Melihat kondisi pria yang sangat dicintainya sudah sadar seperti ini Azahra merasa begitu sangat bersyukur. Berulang kali Azahra mengusap air matanya yang mengalir dengan sendirinya.
"Jangan menangis lagi, abang nggak apa-apa." Ferdi sedikit mengangkat tangannya dan mengusap air mata gadis tersebut.
"Rara beneran takut Bang," ucapnya.
"Abang nggak apa-apa kok, lagi pula kondisi seperti ini sudah biasa menurut Abang." Ferdi sedikit tersenyum.
"Apa sebelumnya Abang pernah mengalami hal seperti ini?" tanya Azahra.
"Pernah, hanya saja waktu itu cuman kena lengan, jadi nggak apa-apa." Ferdi tersenyum. "Ini masih ada bekasnya." Ferdi melihatkan lengannya yang bekas jahitan.
"Kapan itu?" Azahra bertanya dengan bibir yang maju ke depan. Ia mengusap air matanya.
"Sewaktu melakukan penyelamatan kapal yang dari sekelompok orang. Pada waktu itu kami sedang menyelamatkan orang-orang yang ada di dalam kapal."
"Kapan? Kenapa Rara tidak pernah
Attar dan juga Alisa memandang putrinya."Apa nggak mau nunggu sampai bang Ferdi sehat dulu baru nikah?" tanya Attar.Azahra menggelengkan kepalanya. "Rara mau nikah sekarang aja Dad," pintanya. Azahra hanya menundukkan kepalanya. Dirinya begitu sangat malu Ketika semua mata memandang ke arahnya. Azahra juga tidak berani untuk menatap pria yang sedang berbaring di atas tempat tidur. Tatapan mata pria itu membuat jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya."Dia sama seperti Daddy nya." Alisa berbisik di telinga suaminya.Attar memandang istrinya dan kemudian sedikit tersenyum. "Kami itu konsisten," ucapnya."Iya konsisten, yang mau dinikahi masih kaget tuh." Alisa memandang Ferdi."Dia itu bukannya kaget, tapi senang," Jawab Attar."Kalau mau ngegosipin orangnya, jangan di depan dong," ucap Ferdi yang terbaring di atas tempat tidur.Andi dan juga Indah hanya tersenyum ketika mendengar obrolan Alisa dan juga Attar. Meskipun
Alisa masuk kedalam kamar di mana saat ini putrinya berada. "Anak gadis Mommy sudah sangat cantik sekarang," pujinya."Terima kasih mommy." Azahra memeluk mommynya dan mencium pipi mommynya tersebut."Sayang mommy, sebentar lagi akan menjadi seorang istri." Alisa tersenyum. Dipegangnya tangan putrinya yang saat ini duduk di tepi tempat tidur."Iya mom," jawab Azahra."Mommy masih ingat sewaktu akan menikah sama Daddy. Pada waktu itu umur mommy baru masuk 19 tahun. Mommy baru kuliah." Alisa berbicara dengan tersenyum. Ia Kembali mengingat masa lalu di awal akan menikah dengan suaminya. Kamar ini menjadi tempat dirinya dirias. Sama seperti putrinya saat ini."Di kamar ini mommy di Risa, sama seperti Rara sekarang. Mommy hanya bertemu dengan Daddy 1 kali. Waktu itu mommy bertemu di kantor Daddy. Mommy bekerja mengambil jasa cleaning service sementara di perusahaan yang Daddy miliki." Alisa menceritakan kepada putrinya bagaimana peris
Azahra masuk ke dalam kamar perawatan Ferdi. Ia tersenyum memandang pria yang saat ini menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.Jantungnya berdegup dengan sangat hebatnya ketika tatapan mereka saling beradu. Dengan cepat Azahra menundukkan kepalanya."Rara kirain tadi nggak pakai jas." Azhara berkata di dalam hatinya. Azahra tidak bisa membayangkan bila calon suaminya membaca ijab kabul dengan memakai baju pasien. Saat ini tampilan calon suaminya sudah terlihat begitu sangat tampan dengan memakai jas berwarna putih, dasi dan juga peci yang senada dengan warna jas yang dipakai pria tersebut. Wajah pria itu sudah terlihat sangat segar meskipun bibirnya masih pucat.Azahra duduk di kursi yang ada di samping tempat tidur bersama dengan Mommy dan juga calon mama Mertuanya. Azahra menundukkan kepalanya ketika menyadari bahwa tatapan pria itu hanya tertuju padanya.Ferdi tersenyum ketika melihat calon istrinya begitu sangat cantik. Gadis itu
Ferdi menempelkan bibirnya dengan bibir istrinya. Ia mencium bibir istrinya dengan sangat lembut dan penuh cinta.Ia menikmati bibir lembut nan Indah itu seperti sedang menikmati sebuah es krim. Setelah puas menikmati bibir istrinya pria itu melepaskannya. Rasa sakit di dadanya hilang seketika ketika ia mencium bibir lembut istrinya.Azahra hanya diam dan menundukkan wajahnya. Dirinya begitu sangat malu menatap wajah suaminya. Saat ini dirinya membutuhkan oksigen yang sangat banyak dan menetralkan degup di dadanya.Ferdi tersenyum ketika melihat wajah istrinya yang merona merah. Dipegangnya tangan Azahra dan diciumnya punggung tangan wanita yang baru saja menjadi istrinya beberapa menit yang lalu."Adek kesucian bibir Abang udah adek ambil." Ferdi tersenyum.Azahra mengangkat wajahnya dan menatap wajah suaminya dengan debaran di dadanya. "Abang udah ambil ciuman pertama Rara," balasnya."Katanya memang untuk abang. Sekarang yang ini su
Azahra masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyandarkan punggungnya di daun pintu yang sudah tertutup rapat. "Bagaimana ini, Rara malu." Azahra menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Jantung Rara serasa mau lepas." Azahra memegang dadanya berdegup dengan sangat hebatnya. Azahra mengusap keringat yang menempel di pelipis keningnya."Buka bagian baju aja sudah gemeteran gimana buka celana." Wajah Gadis itu begitu amat merah ketika membayangkan apa yang akan dilakukannya."Mungkin hanya Rara satu-satunya pengantin baru yang buka baju suami terlebih dahulu." Azahra begitu malu ketika membayangkan hal tersebut."Azahra bukankah niat awal kamu mau menikah dengan Ferdi itu karena kamu ingin melakukan semuanya untuknya mengganti pakaiannya, menyuapinya dan mengurus semua kebutuhan dia. Tapi mengapa sekarang kamu ketakutan seperti ini?” Hati kecilnya bertanya sendiri kepada dirinya.“Rara harus bisa.” Azahra kemudian mengambil air di
"Kenapa nggak jadi mandi,” Ferdi bertanya Ketika istrinya datang mendekatinya."Abang, tolong bukakan resleting baju Rara," Azahra duduk di tepi tempat tidur dengan memberikan punggungnya ke arah suaminya."Tadi ditawarin, tapi nggak mau." Ucap Ferdi tersenyum.Azahra hanya diam mendengar ucapan suaminya.Azahra merebahkan tubuhnya di samping suaminya, agar suaminya tidak kesulitan membuka resleting bajunya.Ferdi menurunkan resleting yang menempel di belakang punggung istrinya. Perlahan-lahan resleting itu semakin turun ke bawah hingga punggung putih milik istrinya menjadi pemandangan indah yang menyejukkan matanya. Ferdi menelan salivanya ketika melihat kulit putih milik istrinya. "Baru lihat punggung saja sudah seperti ini," ucapnya di dalam hati."Pria itu mengusap kulit punggung istrinya.Azahra begitu kaged ketika suaminya menyentuh kulitnya. Ia membuka matanya dengan sangat lebar dan dengan cepat beranjak dari tempat tidu
Ferdi terbangun dan memandang tangan istrinya yang berada di atas perutnya. Istrinya tertidur dengan posisi miring dan menyembunyikan wajah cantik itu di lengannya. Saat ini pria itu tidak bisa melihat wajah cantik istrinya, rambut panjang milik istrinya menutupi wajah cantik tersebut.Ferdi merapikan rambut istrinya. Pria itu tersenyum memandang wajah cantik istrinya. "Pasangan hidup itu lucu, unik dan tidak bisa ditebak oleh siapapun. Aku tidak pernah menduga bawa Azahra akan menjadi istri ku. Sewaktu Azahra masih bayi aku sudah suka menggendongnya dan mengatakan dia adalah calon istri ku. Aku selalu bermain bersama dengannya. Aku juga selalu mengantar jemputnya ke sekolah bila sedang berada di Jakarta. Aku tidak menyangka begitu kembali ke sini aku sudah menjadi pemiliknya. Padahal dia sangat cantik, masih muda dan pintar. Tapi kenapa mau dengan aku yang usianya imbang dengan usia mommynya." Ferdi berkata ketika menatap wajah istrinya.Ferdi memandang pe
"Abang Rara pakai jilbab dulu." Azahra memandang suaminya. Azahra begitu sangat takut bila suaminya selalu meminta dirinya untuk mencium seperti ini. Dirinya sangat mencemaskan bila nanti suaminya menginginkan hal yang lebih. Meskipun sekarang dirinya sudah halal dengan suaminya namun kondisi suaminya tidak memungkinkan untuk melakukan hal tersebut."Iya mana tahu nanti ada lagi yang datang," jawab Ferdi."Untung aja tadi Abang pasang jilbab Rara kalau nggak, Rara malu." Azahra tersenyum."Iya ini rambutnya nggak boleh dilihat sama yang lain terkecuali Abang.""Abang sudah jadi suami Rara, jadi boleh lihat rambut Rara." azzahra berkata dengan sangat polos."Iya boleh lihat rambutnya, juga lihat itunya." Ferdi memandang ke arah dada istrinya."Rara sudah punya feeling seperti ini, kenapa sih gak bisa sabar sedikit. Sudah tau kondisi sedang seperti ini." Azahra mengomel di dalam hatinya. "Abang ini gak sabaran sekali ya. Sudah dibi
"Iya habis dari ketemu orang banyak, nggak enak kalau langsung magang cucuk," jawab Andi. Meskipun sangat ingin sekali memegang cucunya, namun Andi menahan diri. Mengingat dirinya yang baru saja pulang dari acara pesta pernikahan."Itu sepertinya ART yang di rumah sudah datang." Indah tersenyum ketika mendengar suara ketukan di pintu."Assalamualaikum Bu," ucap pekerja di rumah Indah, yang datang mengantarkan pakaian yang diminta Indah untuk diantarkan ke rumah sakit."Waalaikumsalam, terima kasih ya bik min." Indah tersenyum mengambil tas yang diberikan oleh bik min."Iya Bu, Mbak Azahra ternyata sudah lahiran ya," ucap bik min yang berdiri di ambang pintu."Iya ya bik min, Alhamdulillah." Azahra tersenyum."Saya mau lihat dulu, sebelum pulang." Bik min kemudian masuk ke dalam kamar. "Yang ini wajahnya mirip sekali sama Mbak Azahra, sedangkan abangnya mirip sama mas Ferdi," komentar bik min itu ketika melihat wajah bayi yang ada di tangan A
"Zavier, jangan ke sana sini." Attar memanggil cucunya yang pergi ke lain arah. Zavier berlari berlawanan arah dengan jalan yang akan dilewatinya."Zikra, kamar mommy Lewat sini." Alisa sedikit mengeraskan suaranya memanggil Zikra yang ikut berlari mengejar Zavier.Attar berlari mengejar Zavier, yang dengan sengaja mengajak bermain.Zavier tertawa ngakak, ketika opa nya berhasil menangkapnya."Dapat." Attar berkata dengan nafas ngos-ngosan. Ia tersenyum ketika berhasil menangkap cucunya. Agar cucunya, tidak berlari kesana kemari, Attar menggendong Zavier yang saat ini tertawa ngakak. Pria itu juga menggendong Zikra yang berhenti di dekat kakinya. "Katanya mau ikut lihat mommy dan adik bayi, tapi kenapa malah lari-lari nggak jelas seperti ini." Walaupun dirinya sedang tidak ingin bermain dengan kedua cucunya, namun pria itu tetap tertawa dan mencium pipi cucunya kiri dan kanan secara bergantian.Alisa yang melihat suaminya yang dikerjain oleh
Ferdi berada di ruangan persalinan istrinya. Mendengar rintihan istrinya yang kesakitan, membuat dirinya sungguh tidak tega. Berulang kali, ia mencoba menenangkan Azahra."Bang sakit." Azahra menangis."Iya dek, ditahan sayang, sakitnya." Ferdi mengusap keringat yang menempel di pelipis kening Azahra."Ini sakit bener bang." Azahra meremas tangan suaminya. Keringat bercucuran di pelipis keningnya ketika harus menahan rasa sakit yang seperti ini.Ferdi hanya diam, ia tidak tahu harus berkata apa. Dipeluknya Azahra dan di ciumannya kening milik Azahra, berulang-ulang kali. Melihat Azahra yang menangis menahan rasa sakit, sungguh membuat dirinya sangat tidak tega. "Adek harus kuat. Ingat anak-anak, demi Abang dan anak-anak kita sayang." Ferdi meneteskan air matanya. Awalnya dirinya yakin, bahwa persalinan kedua Azahra, akan membuat dirinya lebih tenang, namun ternyata tetap saja membuat dirinya cemas dan gugup seperti ini. Baju kemeja yang dipakainya kini su
Ferdi turun dari dalam mobil dan berlari masuk ke rumahnya.Zikra dan Zavier yang sedang asik-asiknya bermain, menjerit memanggil Daddy nya. Mereka tidak menyangka, bahwa Daddy nya akan pulang di jam seperti ini. Kedua anak itu meninggalkan mainannya dan berlari mengejar Ferdi."Dad, sudah pulang?" Zavier memeluk kakinya di sebelah kanan."Dad gendong." Zikra memeluk kakinya sebelah kiri."Iya sayang, Abang main ya sama Zikra."Ferdi mencium pipi putranya."Kakak jangan berantem ya sama abang mainnya, yang akur ya nak, Daddy mau ke kamar dulu." Ferdi mencium pipi Zikra kiri dan kanan. Ia kemudian pergi meninggalkan kedua anaknya.Ferdi melangkahkan kakinya dengan cepat. Ia berlari menaiki anak tangga. Saat ini dirinya sangat mencemaskan istrinya. Ia ingin melihat kondisi istrinya secara langsung."Dek." Ferdi berkata ketika membuka pintu kamarnya. Ia masuk kedalam kamar dan melihat Azahra yang sedang berbaring di atas
Hari ini suasana di dalam kamar ini sangatlah berbeda. Tidak ada suara teriakan anak-anaknya. Tidak ada suara tangis dan tertawa kedua anaknya.Ferdi memandang Azahra yang saat ini duduk diatas tempat tidur sambil memandang ponselnya. Wajah istrinya tampak tersenyum sendiri ketika melihat layar di ponsel tersebut."Hai, mommy lagi apa?" Ferdi duduk di samping istrinya dan memberikan susu coklat di tangannya."Ini lihat video Zikra sama Zavier," jawab Azahra dengan tersenyum.Ferdi mengambil ponsel dari tangan istrinya. Pria itu melihat video yang saat ini sedang ditonton oleh Azahra."Padahal baru satu hari, anak-anak pergi ikut opa, Om, nenek serta Atuk nya ke Singapura. Tapi kenapa rasanya sudah sepi sekali ya dek." Ferdi memandang layar ponsel istrinya."Iya bang, biasanya ada yang gangguin Rara kalau lagi tidur. Tapi hari ini Rara tidur enggak ada yang gangguin, gitu bangun langsung terkejut cariin Zavier dan juga Zikra. Rara baru ingat
"Assalamualaikum." Ferdi membuka pintu dan berdiri di ambang pintu."Waalaikumsalam." Jawab Azahra. Yang berbaring di atas tempat tidur. Azahra hanya tersenyum tanpa menyambut suaminya seperti biasa.Pria itu hanya berdiri di ambang pintu sambil mengembangkan tangannya. Ferdi sudah sangat memahami seperti apa tingkah lucu kedua anaknya, bila melihat dirinya pulang seperti ini. Ferdi tertawa ketika kedua anaknya berlari dan mengejarnya. Kedua anak itu berhamburan ke dalam pelukannya. "Anak-anak Dedi lagi apa ini." Ferdi menggendong kedua anaknya di tangannya yang kiri dan juga kanan. Ia masuk ke dalam kamar dan melihat istrinya yang hanya berbaring di atas tempat tidur sambil menjaga kedua anaknya bermain."Main Lobot." Jawab Zavier."Atu juga," ucap Zikra."Ini anak gadis gak mau kalah." Ferdi mencium pipi bulat gadis kecil yang berambut pendek dan berponi tersebut.Ferdi juga mencium pipi bulat Zavier berulang-ulang kali."Anak
Ferdi yang duduk di kursi kerjanya, hanya diam ketika ruangannya dibuat berantakan oleh kedua anaknya. Kedua anaknya berlari kesana-kemari sambil berteriak-teriak dan saling kejar mengejar sambil mengelilingiruangannya yang berukuran besar.Bukan hanya sekedar berlari saja, kedua anak itu terkadang berkelahi merebutkan mainan dan berakhir dengan menangis bagi yang kalah. Ferdi sudah sangat terbiasa dengan kondisi seperti ini. Bila istri dan anak-anaknya datang ke kantornya, maka ruangannya akan menjadi berantakan, suara jeritan anak-anaknya, suara menangis dan suara tertawa, memenuhi ruangannya. Namun semua ini membuat dirinya bahagia ketika mendengar suara tangis, suara ketawa dan juga jeritan kedua anaknya."Dad, Piel at," Zikra mengadu kepada Daddy nya."Oh sayang Daddy, anak gadis main boneka, bukan robot." Ferdi mengusap air mata yang mengalir di pipi bulat gadis kecil yang bermata lebar, dengan bulu mata yang lentik dan bola mata yang hitam dan bes
Ferdi baru saja kembali dari shalat subuh di masjid. Pria itu masuk kedalam kamarnya dan melihat istrinya yang duduk di atas sajadah sambil membaca Alquran. "Sudah sholat ternyata." Ferdi tersenyum. Ia melihat kedua anaknya yang tidak ada di dalam kamar. Dengan cepat ia membuka kain sarung, peci serta baju Koko yang dipakainya. Hingga yang tersisa celana pendek.Begitu mendengar Azahra menyudahi membaca Al Quran Nya, pria itu diam-diam mengangkat tubuh istrinya."Abang mau apa?" Azahra terkejut ketika melihat suaminya yang sudah tidak berpakaian dan hanya memakai celana pendek saja."Kenapa nggak ngasih tahu dek." Ferdi tersenyum dan mendaratkan tubuh istrinya di atas tempat tidur."Kasih tahu apa?" tanya Azahra yang tidak memahami maksud suaminya."Kalau sudah selesai." Ferdi tersenyum dan membuka mukenah yang dipakai istrinya."Abang ini mau apa?" Azahra membesarkan matanya."Mau apalagi, subuh ini penuh berkah sayang. Anak-anak sud
Berulang kali Azahra memandang jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Ini adalah kuliah terakhirnya dan dirinya sudah sangat tidak sabar menunggu dosen menutup perkuliahannya. Saat ini yang terbayang dipandangnya hanyalah kedua anaknya. Tingkah lucu Zavier dan Zikra selalu dirindukannya, meskipun hanya meninggalkan kedua anaknya sebentar saja."Alhamdulillah akhirnya selesai juga." Azahra tersenyum lebar ketika dosennya sudah mengakhiri perkuliahannya."Pasti sudah nggak sabar pengen ketemu Zavier dan juga Zikra," ucap Dewi yang duduk di samping Azahra"Iya dong, itu anak-anak sudah pada pintar-pintar semua. Setiap hari ada aja kepandaian barunya." Azahra tersenyum menceritakan kedua anaknya."Sudah pinter apa aja Zikra dan juga Zavier?" tanya Dewi. Dewi tidak pernah bosan-bosannya ingin mengetahui perkembangan kedua bayi yang begitu sangat menggemaskan tersebut."Zavier dan juga Zikra itu sudah pandai jalan sekarang. Ke mana-mana nggak mau l