“Aldric, honey!” seru Valerie. Ia sangat kesal melihat Aldric tidak memperhatikan apa yang ia ceritakan sejak tadi.“Ya?” tanpa dosa Aldric bertanya.“Kenapa sih melamun saja?” tukas Valerie dengan sewot.“Aku memikirkan pekerjaanku,” kilah Aldric. Tentu saja ia berbohong karena sesungguhnya ia memikirkan tentang Sandra dan mantan kekasihnya.Sejak ia mengetahui kisah tentang Sandra, Aldric menjadi sulit fokus. Ia benar-benar tidak terima putranya diberi beasiswa oleh mantan kekasih ibunya. Kalau saja pekerjaan tidak sedang menggunung, ia akan segera terbang ke Jerman.“Kamu memiliki sekertaris, asisten pribadi, juga tim sukses. Biarkan mereka yang bekerja,” ucap Valerie dengan sombongnya.“Mereka selalu bekerja sesuai dengan arahanku, Val. Jadi tetap saja aku yang memegang kendali semua keputusan.”“Kamu itu merepotkan diri sendiri. Coba kamu ikuti saranku. Kita hanya perlu sering tampil di berbagai acara selebriti dan posting kebersamaan kita di media sosial. Aku yakin, pamormu akan
“Auntie Leah,” panggil Alex.Leah melambaikan tangan. Ia juga memberikan ciuman jauh kepada putra dari sahabatnya. Kemudian ia mengangkat kepalan tangan, memberikan tanda untuk semangat bertanding.“Uncle Ivan.” Kini Alex memanggil lelaki yang berada di samping Daddy Luke.Ivan mengacungkan jempol kepada Alex. Awalnya ia duduk di antara Sandra dan Luke. Tentu saja, Luke bersikap protektif dengan tidak membiarkan Ivan berduaan dengan adiknya sehingga ia menggeser posisi duduk Ivan.Dua pasang mata menatap deretan kursi di depan mereka. Aldric menatap Alex yang siap mengikuti lomba. Ia kembali didera rasa sedih karena tidak mendapat sambutan dari putranya sendiri.Lalu netranya menatap Sandra yang sedang berbincang pelan dengan Leah. Kemudian ia melihat Sandra dan Leah tergelak bersama. secara spontan, Aldric pun tersenyum melihat wanita yang melahirkan anaknya tertawa. Kapankah ia bisa melihat Sandra tertawa bersamanya?Lamunan Aldric buyar karena acara lomba spelling bee akan berlangs
“Aldric Rafantino Osborn. Pengusaha triyulner, memiliki jaringan bisnis bukan saja di Inggris melainkan juga di Eropa. Sekarang ini, ia sedang mencalonkan diri menjadi gubernur Inggris pada pemilihan tahun depan. Bertemu denganmu saat Konferensi Bisnis Internasional di Bali,” ungkap Luke panjang lebar.Mendengar pernyataan kakaknya, Sandra langsung menutup wajah dengan kedua tangannya dan kembali menangis pelan. Ia tak tau selama ini kakak-kakaknya masih mencari sosok lelaki tersebut. Perjuangannya menyembunyikan identitas ayah dari anaknya itu dan tinggal sendiri di Jerman ternyata sia-sia.“Sudahlah, San. Kita hadapi saja lelaki itu. Kami akan selalu membantumu.” Luke menenangkan adiknya.“hiks, hiks, bagaimana kakak bisa tau?” Isak Sandra.“Alex yang bercerita bahwa Aldric menemuinya di sekolah. Putramu itu juga bilang ia curiga bahwa lelaki itu ayahnya karena wajah mereka yang mirip.”Sandra menghapus air mata dan cairan yang keluar dari hidungnya dengan tisu. “Kakak ingat saat Sa
Saking frustasinya Aldric, ia sampai merencanakan penculikan untuk anaknya sendiri. Ia akan berusaha mendekatkan diri kepada Alex saat putranya itu telah bersamanya. Rencananya sudah berjalan lima puluh persen."Saya pun tidak yakin dengan rencana itu, Tuan. Anda terlalu gegabah jika menjalankan niat itu.""Itu kulakukan agar bisa bersama putraku.""Tapi Anda juga harus memperhatikan citra Anda sebagai politisi, Tuan.""Aku bisa mengurung Alex di mansion hingga saatnya aku mengumumkan bahwa aku telah memiliki anak.""Nyonya Sandra adalah wanita yang cerdas. Ia tak kan diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Ia mungkin akan langsung berbicara dengan media, pemerhati anak, dan komunitas wanita.""Menurutmu Sandra bisa melakukan hal seperti itu?""Tentu saja, Tuan. Lihat saja ulah kakak-kakaknya yang dengan berani menerobos masuk ke ruang ini. "Aldric terdiam. Jika pertemuannya dengan putranya nanti tidak berhasil dengan baik. Ia akan kembali melanjutkan niatnya. Tak peduli Marvin at
“Sebenarnya, aku adalah ayah kandungmu.”Alex mengangguk. “Iya, aku sudah tau.”“Aldric tersenyum. “Ada yang memberitahumu, atau kamu hanya menduga?”“Aku tau sendiri.”“Anak pintar,” puji Aldric.Lelaki itu menatap tangan mungil di dalam genggamannya. “Sejak pertama kali bertemu kamu, Daddy ingin sekali menyentuhmu dan memelukmu.”Aldric menjeda kalimatnya, lalu berkata, “Sekarang, boleh Daddy memelukmu?”Alex balas menatap sosok yang masih berjongkok di hadapannya. Ia mengangguk pada permintaan lelaki yang telah mengakui ia adalah ayahnya. Anak lelaki itu membiarkan lelaki itu memeluk dan menciuminya.“Ya Tuhan. Terima kasih,” ucap Aldric seraya memeluk erat tubuh Alex dan menciumi pipinya.Aldric menangkupkan kedua tangan besarnya di wajah Alex. “Kamu tau kamu sangat mirip Daddy saat Daddy kecil. Kemarilah, Daddy tunjukkan fotonya.”Pengusaha yang sedang berbahagia itu menggandeng tangan putranya. Mereka duduk di sofa besar. Aldric membuka lembaran album foto dan menunjukkan foto-f
Baru kemarin Alex pergi bersama Luke ke Inggris. Sandra akhirnya menyetujui alasan kakaknya untuk melibatkan Aldric dalam pengasuhan putranya. Hanya saja, semua itu masih menjadi rahasia karena kakak sulung mereka pasti tidak menyetujuinya.“Selalu aneh rasanya tanpa Alex di sisiku, Le,” keluh Sandra pada sahabatnya.“Sepertinya kamu harus membiasakan diri seperti ini karena kamu telah menyetujui usul Kak Luke,” balas Leah.Sandra tidak menjawab, ia hanya menatap taman di depannya. Taman tempat biasanya Alex bermain. Terkadang ia dan Alex juga piknik di taman ini.“Paling tidak saat Alex bersama ayahnya, kita bisa bepergian berdua lagi, San. Seperti dulu saat kita berkuliah,” imbuh Leah lagi.Kepala Sandra kini mengangguk. Matanya masih sendu mengingat sang putra. Ia ingin segera mendengar cerita tentang pertemuan putranya dengan sang ayah kandung.“Le … kita buat bisnis di Indonesia aja, yuk. Kamu pulang juga ya,” usul Sandra.“Wah kita sehati, San. Aku juga berpikiran begitu.”“Bene
Bukan Aldric namanya jka sang pengusaha yang hebat dalam berstrategi bisnis itu mengalah kepada keputusan kedua kakak kandung Sandra. Ia berupaya sebisa mungkin, menghalangi jalan wanita yang pernah mengandung anaknya itu untuk kembali ke Indonesia. Ia tak rela harus terpisah jauh dari putranya.“Saya sudah menghubungi rekan-rekan di kedutaan Jerman dan kedutaan Indonesia, Tuan. Mereka berjanji akan mempersulit dokumen Nyonya Sandra dan Tuan Muda Alex.”“Bagus, pantau terus. Biar bagaimanapun kita tidak bisa lengah. Kakak-kakak kandung Sandra selain pemberani, mereka juga cukup panjang akal.”“Baik, Tuan.” Marvin mengambil ponselnya di meja saat melihat ada satu notifikasi masuk. “Nona Valerie menghubungi Anda, Tuan.”“Katakan aku sedang rapat.”“Tidak bisa, Tuan. Nona sekarang sudah berada … “Kalimat Marvin terhenti karena suara pintu yang terbuka.“Aldric, honey.” Valerie tanpa permisi masuk ke ruang kerja tunangannya.“Permisi, Tuan, Nona,” ucap Marvin yang segera meninggalkan ruan
“Ting.”Suara bel di pintunya berbunyi. Sandra segera meraih jilbab dan mengenakannya sebelum membuka pintu. Seorang lelaki berdiri dan langsung menundukkan kepala dengan santun.“Maaf, Nyonya Sandra. Saya utusan Tuan Marvin. Saya ditugaskan untuk mengambil koper berisi puzzle-puzzle.”“Oh, baik. Tunggu sebentar.”Sandra kembali masuk ke dalam apartemen. Ia memang telah mendapat kabar bahwa Aldric akan mengurus puzzle-puzzle yang telah disusun Alex. kebetulan, Sandra juga sudah bingung akan ia apakan dengan mainan putranya itu.Lelaki utusan asisten pribadi Aldric segera pamit setelah menerima koper yang dimaksud. Sandra memperhatikan lelaki tersebut meletakkan koper dengan hati-hati di bagasi mobil. Ibu dari Alex itu segera menutup rapat pintu apartemen setelah tamunya pergi.“Siapa yang datang, San?” tanya Leah yang baru saja keluar dari kamar mandi.“Kurir,” jawab Sandra singkat.“Ooh … Alex dan Kak Luke pulang jam berapa?”“Kak Luke bilang kemungkinan akan pulang malam agar tidak
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
“Mommy, Abang mau jaga Adik Nayya malam ini. Abang tidur di kamar Adik, ya?” pinta Alex.“Mmm … sebaiknya Abang Alex tanya Daddy. Biasanya, Nayya tidur bersama Daddy,” ucap Sandra dengan lembut pada putranya.Aldric yang mendengar permintaan putranya dan jawaban Sandra, seketika teringat pada nasehat Marvin.“Boleh. Tentu saja, Abang Alex boleh tidur menjaga Adik Nayya,” balas Aldric cepat.Jawaban Aldric membuat Sandra menoleh menatap suaminya. Tumben sekali, ia mau dipisahkan dengan Nayya malam ini. Aldric menangkap tatapan heran istrinya.“Lagipula, Daddy kangen tidur berdua saja dengan Mommy,” imbuh Aldric lagi.“Yeayyy … Abang tidur sama Adik.” Alex melonjak-lonjak senang. Tetapi, kemudian, Alex teringat akan sesuatu.“Tapi, Dad, kalau Adik Nayya menangis, Abang harus bagaimana?”“Ada baby monitor di kamar Adik. Jadi, kalau Adik Nayya menangis, kami akan dengar. Mommy akan datang dan menyusui Adik Nayya.”“Oh, oke.” Alex mengacungkan jari jempolnya.Menjelang tidur, Aldric dan Sa
Sandra menggeleng samar mendengar bisikan suaminya. Ia tidak langsung menjawab karena ada suster bersama mereka. setelah Nayya menyusu dengan tenang, suster menjauhi mereka.Pebisnis mapan itu menatap mulut bayinya yang sedang menghisap. Kedua pipinya terlihat kembang kempis. Tangan mungil Nayya mengenggam jari kelingking ibunya.“Sepertinya nikmat sekali,” canda Aldric.“Memang nikmat ya, Nay. Soalnya Nayya cuma boleh minum ASI saja,” balas Sandra.“Nayya, Daddy boleh minta, nggak?”Aldric memang berbicara pada bayinya. Tapi, tentu saja pertanyaan itu ditujukan pada ibunya. Sandra mencebikkan bibir merespon perkataan sang suami.“Apa rasa ASI, sih, My love?”“Mana aku tau? Aku kan tidak pernah mencoba. Pertanyaan yang aneh.”Aldric terkekeh. “Kok, kamu jadi sensitif begitu. Nanti Nayya jadi terganggu dengan suara Mommy yang tidak ramah.”“Maaf, ya, Nay. Daddy suka usil sama Mommy,” Sandra berkata pada bayinya dengan senyum di bibir.“Daddy ‘kan cuma bertanya, karena Nayya belum bisa
Alex mendorong stroller Nayya dibantu Aldric. Sandra melingkari lengannya pada pinggang suaminya. Pintu kaca besar otomatis terbuka saat mereka akan keluar.Kebetulan, Keluarga Javier dan orang tua Aldric pun sedang berada di taman. Bahkan Marvin, Leah dan Kevin juga tampak mengobrol akrab dengan kakak-kakak Sandra.“Marv, Kev, Kalian ke sini?” sapa Aldric.“Leah,” Sandra pun menyapa dan memeluk sahabatnya.“Kami ‘kan belum menjenguk Sandra dan bayi kalian,” cetus Marvin. “Tuan Alonso mencegah kami mengunjungi rumah sakit karena nanti Sandra tidak dapat istirahat.”“Iya, maaf. Itu juga permintaanku.”“By the way, selamat, ya,” ucap Marvin. Mereka berpelukan secara maskulin yang kemudian juga diikuti dengan Kevin.“Bagaimana kabarmu, Sandra?” tanya Marvin.“Semakin hari semakin membaik, insyaAllah,” balas Sandra.“Marv sayang, lihat Nayya deh. Cantik sekali,” ucap Leah yang memperlihatkan Nayya dalam dekapannya.“Apa kamu sudah cuci tangan, Leah?” Aldric mengerutkan dahi melihat putrin
Akhirnya Sandra kembali ke mansion. Seorang suster senior rekomendasi dari rumah sakit, ikut diboyong Helen. Wanita tua itu tidak memperdulikan protes yang keluar dari mulut putranya saat lelaki itu mengatakan tidak membutuhkan seorang suster.“Kamu akan butuh. Kasihan Sandra jika tidak ada yang membantu mengurus bayinya!” ucap Helen tegas kepada Aldric.“Aku yang akan membantu Sandra, Mom. Aku mau mengurus Nayya sendiri,” kilah Aldric.“Tidak bisa. Kamu juga belum berpengalaman. Yang ada, Sandra nanti malah tambah stress dibantu kamu.”Aldric mengembuskan napas panjangnya. Ia akhirnya mengalah. Apalagi, tidak ada satu pun keluarga yang mendukungnya. Semua setuju, Sandra membutuhkan bantuan seorang suster di mansion.Keadaan Sandra sendiri sudah lebih baik. Setelah berbaring dan mendapat perawatan di rumah sakit selama tiga hari, kini wanita itu mulai bergerak aktif. Walaupun terkadang, gerakannya terhenti karena
Alex menggenggam rangkaian bunga indah di tangan kanan. Tangan kirinya memegang kotak berwarna merah muda. Anak lelaki tampan itu membawa hadiah yang akan ia persembahkan untuk ibu dan adik perempuannya.Di sampingnya Alzam berjalan membawa bungkusan. Bungkusan berisi susu almond untuk putri tercinta yang baru saja melahirkan bayi perempuan cantik. Minuman itu diyakini berkhasiat untuk melancarkan produksi ASI.Setelah mengetuk pintu, Alzam membuka pintu. Alonso segera berdiri saat melihat besannya masuk. Mereka berpelukan dengan akrab.“Selamat pagi. Bagaimana kabar cucu cantik kita hari ini?”“Ia sedang menyusu.” Helen menoleh pada tirai tertutup di samping mereka.“Oh, baiklah. Susu almond untuk ibu menyusui aku letakkan di dalam lemari pendingin, ya.”“Iya.”Alex lalu menghampiri Grandma dan Grandpanya. Anak lelaki itu mencium telapak tangan keduanya. Helen dan Alonso membalas dengan mengecup sayang kepala serta pipi cucu tampan mereka.“Apa kamu membawa bunga untuk Mommy?” tanya
Helen mengamati bayi cantik di dalam dekapannya. Ia berdiri dan mengayun pelan sambil terus tersenyum. Tangannya pun tak henti mengelus kulit halus cucu cantiknya.“Cantik sekali cucu grandma, ya,” puji Helen. Entah sudah berapa puluh kali ia mengucapkan kalimat tersebut sejak melihat Nayya.Hingga Alonso datang menghampiri dan kini berdiri di samping istrinya. Lelaki tua itu juga ikut mengelus kepala baby dan sesekali menciumnya.“Sudah! Jangan diciumi terus. Nanti Nayya bangun!” desis Helen galak.Sandra terkekeh. “Sama seperti Aldric semalam, Mom. Nayya sedang asyik menyusu malah dicium-cium hingga akhirnya menangis.”Kepala Helen menggeleng mendengar penuturan menantunya. Wanita itu meletakkan Nayya sangat hati-hati di dalam box bayi. Lalu, box tersebut ia tutup dengan kelambu halus.“Kamu mau makan, darling?” tanya Helen.“Boleh, Mom.”“Eits, sudah. Di ranjang saja. Biar Mommy yang antar makananmu.” Helen mencegah Sandra yang akan turun dari tempat tidur.Sandra menurut. Ia duduk
Tak hentinya Aldric menatap wajah mungil di dekapan Sandra. Bayi perempuan cantik itu sedang menyusu pada ibunya. sesekali, lelaki itu mencium pelan kepala sang putri.“Sayang!” protes Sandra. “Nanti dulu cium-ciumnya. Dia sedang menyusu.”“Baby cantik wangi sekali, My love. Dia pakai parfum bayi apa?”Sandra terkekeh geli mendengar pernyataan suaminya. “Bayi belum boleh pakai pewangi apapun, sayang. Ini murni aroma tubuh Baby.”“Benarkah? Kok wangi sekali?” Aldric kembali mencium rambut dan pipi putrinya.Gerakan Aldric membuat bayi yang sedang menyusu itu berhenti mengisap sari makanan dari sang ibu. Matanya menatap Sandra. Kepala mungil bayi perlahan bergerak mengusel dada di hadapannya.“Tuh ‘kan, Baby jadi berhenti menyusu karena kamu ganggu,” gerutu Sandra. Wanita itu lalu mencoba memasukkan kembali area areolanya ke dalam mulut bayinya.Namun, bayi pe