Setelah melihat keadaan christy yang lebih baik Edward pun pulang. Edward memberikan izin kepada christy untuk memperpanjang waktu istirahatnya sampai esoK hari.
Keesokan paginya Edward datang seperti biasa, langkahnya terhenti ketika melihat Christy sudah duduk sibuk di meja kerjanya. "Bukankah aku sudah memberikan izin istirahat satu hari lagi," pikir Edward dengan rasa heran. Edward melangkah mendekat kepada Christy, namun Christy memberikan tatapan samar dan sedikit menggeleng agar Edward jangan mendekatinya. Memahami tanda yang diberikan oleh Christy, Edward mengubah langkahnya untuk langsung masuk ke ruangannya sendiri. "Apakah dia masih marah kepadaku," pikir Edward seraya melihat kotak cincin yang sedang di pegangnya. Edward segera menyibukan dirinya tanpa memulainya dengan secangkir kopi seperti biasanya. Christy mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Edward. Memb"Direktur, kau ini sedang memasak apa ?" tanya Christy. "Ah ini, mie instant untuk kita sarapan," jawab Edward. Christy memandang tangan Edward yang berbalut hansaplast. "Eh ini jari-jarinya kenapa ?" tanya Christy. "Eem, hanya luka kecil saja," jawab Edward. Mengingat Direktur Gu hampir tidak pernah memasak, Christy menebak jari-jari tanganya pasti terkena panci panas. Christy mematikan kompor dan mengambil alih memasak. "Kau duduklah dulu disana," ucap Christy menunjuk ke arah sofa. Selesai membereskan masakan sarapan pagi mereka. Christy menghidangkan dua mangkuk mie instant itu di atas meja. Lalu Chirsty mengambil kotak obat. Christy menarik tangan Edward dan membuka hansaplast yang terbalut di jarinya. "Ini seharusnya di beri salep terlebih dahulu," cap Christy seraya membalurkan salep di jari-jari tangan Edward yang nampak terluka itu.&n
Apa hari ini kepalamu terbentur ?" tanya Christy kepada Edward.Edward hanya menggeleng sambil tetap tersenyum kepada Christy."Apa makan siangmu hari ini ?" tanya Christy."Hanya Sepiring Nasi goren," jawab Edward"Hmm sepertinya dia juga tidak salah makan," ucap christy dalam hati."Lalu kenapa dia bersikap aneh?" Christy masih merasa heran.Makanan pun akhirnya datang, Edward sedikit-sedikit mencapitkan lauk ke mangkuk nasi Christy. sehingga membentuk seperti sebuah gunung."Edward," ucap Christy sambil menaruh sumpitnya."Apa?" jawab Edward."Katakan ada apa, malam ini kau sangat aneh?" tanya Christy kesal.Edward hanya tertawa sambil mengusap tengkuknya, " aah itu, eeem itu semua karena cincin," jawab Edward."Maksudmu?" tanya Christy lagi."Aku melihat cincin yang kuberikan tidak ada di jarimu, seketika hatiku pun menjadi kesal melihatnya," jawab Edward jujur."Kau ini...." desah C
Mereka berdua kembali ke kantor setelah makan siang, Howard Fu memanggil Chrsity untuk mulai menyusun jadwal kerja mereka.Rapat manajemen, bertemu klien, menghadiri Lounching produk baru. Realtech bergerak di bidang IT dan sofware game. Christy sangat senang bisa bekerja di Realtech karena bisa menambah wawasan ilmu pengetahuannya.Beberapa hari Christy bekerja di tempat lain membuat Edward merasa kesepian, tiap kali Edward pergi ke apartemen Christy maka selalu gelap yang menyambutnya, Ketika Christy hadir terkadang panggilan telpon dari Howard Fu menganggu waktu berdua mereka." Hei ini mengapa aku merasa kau lebih perhatian kepada Bos barumu dibanding aku?" tanya Howard Fu." Hei kau ini, apakah sedang kumat" tanya Chirsty Xu."Kumat?" Edward berbalik bertanya kepada Christy."Ya Possesivemu itu!" ucap Christy."Issh kau ini, aku benar-benar merasa kesepian tanpamu," ucap Edwar
Kau pulanglah, aku akan menemani Helen disini!" ucap Christy Xu kepada Edward.Edward memandang Chirsty dengan sedikit perasaan tidak rela membiarkan Chrirsty tidur di rumah sakit."Baik, esok pagi aku akan datang lagi," jawab Edward seraya mencium kening Christy.Christy patuh dengan pengaturan Edward, meski karena ini mereka tidak bisa menghabiskan akhir pekan seperti yang sudah mereka rencanakan namun Edward tidak marah karena memahami posisi Helen di dalam kehidupan Christy.Helen dan Christy terjaga tidak bisa tidur, Christy ikut bersimpati kepada kakak sepupu Helen. Sedang hamil besar namun malah akan di ceraikan."Tenanglah, kita pasti akan menemukan cara untuk menolong kakakmu," ucap Christy." Aku telah meminta tolong kepada teman satu kantor suami kakak sepupuku untuk mencari tahu keberadaannya," ucap Helen."Menjelang pertunangannya dia mengambil cuti selama 7 hari dari kantornya,"
Edward Gu, benar-benar sedang dilanda cinta berat. Edward keluar dari ruang Janitor dengan hati berbunga dan wajah berseri. Edward bahkan melakukan gerakan menari seraya bersenandung."Take my heart and please dont Break it."Edward Gu bernyanyi senang, dan pergi kembali ke kantornya. Dalam perjalanan, Nyonya Gu menelpon Edward dan meminta Edward segera pergi ke rumah Sakit tempat Yvon dirawat."Yvon telah sadar," ujar Nonya Gu.Edward menghentikan mobilnya dan memastikan sekali lagi, jika dia tidak salah mendengar perkataan ibunya itu. Nyonya Gu mengulangi lagi perkataannya."Yvon telah terbangun dari komanya," jelas Nyonya Gu lagi.Edward segera mengarahkan mobilnya ke rumah sakit dengan cepat. Edward berjalan cepat menuju kamar rawat inap Yvon. Edward membuka pintu kamar tersebut dengan perlahan. terlihat Yvon tengah duduk dan menyisir rambutnya dengan tangan yang tak bertenaga."Kakak," panggil Y
Sepanjang perjalanan kembali ke kantor, Christy terdiam. Masih terpikirkan tentang pemandangan Edward menyuapi Yvon. Hati Christy seperti tertabur larva panas menyaksikan pemandangan yang baru saja dilihatnya."Tenanglah, Christy," ujar Christy menghibur hatinya."Bukankah dia hanya adik sepupunya," ujar Christy lagi."Iya memang adik sepupu, namun adik sepupu yang baru terbangun dari koma karena mengejar cinta Edward," pikir Christy dengan rasa masam di hati.Sementara itu, di dalam kamar rawat inap Yvone, Edward dengan telaten menjaganya sambil mengerjakan pekerjaan kantornya. Edward teringat ekpresi Christy tadi, lalu mengambil ponselnya. Edward menuliskan pesan untuk Christy."Jika senggang, kita makan malam bersama ya," isi pesannya.Yvone yang melihat Edward menatapi ponselnya terus-menerus, merasa penasaran dan tak senang hati."Kakak, sedang apa?" tanya Yvone."Ah, tidak apa," jaw
"kenapa?" tanya Edward."Yvone ...." ucap Christy namun tidak meneruskan kata-katanya."Kenapa?" tanya Edward lagi."Ennnn ...." Christy masih enggan meneruskan perkatanyaa."Ada apa?" tanya Edward seraya mengelus lembut puncak kepala Christy."Apakah kau akan selalu bersama Yvone?" tanya Christy sambil mendongakan kepalanya melihat Edward."Apa kau sedang cemburu?" tanya Edward."Issssh," jawab Christy seraya menaruh kepalanya lagi di dada Edward."Aku akan membawamu nanti untuk menemuinya dan mengatakan kepadanya jika kau adalah wanitaku," janji Edward seraya memeluk Christy lebih erat."Jika begitu aku bisa tenang," jawab Christy seraya memain-mainkan kancing kemeja Edward.Christy terpulas tidur dalam pelukan Edward, merasa tak tega membagunkan christy, Edward membiarkan Christy terpulas di pelukannya. Edward meraih remote Telvisi dan mematikannya. Keesokan pagin
Sementara, Christy dan Edward bersenang-senang. Lain hal dengan Yvone yang merasakan kebencian yang meradang merah."Aku harus bisa memisahkan mereka," ancam Yvone.Jika aku sanggup mencelakai diriku sampai dengan mengalami koma, maka tidak ada hal lagi yang kutakuti." Ucap Yvone.Yvone mulai menyelediki tentang Christy, Yvone meminta Nyonya Gu bercerita tentang Christy, dengan dalih ingin mengenal lebih dekat. Mendengarnya tentu saja Nyonya Gu merasa senang, merass bahwa Yvone sudah mulai belajar melepaskan Edward."Ah, sungguh menyedihkan, sebatang kara tanpa orang tua," ucap Yvone berpura-pura simpati."Apakah kak Edward sangat mencintainya?" tanya Yvone."Chrsity adalah satu-satunya wanita yang dia bawa secara langsung untuk di perkenalkan kepada Mama," jawab Nyonya Gu."Ya sepertinya Edward sangat mencintainya," tambah Nyonya Gu lagi."Ah begitu, aku ikut senang mendengarnya," jawab Yvone yang m
Edward mendekati Christy dengan langkah tenang, meski jelas terlihat rasa khawatir menguasainya. "Christy..." suaranya lembut, tetapi sarat dengan perasaan. "Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku terlambat."Christy menatapnya dengan mata yang masih sedikit buram karena peristiwa barusan. Dia mencoba tersenyum, meskipun rasa lelah begitu nyata di wajahnya. "Aku baik-baik saja, Edward. Kau menyelamatkanku... seperti biasa."Edward mengulurkan tangannya, menyentuh lembut wajah Christy. Jarinya yang hangat menyusuri pipinya yang masih sedikit basah oleh air mata. "Kau selalu kuat. Lebih kuat dari yang kau kira."Christy merasa ada sesuatu yang berubah dalam cara Edward menatapnya saat ini. Seolah-olah beban yang lama menghimpit perasaan mereka berdua mulai terangkat. Untuk pertama kalinya, ada kelegaan di antara mereka. Meski tubuhnya masih gemetar, hatinya mulai merasakan kehangatan dari kehadiran Edward yang begitu dekat."Edward..." Christy mencoba mengumpulkan kekuatannya unt
Saat Yvone mengangkat pisau, waktu seolah melambat. Wajahnya penuh kebencian, napasnya terengah-engah, dan matanya memancarkan kegilaan yang tak terkendali. Dia melangkah maju, siap menyerang Christy yang masih tergeletak lemah di lantai."Yvone! Jangan!" seru Edward dengan suara penuh kekhawatiran, namun Yvone sudah terlanjur dikuasai oleh emosi dan obsesinya yang tak terbendung.Christy, meskipun lemah, tahu bahwa ini adalah titik kritis. Dia mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terlalu lelah dan nyeri akibat pergulatan sebelumnya. Pisau yang dipegang Yvone berkilat di bawah cahaya ruangan, dan Christy hanya bisa menatap dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan ketidakberdayaan.Tepat saat Yvone hendak menyerang, Edward melangkah cepat, berlari menuju Yvone dan meraih pergelangan tangannya. Gerakannya cepat dan tepat, tetapi Yvone melawan dengan sekuat tenaga. "Lepaskan aku, Edward! Aku harus melakukannya! Aku harus menyingkirkannya!" teriak Yvone histeris, berusaha melepaskan
Christy berdiri tegak di ambang pintu kamar, tubuhnya masih lemah tapi tatapannya penuh determinasi. Dia yang biasanya bisa menyembunyikan kegelisahannya dengan tenang, kini terlihat sangat terganggu. Ruangan itu seolah dipenuhi oleh ketegangan yang kian memuncak."Yvone," ujar Christy lagi, kali ini lebih tegas. "Kau selalu berada di bayang-bayang, merancang sesuatu. Tapi Edward tidak akan tinggal diam lagi. Kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisiku di hidup Edward."Yvone tertawa kecil, namun senyumnya penuh kepahitan. "Kau tahu apa yang membuatku muak, Christy? Aku selalu pandai berpura-pura menjadi korban. Setiap orang di sekitarku akan berlutut untuk melindungiku, padahal aku tidak lemah dan tak berdaya!"Christy terdiam sejenak, menatap Yvone yang kini terlihat lebih seperti seseorang yang arogan manipulatif. "Yvone, kau yang membuat hidup ini menjadi pertarungan yang tidak pernah kuminta.""Omong kosong!" teriak Yvone, matanya berkilat marah. "Sejak kau muncul, semua or
Di ruangan kerja Edward, suasana semakin memanas. Jia He berkutat dengan laptopnya, berusaha mencocokkan untuk data dari rekaman dengan berbagai database, mencari tahu siapa wanita yang ditemui oleh Mark. Sementara itu, Edward berdiri dengan tangan mengepal, mengamati layar dengan mata menyipit, berharap petunjuk berikutnya segera muncul."Apakah kau sudah mendapatkan sesuatu?" tanya Edward dengan nada mendesak.Jia He mengangguk cepat. "Aku sedang mengolah pengenalan wajah dari video. Prosesnya mungkin butuh sedikit waktu."Edward berjalan mondar-mandir, pikirannya melayang kembali pada Christy. Ingatan tentang malam ketika semuanya berubah terus menghantuinya. Jika dia tidak datang tepat waktu, pasti Christy terluka, dan jika itu terjadi dia pasti tidak akan bisa mengampuni dirinya. Namun, yang tidak bisa dia lepaskan adalah firasat bahwa ini bukan kebetulan."Tunggu!" seru Jia He tiba-tiba. "Aku mendapatkan kecocokan! Wanita yang terlihat bersama pelaku. Dia… ini sebaiknya kau lih
Sambil melajukan mobilnya, Yvone terus berpikir tentang apa yang terjadi. Meskipun di dalam hatinya ada rasa khawatir untuk Christy, dia tidak bisa menahan diri untuk merasa sebal. Kenapa Christy selalu menjadi pusat perhatian? Bagaimana mungkin semua orang melupakan perannya dalam skenario yang sebenarnya?Di sisi lain, di dalam ruangan yang dipenuhi dengan teknologi canggih, Jia He sudah mulai mendapatkan gambaran dari pemantauan kamera. "Oke, aku menemukan beberapa rekaman di area sekitar. Mari kita lihat apa yang bisa kita temukan," ujarnya dengan penuh semangat. Edward mendekat ke layar, matanya menyipit fokus pada setiap gerakan yang ditampilkan."Ini dia!" seru Jia He. Layar menampilkan sosok seorang pria yang terlihat mencurigakan. Dia tampak gelisah, seperti sedang mencari seseorang. Edward menjulurkan lehernya, memperhatikan setiap detail."Ini rekaman dari beberapa jam sebelum kejadian," jelas Jia He. "Dia terlihat berbicara dengan seseorang sebelum Christy datang. Mungkin
Edward melajukan mobilnya sementara Christy masih menangis sampai tertidur. Dia membawa pulang Christy ke rumah tua Gu, berharap ibunya dapat menghibur Christy. Ketika sampai wanita itu masih terpulas di kursi mobil Edward.Dengan lembut Edward menggedong Christy masuk ke rumah tua, Nonya Gu langsung saja menghampiri, "Apa yang terjad?" tanyanya."Dia demam?" ujar Nyonya Gu sembari mengusap kening Christy.Nyonya Gu membuka pintu kamar tamu, lalu Edward nerebahkan Christy di ranjang besar itu. dia mengelus pipi halus wanitanya itu. hatinya merasa marah ketika mengetahui Christy akan di gagahi oleh pria lain. Sementara, dia selama ini benar-benar menjaga Christy seperti porselen tapi malah ada laki-laki asing yang sengaja ingin menjamahnya.Edward menarik Nyonya Gu keluar dari kamar tamu Lalu menceritakan tentang apa yang baru saja terjadi. Mendengarnya jelas saja membuatnya marah, "Temukan siapa pun pelakunya, tak peduli jika kita mengenalnya.
Eric diberi tahu nomor kamar Christy lalu pergi kesana dengan membawa makanannya. Sementara itu Christy sedang berjuang melepaskan diri dari pelukan pria asing tersebut. Baju Christy sudah sedikit robek dan kesadaran Christy sudah mulai menghilang.'Prang' tangan Christy masih berhasil menjatuhkan lampu yang ada di nakas samping ranjangnya. Eric yang mendengar ada sesuatu yang salah segera saja menendang pintu kamar Christy kuat-kuat sampai terbuka.Eric terkejut melihat ada pria di atas tubuh Christy. Eric melihat kedua mata Christy yang memandanginya dengan mata memerah berurai air mata.Menghabiskan masa-masa bertumbuh bersama, Eric memahami wanita seperti apa Christy. Eric segera saja menerjang masuk dan meraih pria asing tersebut dan memukulinya bertubi-tubi tanpa ampun.Edw
Yvone Menyeret Mu Tian Xing kedalam toilet, "Kau akan mengancurkan semua rencanaku," ujar Yvone dengan marah. "Rencanamu?" tanya Mu Tian Xing. "Emmm … maksudku, rencana kita?" Kilah Yvone. "Dengar! aku tidak ingin hal ini terjadi lagi!" ujar Yvone dengan nada menekankan. "Jika kau ingin menyingkirkan Christy, maka ikuti pengaturanku," ujar Yvone. Mu Tian Xing "…." Dengan rasa kesal, Mu Tian Xing pun pergi meninggalkan Textile Gu. Yvone benar-benar kesal dibuatnya. Yvone mengambil ponselnya, lalu menghubungi orangnya yang ada disana. "Bagaimana, apakah semua sudah siap?" tanya Yvone.&
Malam ini tidak ada lembur, karena itu Christy bisa pulang tepat waktu. Chirsty menerima pesan dari Edward agar tidak perlu pergi berbelanja karena Edward sudah mengisi penuh isi kulkasnya.Christy tiba dan masuk ke apartemennya, Christy melihat Edward berbaring malas di sofanya. Chirsty mengganti sepatunya dengan sandal rumah."Tunggu ya, sebentar lagi aku akan memasak untukmu," ujar Christy seraya membungkuk sedikit dan mencium kening Edward."Emm …." jawab Edward sambil terus memperhatikan acara televisi yang sedang dia lihat.Chirsty mencuci muka, tangan dan kakinya bersalin pakaian casual barulah mulai memasak untuk Edward. Edward menghampiri Christy ketika wangi makanan sudah mulai tercium. Edward memeluk Christy dari belakang dan meletakan dagunya di bahu Christy.&n