Sepanjang perjalanan dari rumah sakit, Aldric hanya terdiam memandang jalanan dari kaca mobil depan. Marvin yang menyetir seolah tidak mau mengganggu lamunan bosnya, ia juga tidak memiliki topik memarik untuk dijadikan bahasan. Mereka hanya sibuk dengan pikiran masing-masing.Kembali ke mansion menjelang malam, Aldric dan Marvin menyempatkan makan malam bersama di mansion. Lagi-lagi, Aldric terlihat tidak bersemangat makan. Ia hanya minum jus dan salad sayur dengan telor rebus."Madam Mary, apa koper mainan sudah kamu letakkan di kamarku?" tanya Aldric pada kepala pelayannya."Sudah, Tuan.""OK. Terima kasih."Aldric dan Marvin menyelesaikan makan malam, kemudian berbincang sebentar. Asisten bertubuh tegap itu lalu pamit. Sementara pemilik mansion juga langsung ke kamar tidurnya.Di dalam kamarnya, Aldric membongkar koper mainan Alex. Satu persatu puzzle, ia teliti dan ia baca catatannya. Sesekali lelaki itu tersenyum memdapati tulisan yang lucu.'Alex sempat kesal sama Mommy karena M
“Mommy,” sapa Alex.“Ya, sayang?” balas Sandra.“Boleh aku pinjam ponsel Mommy?”“Untuk apa? Kamu mau melihat-lihat koleksi puzzle terbaru? Bukankah kamu sudah berjanji kepada Daddy Luke untuk tidak membeli puzzle lagi dalam waktu satu tahun ini?” canda Sandra sambil memberikan ponselnya pada sang putra.“Hanya melihat-lihat saja kok, Mom. Oh ya, aku mau mengirim pesan untuk Daddy. Boleh kan?”“Daddy Luke atau Daddy Deniz?”“Daddy Aldric.”Jawaban Alex seketika membuat Sandra menghentikan pekerjaannya yang sedang mengetik makalah kuliah. Ia meneliti wajah sang putra yang sedang asik dengan ponsel. Anak kecil di sampingnya itu sangat fokus pada apa yang sedang ia lihat pada layar kecil.“Ada perlu apa dengan ayahmu?”Alex mendongakkan kepalanya menatap sang Mommy. “Aku mau undang Daddy di ulang tahunku bulan depan. Boleh kan?”Garis muncul di antara alis Sandra. Ia kaget mendengar permintaan sang putra. Namun begitu, ia tau sangat tidak adil bagi Alex ataupun Aldric jika ia menolak kem
Dulu, Aldric sangat mengandalkan Marvin untuk melakukan segalanya. Baik pekerjaan kantor maupun pribadi. Namun, sejak Alex mulai rutin berbalas pesan dengannya, pengusaha itu bahkan selalu mengecek sendiri ponsel maupun laptopnya.Walaupun demikian, Aldric dan Sandra tidak pernah saling berhubungan. Bagi Aldric yang terpenting ia dapat dekat dengan putranya. Setelah itu mungkin ia bisa berhubungan baik dengan ibu dari anaknya itu.Aldric mengernyitkan dahinya saat mendapat pesan dari pengawal yang menjaga Sandra dan Alex. pengawal mengirimkan beberapa foto yang memuat gambar Sandra berjalan dengan rangkaian bunga cantik di tangannya. Siapa yang memberikan bunga tersebut?“Tuan, apa ada tanggapan dari presentasi barusan?” bisik Marvin.Jika pada rapat kemarin Aldric tampak bahagia mendapat pesan dari Alex, kali ini wajahnya telihat tegang. Marvin bahkan dapat melihat Tuannya mengetatkan rahang. Sesekali ia juga mendengar bosnya mendengus kesal.Seketika Aldric sadar ia masih berada di
“Alex namanya. Ia sangat tampan dan cerdas.”“Alex?” gumam Helen. “Nama itu yang kamu sebut saat di ruang keluarga setelah jamuan makan malam dengan keluarga Valerie, bukan?”Aldric mengangguk. Ada rasa lega telah berbagi rahasia pada ibunya. Di lain pihak, rasa takut juga hinggap. Ia tidak tau, apa yang akan ibunya lakukan setelah ini.“Di mana ia sekarang?”“Jerman.”“Jerman? Jadi tiap akhir minggu kamu mengatakan pergi ke luar kota ternyata ke Jerman untuk mengunjungi anakmu?”Aldric mengangguk kembali.“Bagaimana dengan ibunya? Apa kamu mencintai ibunya Alex?”Aldric mempertimbangkan jawabannya. Setelah beberapa detik, ternyata ia tidak dapat menemukan kata yang tepat. Akhirnya ia mengembuskan napas panjang dan berkata, “Entahlah.”“Berapa lama kalian bersama sebelum akhirnya memiliki Alex?”Lelaki yang sedang diinterogasi ibunya itu mendesah, “Hanya satu malam itu kami bersama, Mom. Setelah itu kami berpisah. Aku tidak tau ternyata ia hamil. Baru beberapa bulan yang lalu, aku men
Pagi ini, Aldric begitu bersemangat. Selesai jam kerja, ia akan terbang ke Jerman untuk merayakan ulang tahun Alex. Rasanya ia ingin memutar waktu lebih cepat dan segera berkemas ke bandara.“Saya sudah menyiapkan kebutuhan Anda selama di Jerman, Tuan.”Aldric mengangguk, matanya berkilat gembira. “Terima kasih, Marv. Kamu memang teman yang baik.”Marvin terkekeh, “Saat ini masih jam kerja, Tuan. Saya adalah asisten pribadi Anda.”“Buatku sekarang, antara asisten dan teman hanyalah berbeda setipis namun sekuat grafena.”Asisten pribadi bertubuh tegap itu kini tertawa lepas. Sejak Aldric memintanya menjadi seorang teman ketimbang asisten, hubungan mereka lebih akrab. Ia sangat bersyukur bosnya menganggapnya sebagai teman.“Jangan lupa saranku untuk mendekati Nyonya Sandra.”Pengusaha tampan itu mengerucutkan mulutnya. “Seumur hidupku, aku tidak pernah sampai harus berusaha membuat seorang wanita tertarik kepadaku. Rasanya aku tak kan bisa, Marv.”“Selalu ada saat pertama kali untuk seg
Semua memandang dokter yang memeriksa Helen. Pagi ini, Helen terlihat lebih segar. Ia tidur nyenyak dan makan dengan cukup.Aldric menghela napas lega saat dokter mengatakan ibunya diperbolehkan pulang. Ia bergegas mengatur kepulangan wanita yang melahirkannya dengan semangat. Hatinya senang karena setelah ini, ia dapat pergi menemui anaknya.Menurut informasi akurat, Alex dilahirkan pada pukul dua lebih sebelas menit, siang hari. Ia akan berusaha untuk datang pada jam tersebut, menandai kehadiran putranya di dunia. Masih cukup banyak waktu. Saat ini baru pukul delapan pagi.“Mommy istirahat ya. Aku pergi dulu,” ucap Aldric berpamitan pada ibunya saat mereka telah tiba di mansion.“Siapa bilang kamu boleh pergi?” tukas Helen.“Apa maksudnya? Mommy tau, aku harus pergi sekarang.”“Tidak!”“Mom!”“Aldric! Mommy bilang kamu tidak dapat pergi, artinya kamu tinggal!”Dengan gusar, Aldric menatap ibunya. Ia sungguh tidak mempercayai sikap wanita di depannya yang tiba-tiba menggertaknya. Buk
Menjelang pukul sepuluh malam, mobil Aldric baru terparkir di depan gedung apartemen Sandra. Ia menelpon Luke, memohon untuk dibukakan pintu dan diizinkan bertemu Alex. Demi keponakannya, Kakak Sandra itu mempersilahkan Aldric dan Marvin masuk.“Sandra dan Alex sudah tidur. Mereka kelelahan karena acara tadi siang,” ucap Luke.Ini pertama kalinya Aldric masuk ke dalam apartemen Sandra. Ruang tamu yang sekaligus berfungsi sebagai ruang keluarga itu cukup luas. Tampak beberapa peralatan pesta tergeletak di atas meja dan sofa.Bersih dan nyaman. Begitulah kesan pertama Aldric pada tempat ini. Ia melihat dua pintu di ujung ruangan yang ia perkirakan salah satunya adalah kamar Alex.“Mana putraku?” tanya Aldric kepada Luke.Luke menunjuk salah satu pintu. “Masuk saja.”Aldric mengangguk dan berucap tulus, “Terima kasih.”Sebelum membuka pintu, Aldric menghela napas panjangnya. Kamar kecil itu sangat minimalis. Hanya ada ranjang, meja belajar kecil dan lemari pakaian. Aldric mendekati putra
Tepat jam tujuh pagi, Aldric dan Marvin sudah berdiri di depan pintu apartemen Sandra. Setelah membunyikan bel, tak lama Luke membukakan pintu. Ia mempersilahkan Aldric masuk, sementara Marvin memilih menunggu di luar.“Kami baru saja mau sarapan.” Luke mendului langkah menuju dapur sekaligus ruang makan di apartemen itu.“Selamat pagi,” ucap Aldric. Ia melihat Sandra telah rapi dengan busana kerja yang elegan, namun begitu Alex dan Luke masih dengan pakaian mereka semalam.“Pagi, Dad,” sapa Alex. Anak kecil itu melambaikan tangan untuk meminta Aldric duduk di depannya.Sandra melirik sebentar lelaki yang baru masuk kemudian menganggukkan kepala. Ia lalu sibuk meletakkan peralatan makan di atas meja. Setelah itu menuang susu di gelas dan meletakkannya di depan Alex.Wangi masakan – entah apa, menguar penciuman Aldric. Ia melirik meja makan. Nasi berwarna agak coklat bercampur daging asap dan sayuran potongan serta telur tersaji di sana.“Sandra, aku akan mengajak Alex ke peternakan ku
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe