Lima hari kemudian pihak kepolisian sudah berhasil membekuk Bimantara.
Hardin tak mau melewatkannya. Dia harus bertatap muka langsung dengan otak pelaku kejahatan terhadap Anggia. Hardin harus membuat perhitungan langsung dengannya.
Di dalam sebuah ruangan tertutup, tempat dimana pihak kepolisian biasa mengintrogasi para pelaku kejahatan. Hardin dipertemukan dengan laki-laki setengah baya yang bernama Bimantara itu.
Reyhan ada disana. Berdiri di belakang Hardin.
Hardin dan Bimantara duduk saling berhadapan. Mata mereka sama-sama menyiratkan kebencian yang mendalam.
"Lu mau tau apa yang gua rasain sekarang? Gua puas! Dan gua nggak perduli walau gua harus mati membusuk di penjara!" ucap Bimantara. Tangannya terborgol di bel
Semoga suka...
Hari ini Reyhan baru kembali dari Surabaya. Dia menagih janji Hardin untuk memberinya cuti. Walau pada akhirnya Reyhan tidak bisa bertahan cukup lama disana. Karena dia masih mengkhawatirkan keadaan Anggia. Dan lagi Reyhan sudah menyewa orang lain untuk mencari tahu keberadaan Katrina di Surabaya. Mungkin itu akan lebih membantunya. Saat sore tadi Reyhan sampai di Jakarta dia langsung menuju rumah sakit untuk melihat perkembangan Anggia. "Belum ada kemajuan sampai saat ini, Nak." ucap Abi Syamsul yang berdiri di samping Reyhan. Dari raut wajahnya yang keriput termakan usia, Reyhan bisa melihat keputusasaan disana. Abi Syamsul pergi meninggalkan Reyhan setelah laki-laki tua itu menepuk pelan bahu Reyhan. Pandangan Reyhan kembali pada Anggia. Wajah yang selalu terlihat
Sore tadi Bibi Atiqah, Mang Fu'ad dan Mang Adnan baru tiba di Jakarta. Mereka berniat untuk menjenguk Anggia. Tapi sebelum itu mereka mampir ke rumah Om Rudy dulu. Hingga setelahnya mereka bersama Om Rudy, juga Katrina pergi ke rumah sakit selepas melaksanakan shalat Maghrib. Setibanya di rumah sakit mereka mendapati banyak orang berkumpul di halaman parkir di depan ruangan loby rumah sakit. Katanya ada orang yang mau bunuh diri. Pandangan mereka tertuju pada seorang wanita yang berdiri di pinggir atap gedung rumah sakit berlantai lima itu. Dan wanita itu adalah Anggia. "Subhanallah, itukan Gia?" pekik Bibi Atiqah. Mereka semua b
Bertahun-tahun yang lalu... Seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun tengah menangis memeluk seorang wanita yang terbaring lemah tak berdaya. Perlahan anak itu menutupi tubuh sang Ibu dengan selimut yang dia ambil dari kamarnya. Agar tubuh telanjang yang dipenuhi luka memar itu tidak terlihat oleh siapapun. Lalu dia mulai memakaian pakaian kepada sang Ibu sebisa yang dia lakukan. "Jangan Reyhan. Biar Ibu saja. Tolong ambilkan Ibu air di baskom kecil. Ibu mau basuh badan Ibu dulu," "Baik, Bu." Reyhan kecil belum mengerti apapun saat itu. Yang dia tahu, Ibunya kini hanya bisa te
Ini hari pertama Reyhan kembali masuk kantor. Pagi ini dia bangun sebelum shubuh. Karena selama ini shalat selalu menjadi prioritas utama Reyhan. Walau dia bukan seorang muslim yang taat, tapi setidaknya dia ada keinginan untuk lebih memperdalam ilmu agamanya. Karena dia selalu merasa hatinya jadi lebih tenang setiap kali selesai menunaikan shalat. Reyhan baru saja selesai berpakaian ketika tiba-tiba pintu apartemen yang dia tempati saat itu terbuka. Hardin muncul dari balik pintu masih dengan setelan kantor yang kemarin dia pakai. Karena sepulang kantor sore kemarin, Hardin langsung ke rumah sakit dan stay di sana sampai pagi. Bahkan ketika sang Omah menyuruhnya pulang Hardin tetap tidak mau. Hal itu Hardin lakukan karena dia ingin menunjukkan pada Anggia kalau dia benar-benar menyesal dan juga supaya
"Aku nggak bisa, lagi banyak kerjaan." tolak Hardin. Dia baru saja melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya. Wajahnya terlihat tidak tenang. "Serius kamu nggak bisa? Aku kangen banget loh sama kamu, Sayang. Kitakan udah lama nggak ketemu. Kalau kamu nggak bisa keluar malam ini, gimana kalau aku yang dateng ke apartemen kamu? Oke? Aku punya sesuatu buat kamu. Kamu pasti suka? Ayolah nggak usah sok jual mahal sama aku, nanti kamu loh yang nyesel!" ancam suara di seberang. Suaranya lembut dan manja, bahkan dengan diiringi suara desahan yang menggoda. Dara memang paling jago dalam hal merayu laki-laki. Sial!!! Hardin merutuk dalam hati. Bayangan Dara dengan bikininya yang seksi menutupi bagian paling sensitif dari wanita itu terbayang jelas dalam pikiran Hardin. Bahkan han
"Kamu harus makan atuh Gia, dari pagi kamu cuma minum susu. Kasihan itu yang diperut, nanti dia juga ikut kelaparan," rayu Omah Tantri. Tangannya mencoba menyuapi Anggia dengan makanan yang baru saja diantarkan oleh pihak rumah sakit. Tapi Anggia tidak mau bangun. Dia terus tidur dengan posisi miring dengan bibir yang cemberut. Kepalanya menggeleng dan bibirnya semakin dia tutup rapat setiap kali sesendok makanan di dekatkan ke mulutnya oleh Omah Tantri. Omah Tantri berdecak seraya menaruh piring yang sedari tadi dipegangnya di atas meja. Merawat Anggia itu lebih-lebih dari merawat seorang anak kecil. Bisik batinnya, bingung. "Omah keluar sebentar ya," kata Omah kepada Gia. "Kak Reyhan mau kesini jam berapa sih, Omah? Katanya sehabis makan siang di Kantor dia langsung kesini," tanya Gia setelah matanya kembali melirik jam dinding di ruangan itu untuk yang kesekian kali. Jam itu kini menunjukkan pukul 15.15 WIB. Padahal
Setelah lusa kemarin Katrina menjenguk Anggia bersama rombongan karyawan lain, sore ini Katrina datang seorang diri untuk kembali menjenguk Anggia sebab ada amanah dari Aki dan Nini yang harus dia sampaikan. Untungnya, hari ini Katrina tidak melihat keberadaan Reyhan di kamar rawat Anggia. Setidaknya dia tidak perlu merasa gugup di dalam sana. Setelah menyelesaikan tugasnya, Katrina pun mohon pamit pada Abi dan Umi. Dia hendak pulang ketika langkahnya terhenti di ambang pintu sebab kedatangan Hardin dan Reyhan. Ke dua laki-laki itu sempat terkejut. "Loh, Katrina? Kamu sendirian ke sini?" tanya Hardin spontan, sementara Reyhan hanya diam dan langsung berlalu dari pintu karena Anggia sudah memanggilnya lebih dulu. "Iya Pak. Habis mengantar sesuatu untuk Abi dan Umi. Titipan dari Aki dan Nini di Bandung," jawab Katrina seadanya. "Sekarang, kam
Sepuluh tahun yang Lalu. Taman Belakang Sekolah. Teruntuk kamu calon kekasih halalku. Aku tau Tuhan kita berbeda. Tapi aku percaya perbedaan bukanlah akhir dari segalanya. Terima kasih sudah bersedia menjadi putri bulanku. Terima kasih sudah menerimaku apa adanya. Terima kasih sudah merubah kesulitan hidupku semudah membalikkan telapak tangan dengan kehadi
Jakarta. Bandara Soekarno Hatta. "Take care, Brother." ucap seorang laki-laki seraya memeluk tubuh laki-laki jangkung dihadapannya. "Lo juga ya, jangan cemburuan lagi. Kalau ada masalah diomongin dulu baik-baik berdua jangan main cerai-cerai aja," ucap laki-laki jangkung itu. Mereka tertawa bersamaan. "Kalau lo butuh sesuatu, langsung kontak gue. Jangan sungkan, gue pasti bantu," "Gue udah biasa hidup merantau di negeri antah berantah, jadi lo nggak usah khawatir, buktinya gue bisa hidup sampe sekarangkan walau cuma sebatang kara?"
Bandung.Kediaman Ustadz Maulana.Satu Minggu kemudian.Hari-hari yang Hardin lalui benar-benar buruk tanpa Katrina.Hardin sudah mencoba mendatangi kediaman Ustadz Maulana di Bandung, dia ingin bertemu dengan Katrina, tapi Katrina selalu menolaknya. Katrina terus mengunci dirinya di dalam kamar bahkan ketika Hardin sudah berusaha mengetuk pintu itu dan mengajaknya bicara dari balik pintu. Namun lagi-lagi usahanya gagal. Katrina tetap menolak bertemu dengannya. Bahkan hanya sekedar menjawab salam yang dia teriakan dari luarpun tetap tak terdengar suara Katrina. Padahal Katrina tetap menjawab salam itu dari dalam, hanya saja dia menjawabnya tanpa suara. Tentunya dengan deraian air mata yan
Ini adalah malam minggu. Hardin mengajak Katrina untuk makan malam di luar. Yumna tidak ikut, karena Yumna sedang berada di Bandung. Omah sendiri yang meminta kepada Hardin dan Katrina untuk menjaga Yumna. Sepertinya wanita paruh baya itu sangat kesepian jika tak ada Yumna di sampingnya.Senyum terus mengembang di wajah Katrina. Dia berpikir Hardin mulai kembali. Setelah sebelumnya dia merasa bahwa suaminya itu banyak berubah. Tepatnya sejak kepergian Anggia. Sepertinya Hardin sangat terpukul. Dan hal itulah yang membuatnya jadi lebih banyak diam akhir-akhir ini. Bahkan sikapnya terkesan dingin pada Katrina. Dia sama sekali tidak menyentuh Katrina. Dia seringkali pulang telat dari kantor. Sementara Katrina mencoba untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Dia tidak ingin membuat hati suaminya menjadi lebih terbebani oleh sikapnya. Dia hanya tidak ingin menyulitkan suaminya. Itu saja.
Beberapa bulan kemudian...Di Sebuah desa terpencil di ujung pulau Jawa.Seorang laki-laki jangkung keluar dari grand Livina putih dengan memegang sebuah buket bunga yang berukuran sedang.Dia berjalan memasuki area pemakaman umum. Beberapa warga sekitar yang berjualan di sekitar pemakaman seolah berbisik-bisik tetangga. Sebab jarang ada orang asing dengan wajah yang menurut mereka sangat tampan, gayanya yang sangat keren ditambah dengan fasilitas mewah yang dia miliki datang ke areal pemakaman di desa tersebut. Dan hal itu langsung menjadi buah bibir di daerah itu.Reyhan berhenti di sebuah makam yang bertuliskan nama Jihan Fadila pada batu nisannya. Dan itulah m
Tim dokter dengan segala kepintarannya serta kemajuan tekhnologinya tetap tak bisa menentang takdir yang sudah ditentukan.Masih dua minggu dari prediksi, tapi Anggia sudah merasakan perutnya mulas sejak sore tadi.Awalnya dia berpikir bahwa dia hanya mulas karena ingin buang air besar. Tapi tidak kunjung keluar juga setelah dia berjalan bulak-balik keluar masuk toilet.Hingga akhirnya Anggia mendapati kemaluannya menghangat. Dia seperti seorang anak kecil yang pipis di celana, namun ketika melihat ke bagian selangkangannya, ternyata darah yang merembes dari sana dan turun mengalir ke bawah kakinya. Anggia panik dan berteriak. Membuat Omah terkaget-kaget.Saat itu juga Anggia langsung di baw
Satu Bulan Kemudian.Hari ini Reyhan diberi mandat oleh Opah untuk menangani masalah pekerjaan di Jakarta. Sebab Hardin sedang ada urusan pekerjaan di luar kota.Sore ini usai menyelesaikan urusan kantor, Reyhan berencana untuk membelikan sebuah hadiah untuk sang calon bayi di perut Anggia yang diprediksikan akan keluar dalam minggu-minggu ini. Dan sobatnya Nindra pun istrinya baru saja melahirkan, jadi Reyhan sekalian berbelanja di satu toko yang sama. Mumpung dia sedang berada di Jakarta. Karena besok Reyhan sudah harus kembali ke Bandung.Reyhan melihat-lihat jejeran stroller bayi dan pakaian bayi yang menurutnya sangat lucu. Kebetulan, dari hasil USG anak di perut Anggia itu berjenis kelamin perempuan. Jadi Reyhan memutuskan membelikan sebuah pakaian bayi peremp
Acara barbeque sudah selesai. Katrina sedang mencuci piring di dapur, ketika Anggia datang menghampirinya."Perlu bantuan?" tanya Anggia."Eh, nggak usah, Nggi. Udah mau selesai kok." Katrina menjawab seraya tersenyum dari balik cadarnya."Lo serius cinta sama Aa gue?" Anggia kembali bertanya. Matanya menatap wajah Katrina lekat-lekat. Ekspresinya terlihat datar. Sebenarnya Anggia benci jika harus berbicara dengan Katrina sementara dia tidak bisa menerka-nerka ekspresi wajah sahabatnya itu sebab tertutup cadar. Jadi, Anggia hanya bisa menebak melalui tatapan mata Katrina saja. Jelas itu bukan hal yang mudah baginya.Katrina langsung berhenti dengan kegiatannya begitu mendengar kalimat yang d
Katrina masih berjalan kaki menuju villa ketika dilihatnya mobil Hardin melesat bak anah panah melewatinya.Coba itu? Bahkan mereka tidak sama sekali menawarkan tumpangan pada dirinya. Katrina dibuat semakin jengkel."Ayo naik," kali ini sebuah suara terdengar. Suara Hardin. Ternyata dia sedang mengendarai motor matic si penjaga villa yang tadi dia pinjam. Motor itu melaju pelan di samping Katrina.Katrina melipat tangannya di dada. Dia langsung melengos.Enak saja. Tidak segampang itu Katrina akan memaafkannya. Katrina benar-benar tidak habis pikir dengan apa yang ada dikepala suaminya, hingga dengan begitu tega membohongi istrinya sendiri, hanya demi sebuah pengakuan.
Lokasi Villa yang di sewa Hardin memang cukup jauh dari jalan raya puncak. Lokasi itu memasuki kawasan perkebunan teh terlebih dahulu. Jadi bisa di pastikan kondisi jalanan sangat sepi di malam hari. Belum lagi dalam kondisi cuaca seperti malam ini.Reyhan bergegas masuk ke dalam Villa sebelum sempat menjawab pertanyaan Katrina."Kunci mobil Hardin dimana?" tanya Reyhan panik.Katrina berlari ke dalam kamarnya. Mengambil kunci mobil di atas meja rias. Dan memberikannya pada Reyhan."Ada apa ini, Kak? Itu baju Kakak kenapa berdarah?" Katrina kembali bertanya. Dia mulai menangis.Reyhan berlari ke arah kamar Anggia.