sandra dan Leah telah pergi. Kini, Leah dan Marvin bersiap akan berangkat bulan madu. Sementara itu, keluarga Leah masih akan menunggu dan tinggal di hotel.“Kami hanya pergi tiga hari, Pa. Papa santai-santai di sini, ya,” ucap Leah pada Papanya.Papa Leah terlihat mengangguk-angguk. Namun begitu, pandangan matanya tetap kosong. Lalu, tiba-tiba ia tersenyum sendiri.“Leah mau sekolah, ya?”Dengan mengembuskan napas beratnya, Leah tersenyum. “Iya, Pah. Leah sekolah dulu, ya.”“Kamu memang anak yang rajin. Nanti, Papa belikan mobil kalau nilainya bagus.”“Oke, Pah. Papa mau dibelikan apa nanti kalau Leah pulang?”Papa Leah lalu kembali merenung. Tatapan matanya kini menyendu. Entah apa yang sekarang ada di pikirannya.Marvin sedang berbicara dengan Paman dan Bibi Leah. Ia pun menitipkan Papa Leah pada mereka selama ia dan istrinya bulan madu. Tentu
Seminggu sudah keluarga Osborn telah ke negaranya. Villa kembali sepi. Hotel kini beraktifitas lebih santai karena tamu-tamu pesta pernikahan Marvin dan Leah pun sudah kembali ke kediaman masing-masing. Sambil menatap ponselnya, Aldric menggeleng berkali-kali. Kevin baru saja mengiriminya pesan. Dengan hembusan napas berat, lelaki tampan itu memasukkan ponsel ke dalam saku celana. Langkah panjangnya kini mengarah pada satu ruangan. Lelaki itu menunggu sejenak setelah tau ada staf hotel lain yang sedang berada pada ruangan tersebut. Setelah, staf itu keluar, Aldric masuk ke dalam ruang Luke. “Hai,” sapa Aldric. “Oh. Hai,” balas Luke. “Sibuk?” “Umm … tidak juga. Hanya memeriksa laporan dari penyelenggara pesta minggu lalu saja.” “Apa ada yang komplen?” “Tidak. Aman. Untuk event besar pertama kita, pesta pernikahan Marvin dan Leah itu terbilang sukses.” “Alhamdulillah.” Aldric mengembuskan napasnya setelah menjatuhkan bokongnya pada kursi di depan meja Luke. Hening sesaat. Aldr
Musibah yang terjadi di kantor Luke segera mendapat perhatian. Beberapa staf hotel langsung membantu. Saat Aldric berada di lobi, sudah ada mobil yang menunggu dan siap mengantar ke rumah sakit. Kepanikan terjadi, saat Aldric menemukan denyut nadi ibu mertuanya yang sangat lemah. Ia segera mengendorkan ikatan hijab Emi. Lelaki itu membisikkan asma Allah ke telinga Emi. Tiba di rumah sakit, Emi langsung dibawa ke intensive care unit. Masker oksigen langsung di pasang di wajahnya. Alat pendeteksi jantung pun kini melekat di tubuh. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu. Luke duduk di kursi di depan ruang perawatan ibunya. Tubuh lelaki itu bergetar kencang. Bagaimana tidak, ibu kandungnya mendapat serangan mendadak karena dirinya. Di sisi lain, Aldric sibuk dengan ponselnya. Entah berapa orang yang ia hubungi. Lelaki itu tampak mondar-mandir sambil berbicara pada ponselnya. Tak berapa lama kemudian, Alzam dan Deniz datang. “Al
“Innalillahi wa innailahi rojiun.” Alzam melirih sendiri di samping jasad Emi.Sandra menghambur ke tubuh ibunya. Menangisi wanita yang telah berjuang nyawa melahirkannya ke dunia. Wanita yang sangat sabar mendampinginya menjalani takdir hidup yang sebelumnya begitu penuh dengan cobaan.Deniz dan Luke terlihat sangat terpukul. Luke memukul-mukul dadanya sendiri, tak percaya sang ibu telah tiada. Deniz berkali-kali mengembuskan napas panjangnya yang terasa sangat berat.Kepala Aldric rasanya berputar pelan. Ya. Dokter di Singapore memang sudah mengingatkan bahwa sekali lagi, Emi mendapat serangan, kemungkinan ia tidak akan bertahan. Hanya saja, Aldric masih berpikir, Allah tetap memberikan kesempatan lebih lama.“Hiks, hiks, hiks. Mama maafkan Sandra, Ma.” Sandra terus melirih dengan tangisan yang tak berhenti.Aldric menguatkan diri untuk meraih tubuh istrinya. Lelaki kekar itu segera mendekap Sandra erat di dalam dada. Tangannya mengelus kepala Sandra dengan penuh sayang.Lelaki tamp
“Di mana Alex, My love?” Aldric menyapa istrinya yang datang sendirian.“Papa minta Alex tetap menemaninya,” jawab Sandra.Aldric mengangguk pengertian. “Kamu mau minum hangat?”“Boleh.”Penampakan Aldric yang sangat perhatian pada istrinya tak luput dari perhatian Anita. Sementara lelaki di sebelahnya sejak tadi hanya fokus mengaji. Luke seperti sama sekali tidak menghiraukan keberadaannya.Di depan mata para tamu. Aldric berkali-kali mengusap kepala maupun punggung Sandra dengan lembut. Hingga akhirnya Sandra mengeluh pada suaminya.“Sayang, kepalaku sakit sekali,” ucap Sandra dengan mata kembali memerah.“Mau tiduran? Aku pijat dulu tubuhnya?” balas Aldric pelan.Sandra menggeleng. “Tidak enak. Masih banyak tamu.”Aldric kembali mengembuskan napas panjang. Selalu saja perasaan tak enak hati pada orang lain menjadi sesuatu yang sangat dijunjung pada adat ketimuran. Kebiasaan yang hingga kini masih tidak bisa diterima oleh akal pikiran Aldric sebagai orang barat.“Ya sudah. Mau minum
“Mau, Dad. Alex, mau!” Anak lelaki itu memekik senang.Keduanya kembali berpelukan. Mereka lupa bahwa Sandra sedang tertidur. Untung saja, karena pengaruh obat, wanita kesayangan Aldric dan Alex itu hanya menggeliat dan tidak terbangun karena ulah mereka.“Ups. Maaf, Dad,” ucap Alex saat Aldric dengan cepat memeluk kembali tubuh Sandra dan mengusap-usapnya perlahan hingga istrinya kembali tenang.“Its okay.” Aldric mengelus sayang kepala Alex. “Sekarang, Alex temani Kakek lagi, ya. Tapi ingat, jangan membuat Kakek khawatir dengan memberitahukan kondisi Mommy.”Alex mengangguk. Sebelum turun dari tempat tidur, anak kecil itu mengecup dalam-dalam dahi ibunya. Sambil melambaikan tangan, Alex membuka pintu dan menutupnya kembali.Anak tampan itu menyusuri lorong menuju kamar Kakeknya. Ia menoleh menatap para tamu yang masih datang melayat. Ini adalah pengalaman pertamanya dalam hidup kehilangan orang yang disayangi.“Tok, tok. Kakek, ini Alex.”Karena tidak ada jawaban, Alex membuka pintu
Kedua lelaki senior tersebut keluar dari ruangan. Percakapan keduanya kini bergeser pada kegiatan Alonso di Inggris. Ia mengundang Alzam untuk sesekali mengunjunginya.“InsyaAllah,” jawab Alzam singkat.Sejak Emi sakit dan tidak dapat bepergian jauh, Alzam memang kerapkali menolak tawaran untuk berlibur ke luar negeri. Bahkan mereka semakin jarang mengunjungi Sandra dan Alex saat putri dan cucu mereka itu masih di Jerman.“Kita harus jadwalkan. Sekalian Aldric dan Sandra mengawasi perkembangan renovasi mansion mereka.”“Aku tanyakan anak-anak lebih dulu.”Mereka tiba di ruang makan. Villa kini telah sepi. Hanya keluarga Javier yang sedang menonton bersama. Tayangan yang disuguhkan adalah film kartun kesukaan Nicho.“Mau tanya apa, Pa?” tanya Deniz mengiringi langkah sang ayah.“Itu, Alonso mengajak Papa berkunjung ke Inggris.”“Benarkah?” Helen memekik senang. “Aku akan bahagia sekali jika kalian semua berkenan ke Inggris.”Semuanya tersenyum dan saling memberikan pendapat. Hanya Aldr
Satu bulan telah berlalu. Kegiatan keluarga Javier kini kembali normal. Dengan sepakat, mereka akhirnya memutuskan Luke akan pindah ke rumah orang tuanya menemani Alzam.Setiap akhir pekan, mereka mengunjungi makam Emi. Alzam sendiri yang membasuh nisan dan gundukan tanah yang belum ditanami rumput tersebut. Tidak ada lagi air mata mengalir, walau mata mereka masih sering berkaca-kaca saat menatap tulisan nama sang ibu pada bagian atas makam.Rutinitas kini kembali padat. Namun, dengan kompak ketiga putra-putri keluarga Javier saling bergantian menemani ayah mereka. Bahkan cucu-cucu Alzam kini sering bermain di rumah Kakek mereka ketimbang di rumah mereka sendiri.Malam itu suasana telah sepi. Luke dan Alzam telah selesai makan malam. Mereka kemudian mengobrol santai di ruang keluarga.“Bagaimana persiapan pernikahanmu dengan Anita, Luke?” tanya Alzam.Luke terdiam sejenak, lalu menjawab, “Belum banyak persiapannya, Pa. Aku baru konfirmasi pada beberapa vendor saja.”“Kenapa begitu? B
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe